Sukses

Identitas Karakter No Face dari Film Animasi Studio Ghibli Spirited Away Akhirnya Terungkap Setelah 22 Tahun

Menurut sutradara Hayao Miyazaki, karakter No Face dari film animasi Studio Ghibli Spirited Away "ada di mana-mana."

Liputan6.com, Jakarta - Identitas karakter No Face yang penuh teka-teki dari Spirited Away akhirnya terungkap 22 tahun setelah fim animasi ikonis produksi Studio Ghibli itu dirilis. Menurut sutradara Hayao Miyazaki, No Face ada di mana-mana.

Melansir Says, Senin (22/1/2024), saat penayangan Spirited Away di Kinyo Roadshow Nippon TV, baru-baru ini, Hayao Miyazaki mengungkap, "Siapa sebenarnya No Face? Ada banyak orang seperti No Face di tengah-tengah kita. Itu adalah tipe orang yang ingin 'menempel' pada orang lain, tanpa tahu dirinya sendiri."

"Mereka (No Face) tidak punya perasaan sendiri. Mereka ada di mana-mana," ujarnya. Pengungkapan ini menjelaskan transparansi No Face dan perubahan kepribadian ekstrem dalam film tersebut. Sebagaimana diketahui, karakter ini menghujani orang lain dengan emas sebagai upaya disukai.

Ketika ia sudah diperhatikan, keserakahan dan egonya meningkat secara dramatis. Hanya setelah Chihiro, karakter utama Spirited Away, bertemu dengan No Face, barulah ia berubah, mengadopsi kepribadian Chihiro dan jadi "teman dalam diam."

Di akhir film, No Face memilih tinggal bersama Zeniba, saudara kembar identik Yubaba yang berkepribadian kontras dengan karakter antagonis tersebut. Misteri lain yang sempat terungkap dari film animasi yang dirilis pada 2001 ini adalah tentang makanan yang disantap kedua orangtua Chihiro.

Sebelumnya, para penggemar telah berspekulasi selama bertahun-tahun bahwa makanan putih seperti jeli yang dimakan ayah Chihiro adalah kudapan tradisional Taiwan. Sajian yang dimaksud, yakni ba-wan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sudahi Perdebatan Panjang

Asumsi yang sempat menimbulkan perdebatan ini pun akhirnya selesai. Salah satu animator film tersebut, Hiromasa Yonebayashi, mengungkap bahwa sajian tersebut sebenarnya adalah perut ikan coelacanth, bukan makanan Taiwan, lapor AsiaOne, dikutip 24 September 2020.

Lewat kicauan di akun X-nya, dulunya Twitter, Yonebayashi menjabarkan beberapa detail di balik layar untuk menghibur para penggemar. Ia menjelaskan bahwa karena ini adalah film fitur pertamanya, Yonebayashi meneliti ekstensif pada banyak adegan.

Misalnya, dalam adegan di mana Haku dipaksa makan dango oleh Chihiro. Juga, saat keduanya berinteraksi dengan anjing besar untuk mempelajari gerakannya.

Selain itu, Yonebayashi juga menuliskan, makanan lembek yang dimakan ayah Chihiro sebenarnya perut ikan coelacanth. Detail ini memang tidak ditulis di story board asli, tapi termasuk dalam tata letak yang digambar sutradara Miyazaki.

Namun demikian, Yonebayashi menjelaskan, gambarnya diubah sekitar tiga kali sehingga makanan terlihat mirip jeli. Pengungkapan sang animator membuat banyak pengguna media sosial meneliti secara daring apa itu coelacanth.

3 dari 4 halaman

Ikan yang Semula Dinyatakan Punah

Warganet terkejut saat menemukan bahwa awalnya, ikan ini dianggap telah punah sekitar 65 juta tahun lalu. Setelah jenis ikan serupa ditemukan di Afrika Selatan, hewan ini pun kembali jadi fosil hidup.

Sementara, pengguna media sosial yang lain berkomentar menyuarakan rasa ketidakpercayaan mereka, "Apa? Saya selalu berasumsi bahwa itu adalah ba-wan," tulis salah satunya.

Sementara itu, Studio Ghibli berhasil membawa pulang piala Golden Globe pertama melalui film animasi terbaru mereka, The Boy and the Heron, untuk kategori film animasi terbaik. Karya ini membuat Miyazaki jadi orang Jepang pertama yang membawa pulang penghargaan tersebut, lapor Nikkei Asia.

Miyazaki semula mengumumkan pengunduran dirinya dari produksi film layar lebar pada 2013. Namun, ia berubah pikiran dan menghabiskan tujuh tahun membuat film fantasi semiotobiografi tentang seorang anak laki-laki yang kehilangan ibu kandungnya dan dievakuasi selama Perang Dunia II.

Ditulis dan disutradarai Miyazaki, The Boy and the Heron diterima dengan baik secara internasional. Di Amerika Utara, film tersebut menduduki puncak box office pada akhir pekan pertama peluncurannya pada Desember 2023, dan jadi film Studio Ghibli dengan pendapatan kotor tertinggi di wilayah tersebut.

 

4 dari 4 halaman

Menambah Prestasi Hayao Miyazaki

Komposer Joe Hisaishi, yang menciptakan musik untuk The Boy and the Heron, dinominasikan untuk kategori original soundtrack terbaik Golden Globe 2024. Namun, penghargaan itu diberikan pada Ludwig Goransson untuk karyanya di film Oppenheimer.

Kemenangan Golden Globes menjadikan The Boy and the Heron sebagai kandidat utama untuk penghargaan film fitur animasi terbaik di A.S. Academy Awards pada Maret 2024, lapor Japan Times. Di Golden Globe, film ini mengalahkan film animasi lain, seperti Suzume yang disutradarai sutradara Jepang Makoto Shinkai, The Super Mario Bros. Movie, dan Spider-Man: Across the Spider-Verse.

Penghargaan Golden Globe adalah salah satu dari banyak penghargaan selama karier panjang Miyazaki dalam pembuatan film animasi. Ia dianugerahi Golden Bear, hadiah utama di Festival Film Internasional Berlin, pada 2002 dan Oscar pada tahun berikutnya untuk Spirited Away.

Pada 2014, Miyazaki jadi sutradara film Jepang kedua yang menerima penghargaan kehormatan dari Akademi Seni dan Sains Film, setelah Akira Kurosawa.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini