Sukses

Journal: Hepatitis Akut Mengancam, Bagaimana Antisipasinya?

Hepatitis akut memiliki gejala awal yang dapat diwaspadai. Penting untuk segera memeriksakan kondisi ke dokter sebelum timbul kuning pada anak.

Liputan6.com, Jakarta - Hepatitis akut misterius saat ini merebak di sejumlah negara di dunia, salah satunya di Indonesia. Istilah hepatitis biasa digunakan untuk semua jenis peradangan sel-sel hati yang disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, alkohol, lemak yang berlebih, dan autoimun.

Namun, hepatitis akut ini belum diketahui penyebabnya. Kasus dugaan hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak itu diumumkan pertama di Indonesia pada 27 April 2022 atau tiga hari setelah WHO menyatakan kejadian luar biasa (KLB) atau outbreak hepatitis akut misterius di Eropa.

Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan setidaknya ada 109 kasus hepatitis akut yang dikonfirmasi dengan lima kematian di lebih dari 25 negara bagian.

Menurut CDC lebih dari 90 persen anak-anak dirawat di rumah sakit dan 14 persen membutuhkan transplantasi hati. Sebelumnya, Inggris juga sempat melaporkan lebih dari 100 kasus terjadi sejak awal April.

Pada 10 Mei 2022, WHO merilis bahwa kasus hepapatitis akut ini sudah terjadi di 20 negara.

Di Indonesia, hingga Jumat (13/5/2022) ada tak kurang dari 18 kasus yang bergejala hepatitis akut misterius. Dari jumlah tersebut tubuh di antaranya meninggal dunia. Untuk sebarannya ada di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur.

Temuan kasus dugaan hepatitis akut misterius paling banyak di DKI Jakarta sebanyak 12 orang. Lalu, kasus terbanyak menyerang anak-anak usia 5-9 tahun. Sejumlah peneliti menyebut hepatitis akut tersebut disebabkan boleh adenovirus.

Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinik dan Klinis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Harimat Hendarwan menjelaskan adenovirus merupakan jenis virus yang dapat menyebabkan sakit dari ringan sampai berat. Biasanya virus tersebut dikenal sebagai patogen yang biasanya menyebabkan infeksi yang self-limited.

 

 

Kata dia, virus tersebut menyebar dari orang ke orang dan lebih umum menyebabkan penyakit saluran pernapasan. Selain itu, adenovirus kebal terhadap hand sanitizer. Hal itu berdasarkan pedoman dari World Health Organizations (WHO). Kata dia, cara efektifnya dengan menggunakan sabun dan air mengalir.

"Adenovirus itu tahan lama di permukaan dan juga alcohol based, sehingga hand sanitizer tidak bekerja secara efektif membunuh adenovirus. Artinya dalam hal pencegahan masyarakat perlu memperhatikan bahwa cuci tangan dengan air bersih dan mengalir dan menggunakan sabun," kata Harimat dalam diskusi daring.

Kendati begitu, kata dia untuk pedoman protokol kesehatan harus didiskusikan kembali bersama sejumlah pemangku kebijakan. Yakni mulai dari pakar hingga Kementerian Kesehatan. Sebab lanjut Harimat, penggunaan hand sanitizer untuk mitigasi hepatitis akut juga diperlukan kajian lebih lanjut.

"Perlu penelaahan lebih lanjut untuk betul-betul meyakini bahwa hand sanitizer berbasis alkohol ini memang tidak efektif karena dari beberapa referensi yang saya baca sih memang demikian. Namun tentunya penegakan ke arah evidence tadi perlu referensi lain yang lebih menunjang," jelas dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Pendeteksian Virus Hepatitis Akut

Sementara itu, peneliti Pusat Riset Biomedis, BRIN Fitriana memberikan tips penggunaan hand sanitizer agar bekerja dengan maksimal. Menurut dia, virus tidaklah sekuat bakteri dalam penggunaan disinfektan. Dalam penggunaan hand sanitizer dia menyebut dapat dilakukan dengan menggesekan atau menggosok kedua tangan.

"Gesekan yang kuat akan menghancurkan dinding virus. Kalau dinding virus sudah hancur, maka virus juga akan mati terkena disinfektan," kata Fitriana.

Adenovirus, kata dia, menular dari orang ke orang dengan sentuhan suatu permukaan yang terkontaminasi. Lalu penularan juga melalui saluran pernapasan. Selain itu, kebersihan makanan hingga menghindari kontak dengan orang sakit diperlukan.

Fitriana menyatakan dalam hal diagnosis harus dilakukan dengan seksama dengan menimbang sejumlah penyebab hepatitis. Mulai dari hepatitis virus A, B, C, D, E, yellow fever, leptospirosis, adenovirus, hingga infeksi atau sindroma post infeksi Covid-19 atau varian baru Covid-19.

"Pemeriksaan biokimia akan memberi andil dalam penelusuran etiologi dan mengubah unknown menjadi known," kata dia.

Cara Serologi dan Molekuler

Sedangkan, peneliti Kelompok Riset Hepatitis, Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman BRIN, Korri El Khobar menyatakan untuk mendeteksi virus penyebab hepatitis dapat dilakukan secara serologi dan molekuler. Serologi dilakukan untuk menentukan pernahkah seseorang terinfeksi hepatitis. Yaitu dengan cara mendeteksi antibodi spesifik terhadap virus.

Metode yang digunakan yaitu melalui antibodi atau antigen, dengan metode rapid test, ELISA, atau CLIA, melalui sampel darah, plasma atau serum, dan sampel pernapasan. Kemudian untuk molekuler dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis infeksi virus dengan cara mendeteksi materi genetik virus, melalui metode PCR dan sequencing.

"Analisis sekuens virus dapat dilakukan untuk mengidentifikasi jenis virus, melakukan karakterisasi sekuens virus dengan melihat adanya variasi pada sekuens, melakukan analisis kekerabatan virus, dan juga menentukan sebaran epidemiologi virus," papar Korri.

 

3 dari 5 halaman

Tips Pencegahan Hepatitis Akut

Terdapat sejumlah gejala awal yang terjadi berkaitan dengan hepatitis akut. Misalnya sakit perut, mual, muntah, dan diare. Selain itu hepatitis akut misterius juga memiliki gejala lanjutan yang dapat memperberat kondisi pasien. Gejala itu meliputi area mata dan kulit yang menguning, perubahan warna feses menjadi putih, dan perubahan warna air kencing hingga berwarna pekat seperti teh.

Karena hal itu, Dokter Spesialis Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Ade Rachmat Yudiyanto meminta agar orang tua tidak panik ketika mendapatkan anaknya memiliki gejala yang mirip dengan hepatitis akut misterius tersebut.

Namun dia meminta para orang tua segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan atau faskes ketika gejala yang dialami sang anak tidak lekas membaik. Atau jangan menunggu anak menunjukkan adanya gejala kuning, kejang, atau bahkan tidak sadar baru membawa anak ke dokter.

Penggunaan Sanitasi

Selain itu, Ade juga memberikan sejumlah langkah pencegahan untuk menghindari terpapar hepatitis akut misterius. Yaitu peningkatan pelaksanaan protokol kesehatan seperti halnya dalam penanganan Covid-19. Seperti mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir hingga penggunaan masker.

"Di jalan jangan lupa pergi yang tidak berkerumunan, sebab adanya suatu transmisi atau penyebaran melalui mulut atau feses. Pencegahan yang paling penting dilakukan," kata Ade kepada Liputan6.com.

Feses yaitu berhubungan dengan sanitasi lingkungan. Dia mengimbau para orang tua dapat memperhatikan dalam penggunakan popok sekali pakai. Sebab pembuangan yang sembarangan dapat berdampak pada penyebaran hepatitis.

Kemudian pencegahan utama yang dapat dilakukan yaitu dari asupan makanan yang bersih. Kemudian yaitu pelaksanaan imunisasi mengenai hepatitis.

"Pampers yang tadi itu sebaiknya dicuci itu jangan lupa. Jadi apapun yang kita lakukan yang paling penting adalah pencegahan jadi jangan sampai ada kata-kata menyesal di akhir nanti," ucapnya.

 

4 dari 5 halaman

Langkah Antisipasi Infeksi pada Anak

Unit Kerja Koordinasi Infeksi Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Nina Dwi Putri menyatakan sebenarnya infeksi sangat umum terjadi pada anak kecil. Mulai dari kontak erat karena bermain bersama hingga penyakit menular dapat menyebar dengan mudah dari orang ke orang.

Karena itu, dia memberikan sejumlah anjuran kepada para orang tua untuk mencegah dan mengendalikan infeksi pada anak. Pertama yaitu melakukan imunisasi, lalu tetap berada di rumah saat sakit untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

"Apapun itu, baik batuk pilek, diare, demam, belekan, ruam-ruam, dan lain-lain walaupun ringan, mereka hendaknya tinggal di rumah, kecuali perlu berobat ke dokter. Hal ini membantu mencegah penularan penyakit. Selain itu anak-anak juga dapat beristirahat dengan baik sehingga pemulihannya bisa lebih cepat," kata Nina kepada Liputan6.com.

Kemudian, menghindari kerumunan atau tempat yang terlalu ramai dan sirkulasi yang buruk. Sebab terdapat sejumlah penyakit yang gampang sekali ditularkan jika suasana terlalu padat dan sirkulasi udara buruk.

Kemudian yaitu menjaga kebersihan. Salah satu cara sederhana namun penting untuk membantu mencegah penyebaran infeksi adalah mencuci tangan sebelum makan, setelah menggunakan kamar mandi, dan setelah menyentuh benda apapun yang mungkin mengandung banyak kuman.

"Tutupi bersin dan batuk atau kenakan masker. Ketika orang batuk dan bersin, mereka dapat menyebarkan kuman dan virus. Dengan menutup mulut dan hidung dengan tisu atau masker," ucapnya.

Perbedaan Hepatitis

Kasus hepatitis akut di Indonesia sebetulnya sudah terbiasa terjadi. Namun untuk kasus hepatitis akut berat yang saat ini ditemukan di beberapa negara itu masih misterius batu belum diketahui penyebabnya.

Kasus hepatitis akut misterius yang menyerang pada anak-anak berusia 1 bulan sampai 16 tahun pertama kali dilaporkan di Inggris pada 5 April 2022. Saat dilakukan pengecekan tidak ditemukannya virus hepatitis A, B, C, D, atau E dan menunjukkan adanya patogenesis baru.

"Tapi, khusus untuk hepatitis yang banyak dibicarakan ini (hepatitis misterius), karena kita belum ketahui penyebabnya. Biasanya yang datang (hepatitis akut) tidak seberat yang kita temukan dan datang dalam waktu yang bersamaan secara cepat," kata Dokter spesialis anak konsultan gastro hepatologi Hanifah Oswari.

 

5 dari 5 halaman

Akan Menjadi Pandemi?

Kendati begitu, Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman memperkirakan virus hepatitis akut misterius tidak menjadi pandemi seperti Covid-19 yang terjadi hampir tiga tahun. Kata dia, pihaknya memiliki sejumlah alasan tersendiri.

Dicky menjelaskan pandemi umumnya terjadi karena adanya patogen baru. Kemudian mayoritas manusia belum memiliki imunitas terhadap patogen tersebut. Atau istilah lainnya semua golongan usia rentan dengan adanya hal tersebut. Sedangkan dalam temuan hepatitis akut misterius menunjukkan 90 persen menyerang anak-anak di bawah lima tahun.

"Sangat kecil jadi pandemi, karena selain tadi ya ada data-data yang ditunjukkan seperti di Israel bahwa 90 persen anak yang terinfeksi hepatitis ini dalam kurun waktu satu tahun terakhir terinfeksi atau terpapar Covid-19," kata Dicky kepada Liputan6.com.

Sebelum ada Covid-19 di Wuhan, China kata dia virus hepatitis sudah ada dan bukanlah hal baru. Karena hal itu, Dicky memprediksi virus hepatitis akut misterius merupakan efek dari long Covid-19. Atau dampak menengah akut atau jangka panjang pada beberapa organ dalam manusia.

Menyasar Kelompok Rawan

Lanjut dia, virus hepatitis seringkali terdeteksi pada anak-anak maupun dewasa. Namun, setelah adanya respon Covid-19, Dicky menyebut terdapat sejumlah dampak yang bermunculan secara langsung ataupun tidak langsung.

"Dampaknya dalam bentuk seperti long covid ini akan menyasar kelompok paling rawan yang selama ini terlindungi atau belum terjamah atau masih sedikit terjamah, baik itu lansia, kelompok komorbid termasuk anak-anak. Karena selama ini mereka ada di balik orang orang yang selama ini terpapar duluan, seperti orang dewasa muda yang mobile dan lain sebagainya," papar dia.

Saat ini hal terpenting dilakukan yaitu mitigasi primer dan sekunder atau upaya yang dapat mengurangi risiko. Langkah mitigasi primer yaitu peningkatan kebiasaan protokol kesehatan hingga konsumsi makanan yang sehat dan bersih.

Lalu untuk mitigasi sekunder yaitu melakukan konsultasi kepada dokter ketika usai terpapar Covid-19. Hal tersebut untuk mengantisipasi adanya dampak dari long Covid-19.

"Pastikan kalau ada komorbid tertangani. Konsultasi dengan dokter, pola makan, hidup sehat dan kontrol memantau kesehatan sehingga bisa terdeteksi. Pola hidup bersih sehat, sanitasi lingkungan yang baik, makanan minuman yang sehat bersih. Itukan mau ada hepatitis atau ada pandemi sekalipun harus kita lakukan, kita tingkatkan," dia menjelaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.