Sukses

Mengapa Kabut Asap Sumsel Begitu Parah?

Sumatera Selatan merupakan satu dari 7 provinsi yang mengalami kebakaran hutan terhebat di Indonesia.

Liputan6.com, Palembang - Sumatera Selatan merupakan satu dari 7 provinsi yang mengalami kebakaran hutan terhebat di Indonesia. Kebakaran di Sumsel merupakan yang terparah lantaran kabut asap yang dihasilkan berpotensi mengganggu keselamatan penerbangan internasional.

Seperti disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei.

"Yang parah sekarang adalah Sumsel dan Kalimantan Tengah (Kalteng). Tapi kita hanya fokus di Sumsel saja untuk pemadaman kebakaran dengan bantuan pesawat dari negara lain," kata Willem kepada Liputan6.com di Terminal Cargo Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Sumsel, Jumat (16/10/2015).

"Karena melihat arah angin, kabut asap di Sumsel bisa menyebar ke tempat lain, terutama ke selat internasional yang sangat membahayakan keselamatan pesawat," imbuh dia.

BNPB saat ini cukup kewalahan setelah sejumlah provinsi mengalami kebakaran hebat. Dalam beberapa hari terakhir, Kalimantan Timur (Kaltim) juga turut terbakar. Kondisi ini sangat parah dibandingkan tahun kemarin. Pada 2014, BNPB hanya fokus pada penanganan kebakaran di Riau saja.

"Akar permasalahannya adalah masyarakat Sumsel banyak membuka lahan secara membakar. Untuk melakukan pencegahan harus dengan pendekatan sosial, supaya masyarakat tidak membakar. Pemerintah memikirkan program pemberdayaan masyarakat," tutur Willem.

"Gambut sekarang over-dehidrasi, kalau lihat terbakar seperti ini parah. Karena itu, gambut harus dikelola dan dibasahi, buat blocking kanal seperti arahan Presiden RI. Terakhir, sosialisasi terhadap penegakan hukum," imbuh dia.

Willem menuturkan, dari 7 provinsi yang terbakar itu ada sekitar 1.700 juta hektare lahan yang terbakar, 20 juta hektare merupakan lahan gambut.

"Kami susah untuk menjamin tidak terjadi kebakaran lagi. Tapi kami akan lakukan upaya pemadaman kebakaran semaksimal mungkin," tutur Willem. (Ndy/Mut)*

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini