Sukses

Healing Tidak Sesimple Jalan-Jalan

Tren healing di media sosial ramai diperbincangan oleh masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Tren healing sudah lekat dengan masyarakat beberapa waktu belakangan. Terutama untuk para remaja hingga dewasa pengguna media sosial. Istilah healing seringkali digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang menyenangkan.

Salah satunya yang berkaitan dengan liburan ke tempat wisata. Bahkan sebagian masyarakat juga memberikan istilah healing untuk rencana liburan mereka. Psikolog klinis, Nirmala Ika menyatakan dalam kesehatan mental healing merupakan proses memulihkan diri sendiri.

Menurut dia, treatment untuk kebutuhan healing setiap orang berbeda tergantung dari permasalahan yang dihadapi. Misal dari trauma masa lalu, gangguan kecemasan, ataupun suatu hal yang belum pernah dialaminya.

"Proses healing ya tadi bertemu dengan diri kita, kita melakukan refleksi, kita jujur dengan diri kita sendiri. Sebenarnya apa sih yang kita rasakan, apa sih yang terjadi pada saya, apa sih yg membuat saya terluka," kata Nirmala kepada Liputan6.com.

Dia menjelaskan definisi sembuh dalam kesehatan mental bukan berarti sembuh seutuhnya namun lebih terkendali. Penyebabnya pun beragam. Karena hal itu Nirmala menyebut proses healing bukan sebatas traveling ke alam terbuka.

Alam sebenarnya merupakan salah satu media yang membantu dalam proses healing. Sebab dari alam seseorang dapat belajar banyak hal sambil merefleksikan diri sendiri. Namun proses tersebut berbeda makna ketika seseorang hanya memilih untuk jalan-jalan.

"Mungkin pas jalan-jalan seneng pas pulang ada masalah lagi, tapi kalau proses healing tadi bertemu dengan diri kita, kita melakukan refleksi diri. Kita jujur dengan diri kita sendiri sebenarnya apa sih apa yg kita rasakan apa sih yang terjadi pada saya apa sih yg membuat saya terluka," ucapnya.

 

Melepaskan Luka

Lanjut Nirmala, merefleksikan diri merupakan proses untuk melepaskan luka-luka yang terjadi dalam diri. Nantinya seseorang akan siap kembali menghadapi kehidupan yang terus berjalan.

"Kembali ke alam mungkin itu yang di-show card-kan dengan mikir healing itu cukup melihat yang hijau-hijau, healing cukup jalan ke pantai enggak sesimpel itu. Saya melihat ada kesalahkaprahan dalam mendefinisikan healing sebenarnya," ujar Nirmala.

Nirmala juga menyatakan traveling atau jalan-jalan ke alam terbuka hanya membantu untuk mengistirahatkan diri dari situasi pekerjaan yang padat. Namun bukan untuk proses pemulihan mental jangka panjang.

Proses dan teknik healing memiliki tiga hal yang perlu diakses. Ketiganya adalah level kognisi, level emosi, dan level perubahan perilaku. Level tersebut membutuhkan cara penyembuhan yang berbeda. Untuk level kognisi, seseorang bisa melakukan konseling, coaching, mendengar motivator, dan membaca kata-kata motivasi.

Kemudian level emosi, seseorang harus melalui proses khusus dengan ahli. Sedangkan pada level perubahan perilaku, ada upaya tertentu yang perlu untuk dilakukan. Nirmala menambahkan, jika proses healing tidak dilaksanakan maka akan ada isu yang tak terselesaikan.

"Kalau healing tidak terlaksana bisa dibilang kita punya isu yang tak selesai-selesai dan ini bisa terbawa sampai tua bahkan bisa diturunkan ke anak-anak," jelas Nirmala.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Metode Self Healing

Self-healing adalah sebuah proses untuk menyembuhkan diri dari luka batin. Metode ini dilakukan saat seseorang menyimpan luka batin yang mengganggu emosinya. Self-healing berguna untuk menyelesaikan unfinished bussines yang berakibat pada kelelahan emosi seseorang.

Sebagian besar orang pernah mengalami kelelahan emosional dalam berbagai bentuk. Seperti sedih karena kepergian orangtua, cemas terhadap masa depan, gagal meraih sesuatu, mengalami peristiwa yang tidak diinginkan, marah pada kesalahan diri sendiri, dan sebagainya. Lalu, apa yang harus dilakukan? Siapa yang seharusnya menyembuhkan luka itu?

Untuk yang belum selesai dengan masalah emosinya sendiri, beberapa cara di bawah ini semoga bisa membantu menyembuhkan diri sendiri dari dalam.

Me Time

Saat seseorang terlalu sibuk memikirkan orang lain, terkadang ia lupa memikirkan diri sendiri. Meluangkan waktu untuk diri sendiri benar-benar akan membuat kita merasa lebih bermakna.

Membuat kita merasa bahwa pusat dari segala kehidupan ini adalah diri sendiri. Orang lain hanyalah pelengkap kebahagiaan.

Berdialog dengan Diri Sendiri

Bicaralah pada diri sendiri tentang apa yang sebenarnya diinginkan. Jujur pada diri sendiri lebih baik ketimbang melampiaskan segala perasaan buruk kita pada sesuatu. Satu-satunya orang yang mampu berbicara dengan lubuk hati terdalam adalah diri sendiri. Saatnya mulai memahami diri sendiri untuk bisa bersyukur atas apa yang hidup ini berikan.

Berdamai dengan Keadaan

Mengingat kembali peristiwa-peristiwa buruk yang masih membekas di hati memang tak terhindarkan. Setiap orang berhak marah atas hal itu. Orang yang hatinya terluka sangat dalam tidak akan dengan mudah melupakannya.

Namun, apakah dengan menyalahkan keadaan atas atas semua peristiwa buruk itu bisa dibenarkan? Apakah dengan mengutuk keadaan bisa membuat batin kita tenang? Tidak. Alangkah lebih bijaknya kita jika mencoba berdamai dengan keadaan. Menerima setiap keadaan yang menimpa kita ini sebagai guru kehidupan yang menempa pribadi kita lebih baik lagi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.