Sukses

Warga Curigai Aktivitas Korban Ledakan di Makassar

Mama Fani yang rumahnya hanya selang satu rumah dari pusat ledakan, juga mengatakan, kegiatan Hajah Ramlah ‎sangat tertutup.

Liputan6.com, Makassar - Penyidik Reskrimum Polrestabes Makassar yang didukung Polda Sulselbar, terus menelusuri pihak-pihak yang dinila‎i bertanggungjawab dalam aktivitas perakitan bom ikan yang menyebabkan terjadinya ledakan dahsyat di Perumahan Pattene Permai Blok C 3 No. 11 Kelurahan Sudiang Kecamatan Biringkanaya Makassar, Sulsel, Senin 3 Agustus 2015 lalu.

"Penyidik akan bekerja profesional menyelesaikan kasus ledakan bom ikan ini dengan tuntas," kata Kepala Bidang Humas Polda Sulselbar Kombes Pol Frans Barung Mangera kepada Liputan6.com, Rabu (5/8/2015), di Makassar, Sulawesi Selatan.

Dari hasil olah TKP, polisi menemukan beberapa alat bukti adanya aktivitas terlarang di lokasi ledakan bom. Di antaranya detonator dan bahan mesiu yang dilarang diproduksi maupun didistribusikan.

"Di sini tindak pidananya dan tentu banyak yang terlibat," lanjut Frans Barung.

Sebelumnya, tetangga korban tewas, Jasman, mengungkapkan warga kerap mengadukan aktivitas yang berlangsung di rumah korban, Sania, yang merupakan pusat ledakan. Hanya saja, kata Jasman, laporan yang disampaikan ke RT itu tidak ada tindaklanjut. Ketua RT, ujar dia, hanya menerima laporan tapi tidak pernah memberi teguran terhadap aktivitas perakitan barang yang dinilai agak janggal tersebut.

"Dari awal warga sebenarnya sangat curiga dengan aktivitas yang ada di rumah itu. Kecurigaan itu sering dilaporkan ke Pak RT tapi tidak tahu kenapa Pak RT tidak berbuat apa-apa. Baru kejadian begini lalu kasak kusuk cari pembenaran," terang Jasman.

Seorang warga yang akrab dipanggil Mama Fani, juga mengungkapkan kecurigaan terhadap aktivitas di rumah Sania. Bahkan ia mencurigai salah seorang korban, Hajah Ramlah, yang diketahui tidak jelas pekerjaannya tapi tiba-tiba sudah kaya dan membeli rumah beberapa unit di Perumahan Pattene Permai.‎

"Kita curiga sejak dulu, dia (Hajah Ramlah) awalnya hanya kontrak rumah yang ditinggali pekerjanya (Sania), kemudian hanya beberapa bulan rumah kontrak itu dibelinya dan dijadikan tempat tinggal Sania yang juga tewas dalam peristiwa ledakan," ungkap Mama Fani.

"Kita tidak tahu dari mana mendapatkan uang, hanya selang tidak terlalu lama dia mampu dengan entengnya membeli rumah beberapa unit di kompleks ini, sementara pekerjaannya tidak diketahui," lanjut Mama Fani.

Sangat Tertutup

Mama Fani yang rumahnya hanya selang satu rumah dari pusat ledakan, juga mengatakan, kegiatan Hajah Ramlah ‎sangat tertutup.

Warga lainnya yang tinggal berdekatan dengan pusat ledakan, juga menyebutkan di rumah yang menjadi pusat ledakan sebulan sekali ada mobil truk membongkar barang.

"Ketika kita tanya ke korban (Hajah Ramlah maupun Sania), jawabnya barang yang dibongkar tersebut beras. Namun saat ditanya beras itu bisa dibeli, mereka menjawab tidak bisa karena beras memang tidak ada," ujar warga yang menolak menyebutkan namanya itu.

Ledakan keras terjadi ‎di Perumahan Puri Pattene Blok C Nomor 10 Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Sulawesi Selatan pukul 15.30 Wita. Ledakan itu menewaskan 2 warga di antaranya Hajah Ramlah.

Selain menelan korban jiwa, ledakan itu juga mengakibatkan 6 rumah mengalami kerusakan. Ledakan tersebut diduga berasal dari bom ikan.

"Memang diduga bom ikan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Agus Rianto.

Dalam kasus ini, polisi telah menetapkan tiga orang menjadi tersangka. Dua di antaranya merupakan anak kandung dan suami kedua Hj Ramlah.

"Iya identitas ketiga tersangka tidak diekspos karena kita ingin korek lebih dalam guna mengungkap ke mana tempat pendistribusian semua bom ikan tersebut, siapa-siapa saja yang menerima dan bahan bakunya berasal dari mana," kata Frans di Mapolda Sulselbar. (Sun/Mut)