Sukses

Taksi Gratis Tak Didapat, Taksi Aplikasi Jadi Pilihan

Sejumlah calon penumpang mengaku harus menunggu lama untuk mendapatkan taksi gratis.

Liputan6.com, Jakarta - Belasan orang tampak duduk di barisan kursi tunggu layanan pemesanan taksi Blue Bird di lobi selatan Mal Senayan City, Jakarta Pusat. Meski batas waktu layanan taksi gratis oleh perusahaan Blue Bird tinggal sekitar dua jam, mereka tetap menunggu.

Menurut Muklis, seorang petugas valet parkir, antrean para calon penumpang yang hendak naik taksi gratis tersebut sudah berkurang. Beberapa jam sebelumnya, antrean bahkan mencapai puluhan orang.

"Sejak jam tiga sore tadi, para pengunjung mal antre di sini, Mas. Padahal, taksi yang datang tidak banyak, hanya satu-dua taksi rata-rata setiap setengah jam," ucap Muklis kepada Liputan6.com, Jakarta, Rabu (23/3/2016) malam.

Liputan6.com pun berbincang dengan beberapa calon penumpang yang ingin merasakan layanan taksi gratis tersebut. Kamal, misalnya. Siswa kelas 9 ini mengaku sudah satu jam lebih menunggu, tapi belum juga dapat taksi Blue Bird.

"Kalau tahu lama begini, mending enggak usah menunggu. Percuma," kata remaja berumur 14 tahun itu.

Padahal, ia ingin merasakan pulang ke rumah di kawasan Kemang Utara, Jakarta Selatan, dengan menikmati taksi gratis Blue Bird. 

"Mungkin juga saya tidak hoki. Ya, sudah, deh, mending saya cari Uber (taksi berbasis aplikasi online) saja," kata Kamal dengan nada kecewa.

Kekecewaan serupa dilontarkan Tomy dan Andreas yang juga menunggu di lokasi tersebut. Dua sahabat satu kampus di bilangan Karawaci, Tangerang, Banten, ini juga sudah menunggu taksi gratis selama satu setengah jam lebih.

"Kalau enggak dapat juga, ya kami akan naik taksi Uber saja," ujar Tomy.

Pun demikian Olivia. Karyawan swasta di salah satu perusahaan di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, ini menunggu taksi gratis sekitar setengah jam lebih.

"Jadinya enggak enak aja. Maunya dapat taksi Blue Bird, tapi lama menunggu seperti ini. Kalau tidak dapat juga, saya pesan Uber saja, deh," ujar wanita berkacamata yang berusia sekitar 30-an tersebut dengan nada kecewa.

Setelah menanyai mereka, Liputan6.com bergeser ke arah Jalan Asia Afrika untuk mengecek ada tidaknya taksi Blue Bird yang melintas. Ternyata di sekitar Jalan Asia Afrika hingga Bundaran Senayan, masih ada beberapa taksi armada biru yang lewat dengan penumpang di dalamnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jam Terakhir

Liputan6.com pun mencoba menyetop taksi Blue Bird dan berhasil. Setelah menanyakan masih melayani taksi gratis, sopir bernama Robin itu menyilakan naik.

"Masih ada waktu satu jam, saya siap antar bapak ke tujuan," ujar sopir taksi Blue Bird dari pool (pul) Jalan Raden Inten, Jakarta Timur, tersebut.

Iya pun bersedia mengantar Liputan6.com ke arah Lenteng Agung, Jakarta Selatan, yang berjarak sekitar 25 kilometer.

"Bapak ini penumpang saya yang ke-13. Saya berangkat dari pool sekitar jam setengah tiga sore tadi," imbuh sopir yang sudah bekerja di Blue Bird selama hampir 14 tahun.

Menurut sopir berusia sekitar 40 tahun tersebut, jarak terjauh yang dilayaninya adalah dari Kampung Melayu, Jakarta Timur, menuju Bintaro, Jakarta Selatan.

"Ada pelanggan yang ramah, ada pula yang marah-marah. Pelanggan yang marah-marah itu mengaku sudah enam jam menunggu taksi Blue Bird," kata Robin.

"Saya jawab saja, 'ya maaf aja, Bu, armada taksi kan terbatas juga, sedangkan yang ingin menikmati layanan taksi gratis sangat banyak'," kata Robin.

Ketika ditanyakan apakah ikut demonstrasi sopir taksi besar-besaran pada Selasa 22 Maret lalu, ia mengaku tidak berpartisipasi. Saat itu ia pulang kerja sekitar jam setengah delapan pagi.

"Saya cuma nongkrong di pool dan menonton aksi demo rekan-rekan sopir taksi dari televisi. Setelah itu saya pulang ke kontrakan di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur," kata Robin.

Kendati demikian, ia menilai demonstrasi para sopir taksi didasarkan atas kebutuhan menghidupi keluarga masing-masing.

"Tuntutan perut, dengar ada saingan (taksi berbasis aplikasi online) yang lebih murah, sama aja menghancurkan usaha taksi yang telah ada," ujar Robin.

Apalagi dengan kondisi saat ini. "Kalau bulan-bulan lalu bisa bawa uang minimal Rp 150 ribu setiap operasi (giliran menarik taksi), sekarang cuma dapat Rp 50-100 ribu," ungkap Robin.

Perolehan itu pun, menurut dia, karena setiap sopir Blue Bird mendapat subsidi dari perusahaan yang disesuaikan dengan perolehan pendapatan dan komisi.

Ia pun berharap pemerintah dapat berlaku adil. "Boleh deh ada Uber atau Grab, tapi jangan banting harga."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.