Sukses

Google Buka Kantor Baru Ramah Lingkungan dan Bekas Stasiun Kereta Api di New York

Kantor baru Google yang dibangun di bekas terminal kereta api di New York dekat Hudson kini telah dibuka dan menampung hampir 3000 karyawan. Bangunan ini mengikuti konsep pembangunan hijau dan berkelanjutan dengan taman yang kaya akan vegetasi.

Liputan6.com, Jakarta - Google membuka kantor pusatnya di New York pada bekas lahan stasiun kereta api tahun 1930-an yang telah direnovasi, di dekat Hudson Square pada hari Rabu, 21 Februari 2024. Perusahaan raksasa teknologi tersebut mengatakan bahwa proyek pembangunan kantor ini dirancang dengan mempertimbangkan konsep pembangunan hijau dan berkelanjutan.

Dalam laman resmi Google, about.google.com, gedung ini menjadi kantor Google yang ke-36 di Amerika Serikat dari 70 kantornya yang tersebar di 50 negara di seluruh dunia.

Dilansir dari CNN, Minggu (25/02/2024), gedung Terminal St. John memiliki 12 lantai dan terletak di Hudson River Park, West Village, SoHo dan Tribeca, disebut-sebut sebagai “tempat kerja yang dirancang untuk tim,” tetapi juga menyediakan rumah baru bagi flora dan fauna lokal.

Dengan vegetasi tanah yang setara dengan 1,5 hektar,e rel kereta api yang disulap menjadi taman, dan teras yang 95 persen terdiri dari tanaman asli Negara Bagian New York, habitat yang diciptakan oleh proyek ramah lingkungan ini telah menarik lebih dari 40 spesies burung, “termasuk burung yang sedang singgah untuk migrasi trans-Atlantik,” tulis Presiden Google untuk Amerika dan Bisnis Global, Sean Downey, dalam surat terbuka pada Rabu, 21 Februari 2024.

“Ini sebenarnya merajut kembali ekosistem, dari serangga hingga burung,” kata Rick Cook, mitra pendiri CookFox Architects, salah satu perusahaan desain di balik proyek ini, dalam video perkenalan yang dipublikasikan oleh Google.

Berada di ujung jalur kereta api yang sekarang membentuk High Line New York, Terminal St. John berfungsi sebagai fasilitas pengangkutan dan ruang kantor. Renovasi tersebut mempertahankan lahan rel kereta api asli dan mengubahnya menjadi tempat tanaman yang digantung di atas pintu masuk utama gedung.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Konsep Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

Google mengatakan bahwa keputusan untuk menggunakan kembali gedung lama, dibandingkan membangun kantor pusat baru dari awal, telah menghemat 78.400 metrik ton emisi karbon dioksida (setara dengan menghilangkan sekitar 17.000 mobil dari jalan raya selama setahun). Raksasa teknologi ini juga mengklaim telah mencegah 77% limbah konstruksinya berakhir di tempat pembuangan sampah.

Kompleks ini adalah salah satu dari beberapa kantor Google yang dibangun dari bekas bangunan lama. Selain Terminal St. John New York, kantor Google lain yang mengusung konsep reused ini adalah kantor Google Irlandia yang terletak di Dublin. 

Kantor itu menempati bekas pabrik tepung, kantor Google Los Angeles di Playa Vista yang menggunakan bekas hanggar pesawat dan Pier 57, sebuah bangunan bekas dermaga di sisi barat sungai Hudson, Manhattan, New York yang sekarang masuk menjadi Kawasan Perkantoran Hudson Google bersama dengan Terminal St. John.

Perusahaan teknologi tersebut juga baru-baru ini mengubah Chelsea Market di dekatnya, yang dibeli seharga $2,4 miliar pada tahun 2018, menjadi pengembangan ritel dan perkantoran.

Google mulai menyewa Terminal St. John pada 2019, dan membelinya langsung pada 2022 seharga 2,1 miliar dolar AS. Gedung tersebut, yang kini menjadi kantor Google terbesar di luar California, berfungsi sebagai kantor pusat Organisasi Bisnis Global Google yang mencakup tim penjualan dan kemitraan perusahaan.

3 dari 4 halaman

Tempat yang Nyaman Untuk Berkreasi Bagi Karyawan Google

Proyek renovasi ini dimulai pada 2018, sekitar dua tahun sebelum pandemi Covid-19 melanda. Namun desain akhirnya kemudian disesuaikan untuk memberikan pengaturan kerja yang lebih fleksibel. Google, seperti banyak perusahaan besar di AS, mencoba menarik pekerjanya kembali ke kantor, dan gedung baru tersebut digembar-gemborkan oleh sebagai tempat untuk saling terhubung dan berinovasi.

“Jika Anda ingin melakukan perjalanan tersebut, hal itu harus dilakukan karena Anda dapat bekerja dengan orang-orang yang memiliki semangat, memiliki ide, sehingga Anda dapat duduk di sebelahnya dan menghasilkan sesuatu yang tidak dapat Anda lakukan sendirian dan itulah visi dari ruang ini,” kata Downey dalam video pengenalan kantor baru.

Gedung ini dapat menampung sekitar 3.000 karyawan dan dibagi menjadi 60 “lingkungan” untuk tim yang terdiri dari sekitar 20 hingga 50 orang. Tidak ada meja khusus, namun pekerja dapat menggunakan area tempat duduk fleksibel atau ruang bersama termasuk lounge, kafe, teras, dan pantry.

“Kreativitas ingin bergerak, jadi kami telah menciptakan ruang bersama sebanyak yang kami punya, atau bahkan lebih banyak lagi, untuk orang-orang bertemu, bekerja, berkolaborasi,” kata Jennifer Kelly, Wakil Presiden yang mengurusi soal pengalaman kerja karyawan, di video yang sama.

“Beberapa tempat terasa seperti perpustakaan, beberapa terasa seperti kedai kopi, sehingga orang mempunyai pilihan untuk menggunakan ruang yang mereka rasa paling nyaman,” sambungnya.

Saat ini terdapat lebih dari 14.000 karyawan Google di New York, naik dua kali lipat sejak perusahaan mengumumkan proyek Terminal St. John pada 2018, meskipun terjadi PHK besar-besaran di beberapa divisi pada awal tahun ini. Perusahaan induk Google, Alphabet, juga memangkas sekitar 12.000 pekerjaan atau sekitar 6 persen dari tenaga kerjanya pada awal 2023.

4 dari 4 halaman

Tren Pembangunan Gedung yang Ramah Lingkungan

Selain kantor Google di Terminal St. John, beberapa gedung perkantoran dan bisnis di dunia sudah menerapkan prinsip ­eco-office. Di era perubahan iklim, semakin banyak penekanan yang diberikan pada kredibilitas “hijau” dan pembatasan jejak karbon pada sebuah bangunan. Saat ini dampak lingkungan menjadi penentu keputusan seputar desain, konstruksi, dan pengoperasian.

Dilansir dari CNN, Minggu, Shanghai Tower yang terletak di Shanghai, Tiongkok merupakan gedung tertinggi kedua di dunia dengan arsitektur luar biasa dan konsep pembangunan berkelanjutan. Dibangun pada 2015, gedung ini memiliki fasad lapis kedua transparan yang membungkus bangunan sehingga menciptakan penyangga udara yang berfungsi sebagai ventilasi alami, mengurangi biaya energi, dan 270 turbin angin yang dimasukkan ke dalam fasad memberi daya pada lampu eksteriornya.

Selain Shanghai Tower, bangunan perkantoran lain yang dibangun dengan konsep ini adalah Torre Reforma di Mexico City. Gedung tertinggi di Meksiko ini memiliki arsitektur yang ramping sehingga dapat memaksimalkan cahaya matahari yang masuk. Selain itu, gedung ini dilengkapi dengan sistem otomatis yang dapat membuka semua jendela pada sore hari dan memberikan sirkulasi udara tanpa memerlukan penggunaan energi listrik berlebih.

Robinson Tower, Singapura juga masuk ke dalam salah satu bangunan perkantoran ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dibuka pada 2019, desainnya dibuat memenuhi standar ketat yang ditetapkan oleh Kebijakan Penggantian Lansekap Singapura, yang mengharuskan proyek-proyek baru mencakup ruang hijau publik yang setara dengan tanaman hijau yang ditebang untuk membangun gedung tersebut.

Dilengkapi dengan podium dan jalur untuk pepohonan dan tanaman lainnya, desain ini juga memaksimalkan jumlah cahaya alami yang masuk, sehingga mengurangi biaya pencahayaan buatan. Masyarakat bahkan dapat mengunjungi taman tertutup di atap dan taman terbuka di bagian atas ruang ritel dalam gedung.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini