Sukses

Aryono, Memotret Hidup Menggubah Lagu

Burung Camar yang diciptakan Aryono sekitar 20 tahun silam bercerita tentang kepedulian terhadap sesama. Aryono juga mengajak untuk merenungi berbagai peristiwa kehidupan yang terabadikan dalam karya fotografinya.

Liputan6.com, Jakarta: Anda tentu akrab dengan lagu Burung Camar yang dibawakan Vina Panduwinata. Lagu yang menjadi hit di era 80-an itu bahkan meraih Kawakami Prize pada World Popular Song Festival di Tokyo, Jepang pada 1985. Mungkin tak banyak yang tahu pencipta lagu tersebut adalah Aryono Huboyo Djati. Aryono Djati yang juga dikenal sebagai fotografer handal [baca: Viva Vina Sukses].

Saat ditemui SCTV belum lama ini, Aryono mengisahkan, lagu yang diciptakan sekitar 20 tahun lampau itu bercerita tentang kepedulian terhadap sesama. Sedianya, komposisi Burung Camar diciptakan untuk musik bermelodi klasik. Namun, sentuhan teman-teman musisi Aryono yaitu Iwan Abdurrahman dan Chandra Darusman membuat lagu ini lebih bercorak populer hingga lebih mudah diterima khalayak.

Dunia Aryono tak sepenuhnya untuk musik. Fotografi menyita hampir seluruh waktu dan perhatian seorang doktor (PhD) biologi kelautan lulusan Universitas Todai, Tokyo, Jepang ini. Dunia motret-memotret bahkan menjadi sumber penghasilan utama Aryono. Minatnya di dunia fotografi diwariskan dari ayahnya yang juga fotografer. "Sebelum dia [ayah] meninggal, diwariskan sebuah kamera," kenang pria kelahiran Jakarta 1 Juli 1959 ini.

Talenta Aryono di bidang fotografi telah menjadikannya sebagai juru foto andalan bagi sejumlah tokoh di Tanah Air. Sejumlah kalangan pejabat tinggi negara dan orang-orang terkenal lainnya terekam lensa Aryono. Tak kurang mantan Wakil Presiden Adam Malik, Menteri Sekretaris Negara Yusril Ihza Mahendra, hingga Wapres Jusuf Kalla menjadi objek jepretannya. "Aku suka tipikal JK [Jusuf Kalla]. Dia sahabat saya sejak 20 tahun silam jadi segala ekspresinya, gayanya, mimiknya saya akrab betul," jelas Aryono.

Bagi Aryono, sebuah foto tak ubahnya catatan waktu, lokasi, nama, dan peristiwa yang terjadi pada saat itu. "Buat saya, foto adalah diary," tambah Aryono. Komunikasi yang akrab dengan orang-orang yang terlibat juga menjadi syarat untuk menghasilkan foto yang baik.

Dengan filosofi itu, Aryono kemudian melahirkan sebuah karya monumental. Dia memotret satu bagian dari kehidupan perempuan Aceh yang ditinggal mati suaminya. "Suaminya seorang [anggota] Gerakan Aceh Merdeka. Anaknya baru berusia empat tahun ketika saya motret," ungkap Aryono. Dalam suatu lelang, foto berjudul Janda Satu Anak itu terjual Rp 700 juta. Nilai yang tergolong fantastis untuk sebuah karya fotografi di Indonesia.

Melalui lagu Burung Camar Aryono mencoba menghibur sekaligus mengajak kita untuk peduli sesama. Sedang lewat karya-karya fotografinya, Aryono mengajak kita untuk belajar dari berbagai peristiwa kehidupan.(TOZ/Cindy Agustina dan Teguh Dwihartono)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.