Sukses

Presiden: Bom Tentena Dilakukan Gabungan Dua Unsur

Presiden Yudhoyono terus memantau perkembangan kasus ledakan bom di Tentena, Poso, Sulteng, yang menewaskan 20 warga sipil. Penyelidikan sementara mengindikasikan pelaku adalah gabungan unsur dari dalam dan luar.

Liputan6.com, Hanoi: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan, berdasarkan penyelidikan sementara aksi teror bom Tentena dilakukan oleh gabungan unsur dalam dan luar. Belum dijelaskan kedua unsur yang dimaksud. Hanya, tak dipungkiri ada pihak luar yang mencoba memprovokasi dengan mengacaukan situasi di Poso, Sulawesi Tengah. "Tetapi tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat yang sesungguhnya sudah ingin betul-betul mengakhiri konflik," jelas Presiden Yudhoyono di sela-sela kunjungan kerjanya di Hanoi, Vietnam, Ahad (29/5).

Presiden mengaku terus memantau perkembangan kasus ledakan bom di Tentena, yang menewaskan 20 warga sipil. Presiden memutuskan tidak akan mempersingkat kunjungannya. Sebab, koordinasi antara Presiden dan Jakarta berjalan baik dan terukur. Penanganan pascaledakan pun sudah sesuai dengan instruksinya, seperti pengiriman tim medis dan penyelidik ke Tentena. Presiden memastikan bahwa Polri terus meningkatkan pencarian pelaku peledakan. Pengamanan di daerah lain juga telah ditingkatkan untuk mengantisipasi aksi teror serupa. "Langkah-langkah ke tempat lain juga dilakukan agar tidak lengah atau sebut saja tidak kecolongan," kata Yudhoyono [baca: Perbatasan Sulteng-Sulsel Dijaga Ketat].

Yudhoyono mengaku sudah mendengar permintaan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid untuk mengevaluasi kinerja Polri. Menurut Presiden, evaluasi bisa saja dilakukan tidak hanya ke Polri, tapi juga ke lapisan intelijen dan TNI di daerah-daerah. Namun evaluasi tidak bisa dilaksanakan tergesa-gesa hanya karena insiden Tentena semata. Ia tetap harus hati-hati dalam mengambil keputusan. Untuk itu, tambah Yudhoyono, diperlukan bukti hasil penyelidikan dan investigasi lebih mendalam.

Pada kesempatan terpisah di Jakarta, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta jajaran Polri lebih serius memburu pelaku peledakan bom Tentena. Kalla yang baru saja berkunjung ke Sulteng, memahami pengungkapan kasus ini diperlukan tim lebih besar lagi. Sekarang saja, menurut Kalla, ada dua jenderal yang ditugaskan secara khusus untuk kasus ini. "Tak usahlah disebut namanya. Kalau namanya intel itu tidak boleh disebut namanya," kilah Kalla [baca: Wapres Mengutuk Keras Peledakan di Poso].

Teror bom Tentena terus memicu kecaman berbagai pihak, termasuk Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. Menurut dia, aksi itu adalah tindakan pengecut dan bagian provokasi untuk membenamkan Indonesia ke dalam konflik berkepanjangan. Pelaku telah mencederai wajah Indonesia dan telah mengesankan bahwa Indonesia adalah tempat yang tidak aman. "Jadi sekali lagi, saya mengutuk perilaku para pengebom yang sangat pengecut ini," kecam Hidayat di Jakarta.

Terkait dengan kasus ini, Hidayat menuntut Polri bekerja lebih maksimal. Polri harus bisa membongkar dan menangkap pelaku hingga akar-akarnya. Bagaimanapun, menurut Hidayat, tragedi Tentena bisa dijadikan bukti tambahan bahwa Polri di daerah gagal menghadirkan keamanan masyarakat. Untuk itu mereka sepatutnya diganti. Masyarakat saat ini benar-benar mengharapkan kehadiran aparat penegak hukum yang mampu memberikan rasa aman.

Hidayat menambahkan, ia menyesalkan sikap pemerintah Amerika Serikat yang beberapa kali menutup kedutaan besarnya di Jakarta. AS dinilai sudah berbuat keji terhadap bangsa Indonesia. Sebab, menurut dia, penutupan kedubes itu secara tidak langsung untuk mendiskreditkan Indonesia ke dunia internasional sebagai tempat yang tidak aman.(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.