Sukses

Eks Wakil Rektor UI Divonis 2 Tahun, Nama Eks Rektor 'Hilang'

Mantan Wakil Rektor UI Tafsir Nurchamid dinyatakan bersalah melakukan korupsi pengadaan 7 pemasangan IT Perpustakaan Pusat UI 2010-2011.

Liputan6.com, Jakarta - Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) menjatuhi hukuman kepada terdakwa mantan Wakil Rektor Universitas Indonesia (UI) Tafsir Nurchamid dengan pidana 2 tahun 6 bulan penjara. Majelis juga menjatuhi denda Rp 200 juta subsider 2 bulan kurungan.

Majelis Hakim menilai Tafsir terbukti bersalah melakukan korupsi dalam pengadaan dan pemasangan Informasi Teknologi (IT) Perpustakaan Pusat UI tahun 2010-2011.

"Mengadili, menyatakan terdakwa (Tafsir Nurchamid) terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama," ujar Hakim Ketua Sinung Hermawan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (3/12/2014).

Majelis menilai Tafsir terbukti melanggar dakwaan kedua, yakni Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor) juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHPidana.

Dalam putusannya, Majelis mempertimbangkan hal yang memberatkan dan meringankan. Hal yang memberatkan adalah perbuatan Tafsir tidak mendukung pemerintah dalam pemberantasan korupsi. Sedangkan hal meringankan, Tafsir berlaku sopan di persidangan, belum pernah dijatuhi pidana sebelumnya, menyesali perbuatannya, dan masih mempunyai tanggungan keluarga.

Vonis tersebut lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menuntut hukuman pidana 5 tahun penjara dan pidana denda sebesar Rp 500 juta subsider 6 bulan kurungan.

Menanggapi vonis dari hakim, Tafsir mengaku belum menentukan langkah selanjutnya‎, apakah akan mengajukan upaya banding atau tidak atas vonis ini. "Mohon pikir-pikir dalam waktu 7 hari," ujar dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI itu.

Nama Gumilar 'Hilang'

Dalam vonis ini, nama mantan Rektor UI Gumilar Ruswila Somantri 'hilang' dari rentetan kasus yang dijabarkan Majelis Hakim. Dalam rinciannya, Tafsir dinilai telah memprioritaska‎n PT Makara Mas untuk menggarap proyek pengadaan dan pemasangan IT di Perpustakaan Pusat UI. Meski penawarannya lebih mahal dari perusahaan lain yang ikut lelang.

Ditanya mengenai namanya hilang dari rentetan kasus Tafsir, Gumilar‎ tersenyum. Dia meminta semua pihak menghormati proses hukum yang sudah berjalan. "Kita hormati ya keputusan pengadilan. Saya kira pasti berdasarkan fakta-fakta," ujar Gumilar yang mengenakan kemeja lengan panjang warna biru.

Pada proyek pengadaan dan pemasangan IT ini, PT Makara Mas yang merupakan perusahaan milik UI tersebut disebutkan meminjam bendera PT Netsindo Inter Buana dalam penandatanganan kontrak. Dengan kata lain, semua pelaksanaan proyek digarap oleh PT Makara Mas alih-alih PT Netsindo Inter Buana.

Pada pelaksanannya, PT Makara Mas disebut tidak melakukan pembelian barang sesuai kesepakatan dengan spesifikasi teknis tertentu. Terdapat pula indikasi harga yang terlalu mahal dalam pengadaan proyek tersebut.

Durasi proyek yang rencananya hanya dikerjakan dalam waktu 60 hari itu pun juga mundur menjadi 90 hari. Hal tersebut menyebabkan penggelembungan anggaran dan menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 13 miliar. Tafsir sendiri terbukti menandatangani surat persetujuan yang disengaja untuk memundurkan proyek tersebut.

Oleh Majelis Hakim, Tafsir terbukti menerima hadiah atau gratifikasi berupa layar komputer dan tablet. Hadiah itu diterima dari koleganya, Dedi Abdul Rahman Saleh dan Direktur PT Markara Mas Tjahjanto Budisatrio pada 2011. Tafsir juga terbukti telah memperkaya korporasi, dalam hal ini PT Makara Mas, sebanyak Rp 1,6 miliar.

Dalam hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 2012 silam menunjukkan adanya potensi kerugian negara dalam 2 proyek di Kampus Kuning. Potensi kerugian negara itu sebesar Rp 45 miliar.‎ Di mana salah satu proyeknya adalah proyek pengadaan dan pemasangan IT di Perpustakaan Pusat UI ini. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini