Sukses

Pesan Fahri Hamzah ke Jokowi: Cintailah Orang Kritis

Fahri juga mengaku telah mengingatkan Jokowi untuk tidak mudah terlena dengan pujian.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai Calon Presiden (capres) petahana nomor urut 01 Presiden Joko Widodo atau Jokowi kini mulai gusar. Hal itu, kata dia, disebabkan orang-orang sekitar Jokowi tak lagi berbicara apa adanya.

"Cuma stamina dia untuk tidak marah itu kan bersumber dari fakta bahwa mungkin masih banyak yang berkata apa adanya. Lama-lama orang-orang di sekitarnya itu mungkin tidak berkata apa adanya. Salah dalam memberikan persepsi. Sehingga Pak Jokowi kelihatan gusar dengan keadaan. Santai saja," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (27/11/2018).

Fahri juga mengaku telah mengingatkan Jokowi untuk tidak mudah terlena dengan pujian. Dia berharap mantan Gubernur DKI Jakarta itu bia lebih menyukai orang-orang yang memberikan kritik.

"Cintailah orang yang kritis, yang suka berpendapat beda, orang yang ngomong pahit tapi menyampaikan kebenaran. Daripada orang yang bermanis manis tapi semua isinya bohong," ungkapnya.

Tambahnya, rakyat akan lebih tenang jika Jokowi bersikap rileks seperti dulu. Karena itulah, Fahri meminta Jokowi untuk lebih berhati-hati pada orang yang berbicara manis.

"Tapi sekali lagi, warning saya ke Pak Jokowi sama sejak dulu sampai sekarang. Hati-hati dengan orang yang berbicara manis, dan itulah bahayanya kekuasaan itu. Karena kekuasaan itu apalagi dalam kultur kita asal bapak senang," ucapnya.

Sikap Jokowi belakangan ini menjadi sorotan. Sebab, Jokowi kini kerap melontarkan kekesalannya dalam berbagai bentuk ucapan, mulai dari politisi sontoloyo, politisi genderuwo dan peringatan banyak 'kompor' jelang tahun politik 2019.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lunturkan Citra Positif

Pengamat politik Pangi Chaniago mengkritisi tata bahasa Presiden Jokowi. Menurut dia, kata "tabok" dan "gebuk" yang muncul saat Jokowi menyinggung masalah Partai Komunis Indonesia (PKI) berpotensi menurunkan citra positif sang petahana.

"Pernyataan terlalu reaktif direspons justru memberi sentimen negatif pada Jokowi, secara tak langsung melongsorkan citra Jokowi. Karena posisinya sebagai presiden sangat kurang tepat mengeluarkan diksi emosional semacam ini," demikian menurut Pangi lewat siaran pers tertulis diterima, Selasa (27/11/2018).

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research ini khawatir reaksi berapi-api Jokowi bisa memancing gesekan akar rumput yang berbahaya. Hal itu dikarenakan, para pendukung fatanik sang petahana ingin mengeluarkan eksistensi yang merasa tengah terzolimi isu tersebut.

"Relawan pendukung dan tim sukses yang butuh stempel eksistensi sebagai pendukung setia dari Jokowi. Respons berlebihan mereka, justru akan menimbulkan gesekan di tengah masyarakat dan mempertajam konflik karena capres yang didukung terus difitnah," ucap Pangi.

Ketimbang terus terpancing masalah PKI, Pangi menyarankan Jokowi seharusnya bisa lebih bijak fokus menyongsong Pilpres 2019. Caranya, dengan lebih apik mempromosikan capaian pemerintahannya selama 4 tahun terakhir.

"Sebagai capres petahana semestinya Jokowi harus percaya diri fokus pada tagline-nya "kerja-kerja-kerja" tanpa harus bersikap emosional, fokus mempromosikan prestasi yang sukses, maka sang penantang secara otomaticly bakal kesulitan melawannya," saran Pangi.

 

Reporter: Sania Mashabi

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.