Sukses

Menpora: Grand Final Piala Presiden E-Sport 2019 Bagian Seleksi Atlet Sea Games 2019

Menpora menilai bahwa kejuaraan e-sports tidak saja sekadar menyalurkan hobi tapi ini akan memberikan motivasi bagi pemuda-pemuda yang kreatif.

Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 16 tim babak Grand Final Piala Presiden E-Sports 2019 yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (30/3). Mereka terdiri dari delapan tim kualifikasi regional dan delapan tim penyisihan nasional. Mereka saling bertanding untuk mengukuhkan diri menjadi tim terbaik di Indonesia.

Tim yang masuk dalam kategori penyisihan nasional, yakni Onic Esports, Aerowolf, PSG.RRQ, AlterEgo. Lalu Louvre Juggernaut, Capcorn, SFI Critical, Evos Esports. Sementara tim regional terdiri dari Professional Esports (Palembang), ROC Esports (Bali), Revo (Surabaya), Starlest (Makassar). Kemudian Star8 (Manado), Nazone Gaming (Solo), Cupu (Pontianak), dan Humble (Bekasi).

Menpora menilai bahwa kejuaraan e-sports ini adalah ajang yang bagus.

“Kejuaraan ini sangat bagus, karena tidak saja sekadar menyalurkan hobi tapi ini akan memberikan motivasi bagi pemuda-pemuda yang kreatif. Lebih dari pada itu bahwa ini merupakan proses seleksi bagi para atlet yang masuk 3 besar menuju pelatnas Sea Games 2019. Kami harapkan para finalis menyiapkan diri sebaik mungkin untuk bertanding di tanggal 30-31 Maret 2019,” ujar Menpora Imam Nahrawi menghadiri sekaligus menyaksikan Grand Final Piala Presiden E-Sports 2019 bersama Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Triawan Munaf.

“Para atlet yang masuk pelatnas ini nantinya akan kita kirim untuk bertanding ujo coba ke luar negeri, karena uji coba penting dilakukan oleh para atlet. Ini kita lakukan karena kita ingin prestasi di e-sports ini tidak kalah dengan cabang olahraga lain. Bicara prestasi, bukan semata-mata kita beri waktu untuk bermain tapi lebih dari pada itu kita harus memperhatikan gizi, fisik dan psikis. Tentu hal ini harus di dukung oleh semua pihak,” tambahnya.

Terkait Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggulirkan wacana fatwa haram untuk game Player Unknown's Battlegrounds (PUBG). Menpora pun mengaku boleh-boleh saja tapi harus betul-betul obyektif.

“Boleh-boleh saja dikaji tapi harus obyektif jangan kemudian pemain PUBG dikatakan teroris. Kita harus bisa membedakan teroris dan game, karena kalau sudah jadi teroris tidak ada kaitan dengan apapun kecuali memang sudah niatnya,” jelasnya.

Usai menyaksikan Babak Grand Final Piala Presiden Esports 2019, Menpora mengunjungi stand-stand yang ada di Istora Senayan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini