Sukses

Koruptor Dieksekusi Jagal Nusakambangan

Lantaran tersinggung Rio "si martil maut" menghabisi Iwan Zulkarnaen yang baru enam bulan menghuni Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap, Jateng. Iwan adalah korban kelima Rio.

Liputan6.com, Cilacap: Sambil menunggu hari eksekusi terpidana mati kasus pembunuhan Rio semestinya mengisi waktu dengan bertobat. Ironis. Awal Mei silam, Rio malah beraksi lagi. Dia membunuh Iwan Zulkarnaen (34), sesama napi di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Iwan adalah korban kelima Rio.

Rio memang sedang menghitung hari. Pada 2001, Pengadilan Negeri Purwokerto menjatuhkan vonis mati karena Rio terbukti melakukan empat kali pembunuhan. Beberapa waktu lalu, grasi yang diajukan ke presiden telah ditolak. Selama mendekam di LP Purwokerto Rio mendapat julukan "si martil maut". Pasalnya, seluruh korban dibunuh setelah bagian kepala dipukul dengan martil. Satu kasus terjadi di wilayah Banyumas dengan korban seorang pengacara bernama Jeje Suraji.

Medio Agustus 2004 Rio dipindahkan ke LP Nusakambangan. Lima bulan kemudian Iwan dan Asriadi masuk ke penjara yang sama. Iwan dan Asriadi adalah pegawai di Kantor Pos Makassar, Sulawesi Selatan. Mereka ditahan di Rumah Tahanan Kelas Satu Makassar karena terbukti menggelapkan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pendapatan (PPn) PT Semen Tonasa senilai Rp 40 miliar. Masing-masing diganjar 16 dan 10 tahun penjara. Pemindahan terpidana korupsi ke LP Nusakambangan, kata Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Hamid Awaludin, untuk membuat efek jera.

Asriadi ditempatkan di Lapas Kembang Kuning bersatu dengan Noval Hadad, terpidana kasus penembakan Hakim Agung Syaifuddin. Sedangkan Iwan dibawa ke Lapas Permisan, sekitar tiga kilometer dari Lapas Kembang Kuning. Iwan ditempatkan di blok khusus koruptor bersebelahan dengan blok kasus pembunuhan yang dihuni Rio. Terpidana kasus sodomi Siswanto alias Robot Gedek dan Gani, pelaku mutilasi di Purwokerto ada di kawasan blok yang sama.

Hubungan Iwan dan Rio tergolong akrab. Rio kerap minta diajari mengaji. Kala malam kejadian, 2 Mei 2005, Iwan masuk ke kamar Rio. Dia menenteng sajadah, alquran, dan tasbih. Usai mengajar ngaji, Iwan duduk dan merokok sambil menunggu hujan reda. Karena atap sel bocor Rio mengepel lantai yang basah. Rokok Iwan jatuh. Sambil memungut rokok, Iwan bertanya. "Kamu terpidana mati kok kalem gitu. Kau tuh nggak ada jalunya," kata dia. Kata-kata Iwan membuat Rio yang berbadan kecil kalap. Iwan ditonjok lalu ditendang dan kepalanya dibenturkan ke tembok.

Rio kemudian menyeret Iwan ke kamar mandi. Setelah membersihkan diri, Rio keluar sel dan pura-pura minta tolong karena Iwan jatuh. Narapidana lain yang tengah memasak berdatangan. Saat dilihat, Iwan sudah tewas dengan kepala berdarah. Bercak-bercak darah menempel di sekitar bak mandi. Namun, tak seorang pun menaruh curiga kepada Rio. Empat hari setelah kejadian itu diselidiki Kepolisian Resor Cilacap, Rio baru mengakui membunuh Iwan. Seisi lapas pun geger.

Polres Cilacap dibantu Kepolisian Daerah Jateng melakukan rekonstruksi dan tes psikologi mengingat track record Rio di dunia kriminal. "Sekarang masih murni kasus pembunuhan karena ketersinggungan Rio," kata Wakil Kepala Polres Cilacap Komisaris Polisi Yusri. Kementerian Hukum dan HAM juga membentuk tim investigasi.

Rio diisolasi. Lelaki ini tak boleh ditemui siapa pun termasuk oleh tim Derap Hukum SCTV. "Bukan menutupi tapi ingin concern mengkondisikan Rio untuk disidangkan," kata Kepala Lapas Permisan Kristiadi, baru-baru ini. Menurut Kristiadi, tersangka pun menolak dikunjungi dengan alasan stres.

Kematian Iwan memang menyisakan sejuta pertanyaan. Murni, istri kedua korban curiga pembunuhan terkait uang yang dikorupsi Iwan. Menurut Murni, semua barang bukti telah disita termasuk sebuah mobil merek BMW dan sepeda motor Harley Davidson warna merah. Pemisahan sel Iwan dari Asriadi juga dinilai membingungkan. Setelah mendekam di LP Nusakambangan, lanjut Murni, suaminya juga kerap mendapat perlakuan berbeda. "Di sini, Asriadi bebas bertemu istrinya, kenapa Iwan tidak boleh?" ujar ibu dari Ferari Ahmad itu.

Di mata Murni, suaminya adalah sosok yang baik. Iwan selalu adil membagi waktu untuk dia dan istri pertamanya, Tina Isminarti. Dari Tina lahir seorang putra bernama Refal Ahmad berumur enam tahun. Mereka kini tinggal di Purwokerto.

Sementara orang tua Iwan berharap polisi mengungkap kasus itu sampai tuntas. "Kalau benar anak saya dibunuh, berlaku hukum rimba saja," tegas Ashari Talhak saat ditemui di rumahnya di Banyuwangi, Jawa Timur. Sedangkan Asriadi mengaku tidak tahu menahu latar belakang kematian rekannya. Namun, dia menolak memberi keterangan lebih jauh ketika ditemui SCTV. "Saya masih shock," kata Asriadi.(KEN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.