Liputan6.com, Depok: Kasus ledakan bom di Graha Cijantung, Jakarta Timur, Senin silam, bakal terkuak. Pasalnya, polisi telah menangkap enam orang tersangka di Jalan Haji Saman, Desa Tapos, Kecamatan Cimanggis, RT 41/RW 20, Depok, Jawa Barat, Sabtu (6/7) pagi. Mereka masing-masing bernama Atom, Abdullah, Ahmad, Syahrul, Mudawali, Adi alias Bambang. "Seorang di antaranya berasal dari Aceh Timur," kata Kapolri Jenderal Polisi Da`i Bachtiar ketika berdialog dengan reporter SCTV Ira Koesno melalui telepon. Lima orang lain tak memiliki identitas saat ditangkap. Namun, polisi juga masih memburu enam tersangka lain yang berhasil kabur.
Da`i menjelaskan, markas komplotan itu adalah sebuah rumah yang dikontrak seseorang bernama Bambang. Namun sejak tiga bulan terakhir, rumah ini ditempati orang lain. "Kami masih menginterogasi para tersangka untuk mengungkapkan penemuan tersebut," kata Da`i. Di rumah berlantai keramik tadi, ditemukan 20 ribu butir peluru berbagai kaliber, dua pelontar peluru dan lima pelurunya, empat unit timer, 167 buah magazine, dua unit pistol rakitan, dan empat buah granat jenis nanas. Selain itu masih ada dua buah gas air mata, dua detonator listrik, sebungkus ganja, pakaian loreng tentara sebanyak empat pasang, dan uang tunai senilai Rp 50 juta. Polisi juga menemukan amunisi di sebuah rumah di Cibinong, Jawa Barat, dan Bintaro, Jakarta Selatan.
Kapolri membenarkan bahan peledak potasium yang ditemukan hari ini, persis dengan bom-bom yang meledak di Jakarta beberapa waktu silam. Sebut saja, serangkaian peledakan bom di sejumlah gereja ketika perayaan Natal dua tahun silam [baca: Bom Natal dan Gelagat Kudeta]. Penemuan itu menguatkan dugaan bahwa para pelaku peledakan adalah orang-orang profesional. Meski begitu, lanjut Da`i, polisi tak boleh gegabah membuat kesimpulan mereka terkait kelompok tertentu. "Yang pasti, mereka punya uang dan sangat ahli membuat bom serta senjata," ujar dia.
Berbagai bukti, fakta, dan keterangan tersangka akan dikumpulkan untuk membuat benang merah seluruh kasus. "Ini kerja keras yang memakan waktu lama," kata Da`i, menepis kecurigaan cepatnya Kasus Bom Cijantung terkuak. Alasannya, teroris kerap membuat strategi berbeda untuk menakuti masyarakat. Buktinya, peledakan bisa terjadi di mal, tempat ibadah, atau pusat keramaian lain. Termasuk kejadian terakhir yang berdekatan dengan Markas Komando Pasukan Khusus [baca: Ledakan Keras di Graha Cijantung].
Menyinggung ledakan bom di Graha Cijantung, polisi telah mengidentifikasi jenis bom yang meledak tersebut. Menurut laporan Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri, bahan bom tersebut adalah potasium dan belerang yang berdaya ledak rendah. Bom itu dikategorikan sejenis petasan, sama seperti bahan ledakan yang terjadi di depan Diskotik Eksotis, tiga pekan silam.
Hari ini, Kapolri telah mengunjungi lokasi ledakan dan markas teroris di Cimanggis. Sejumlah pejabat Polri, antara lain Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Komisaris Besar Pol. Anton Bachrul Alam terlihat hadir.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)
Da`i menjelaskan, markas komplotan itu adalah sebuah rumah yang dikontrak seseorang bernama Bambang. Namun sejak tiga bulan terakhir, rumah ini ditempati orang lain. "Kami masih menginterogasi para tersangka untuk mengungkapkan penemuan tersebut," kata Da`i. Di rumah berlantai keramik tadi, ditemukan 20 ribu butir peluru berbagai kaliber, dua pelontar peluru dan lima pelurunya, empat unit timer, 167 buah magazine, dua unit pistol rakitan, dan empat buah granat jenis nanas. Selain itu masih ada dua buah gas air mata, dua detonator listrik, sebungkus ganja, pakaian loreng tentara sebanyak empat pasang, dan uang tunai senilai Rp 50 juta. Polisi juga menemukan amunisi di sebuah rumah di Cibinong, Jawa Barat, dan Bintaro, Jakarta Selatan.
Kapolri membenarkan bahan peledak potasium yang ditemukan hari ini, persis dengan bom-bom yang meledak di Jakarta beberapa waktu silam. Sebut saja, serangkaian peledakan bom di sejumlah gereja ketika perayaan Natal dua tahun silam [baca: Bom Natal dan Gelagat Kudeta]. Penemuan itu menguatkan dugaan bahwa para pelaku peledakan adalah orang-orang profesional. Meski begitu, lanjut Da`i, polisi tak boleh gegabah membuat kesimpulan mereka terkait kelompok tertentu. "Yang pasti, mereka punya uang dan sangat ahli membuat bom serta senjata," ujar dia.
Berbagai bukti, fakta, dan keterangan tersangka akan dikumpulkan untuk membuat benang merah seluruh kasus. "Ini kerja keras yang memakan waktu lama," kata Da`i, menepis kecurigaan cepatnya Kasus Bom Cijantung terkuak. Alasannya, teroris kerap membuat strategi berbeda untuk menakuti masyarakat. Buktinya, peledakan bisa terjadi di mal, tempat ibadah, atau pusat keramaian lain. Termasuk kejadian terakhir yang berdekatan dengan Markas Komando Pasukan Khusus [baca: Ledakan Keras di Graha Cijantung].
Menyinggung ledakan bom di Graha Cijantung, polisi telah mengidentifikasi jenis bom yang meledak tersebut. Menurut laporan Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri, bahan bom tersebut adalah potasium dan belerang yang berdaya ledak rendah. Bom itu dikategorikan sejenis petasan, sama seperti bahan ledakan yang terjadi di depan Diskotik Eksotis, tiga pekan silam.
Hari ini, Kapolri telah mengunjungi lokasi ledakan dan markas teroris di Cimanggis. Sejumlah pejabat Polri, antara lain Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Komisaris Besar Pol. Anton Bachrul Alam terlihat hadir.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.