Sukses

Menlu Amerika Dipaksa Ganti Pesawat, Tambah Deretan Masalah Boeing di Awal Tahun 2024

Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat Antony Blinken terpaksa berganti pesawat untuk kembali ke Washington, AS dari Davos, Swiss setelah pesawat Boeing yang rencananya akan mereka tumpangi mengalami "kegagalan kritis terkait kebocoran oksigen."

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat Antony Blinken terpaksa berganti pesawat untuk kembali ke Washington, AS dari Davos, Swiss setelah pesawatnya mengalami "kegagalan kritis terkait kebocoran oksigen." Blinken dan rombongan rencananya menaiki pesawat Boeing 737 yang dimodifikasi di Zurich pada Rabu, 17 Januari 2024, setelah pertemuan di KTT global di Davos.

Melansir CNN, Kamis (18/1/2024), pesawat mengalami masalah dan rombongan terpaksa turun dari pesawat, menurut pers perjalanan. Sebuah pesawat baru yang lebih kecil dikirim ke Blinken, sementara banyak orang dalam rombongan Menlu AS pulang ke Washington menggunakan penerbangan komersial.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matt Miller mengatakan bahwa pesawat tersebut mengalami masalah mekanis. Ia menyebut, Blinken diperkirakan kembali ke Washington pada Rabu malam, waktu setempat.

Insiden ini menambah deretan masalah Boeing di awal tahun 2024. Sebagaimana diketahui, pada 5 Januari 2024, penutup pintu pesawat Alaska Airlines terlepas tidak lama setelah lepas landas. Saat itu, pesawat berada di ketinggian 16 ribu kaki.

Beruntung tidak ada seorang pun yang duduk di kursi sebelah "lubang," dan tidak ada yang terluka parah karena kejadian itu. Namun, insiden tersebut menyebabkan penghentian sementara seluruh jet 737 Max 9 karena maskapai penerbangan diperintahkan memeriksa kemungkinan adanya kesalahan perakitan dan baut yang longgar atau hilang.

Meski penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan, CEO Boeing Dave Calhoun telah mengakui "kesalahan" pihaknya yang menyebabkan insiden tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

737 Max yang Problematik

Pesawat Alaska Airlines itu adalah versi 737 yang lebih baru daripada yang rencananya ditumpangi Blinken, yang merupakan model lama yang dimodifikasi untuk kepentingan militer. Namun versi terbaru dari 737, 737 Max, telah mengalami serangkaian masalah serius jauh sebelum insiden Alaska Air bulan ini.

Dua kecelakaan pesawat 737 Max, yang terjadi pada 2018 di Indonesia dan awal tahun 2019 di Ethopia, menewaskan seluruh 346 orang di dalamnya, dan mengakibatkan pesawat tersebut dilarang terbang selama 20 bulan. Sementara itu, Boeing berupaya memperbaiki "cacat desain" yang menyebabkan kecelakaan.

Kendati demikian, pesawat ini mengalami masalah kualitas lain sejak kembali beroperasi. Pada Desember 2023, Boeing meminta maskapai penerbangan memeriksa semua pesawat 737 Max untuk mengetahui kemungkinan adanya baut longgar pada sistem kemudi, yang sangat penting untuk mengendalikan pesawat di udara.

Ini diinstruksikan setelah sebuah maskapai penerbangan menemukan potensi masalah pada bagian penting di dua pesawat mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, pembuat pesawat tersebut juga mengalami masalah kualitas yang menyebabkan terhentinya pengiriman 787 Dreamliner.

3 dari 4 halaman

Tambah Prosedur Pengawasan

Sementara itu, pesawat 777 produksi Boeing juga dilarang terbang sementara. Jet tersebut mengalami kegagalan mesin, sehingga menyebabkan puing-puingnya berjatuhan di Denver.

Usai insiden terbaru, Boeing mengaku "berusaha keras mengembalikan kepercayaan" klien dan publik. Di antara perubahannya, perusahaan tersebut menambahkan pemeriksaan kualitas baru pada pesawat 737 lini produksi di pabrik Boeing, serta pemasok suku cadang pihak ketiga mereka, Spirit AeroSystems, lapor NPR.

Spirit AeroSystems adalah perusahaan pembuat penutup pintu yang terlibat dalam insiden Alaska Airlines pada 5 Januari 2024. Presiden dan CEO Pesawat Komersial Boeing Stan Deal juga mencatat bahwa pelanggan maskapai penerbangan, termasuk Alaska dan United Airlines, akan diizinkan mengirim inspektur mereka sendiri ke pabrik.

Kedua maskapai itu sebelumnya telah melaporkan menemukan suku cadang yang lepas pada pesawat 737 Max 9 yang baru mereka beli. "Pemeriksaan ini akan memberi satu lapisan pengawasan tambahan di atas ribuan pemeriksaan yang dilakukan hari ini di setiap pesawat 737," kata Deal.

Selain, prosedur ini juga diklaim bakal "membangun tinjauan yang telah kami terapkan untuk menangkap potensi ketidaksesuaian." 

4 dari 4 halaman

Kritik Tajam dan Laporan Penurunan Kualitas

Deal menyambung, "Sementara kami menyelesaikan tugas-tugas ini untuk mendapat persetujuan Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) untuk melepaskan pesawat 737-9 yang terdampak, tim kami juga mencermati praktik kualitas di pabrik kami dan di seluruh sistem produksi kami."

Langkah ini dilakukan di tengah kritik tajam dari FAA, yang telah melarang terbang 171 dari pesawat 737 Max 9 di Amerika Serikat, saat mereka melakukan audit terhadap lini produksi Boeing. Pejabat FAA juga mengatakan, regulator sedang mempertimbangkan menambahkan inspektur pihak ketiga yang independen untuk mengawasi inspeksi dan kualitas Boeing.

Namun, pengawasan tambahan, baik yang dilakukan Boeing atau FAA, mungkin tidak cukup mengembalikan kepercayaan publik terhadap Boeing dan 737 Max yang bermasalah.

Dalam wawancara dengan puluhan mantan karyawan, hampir semuanya melaporkan adanya perubahan budaya besar dalam jajaran eksekutif perusahaan setelah merger Boeing dengan McDonnell Douglas pada 1997, kata Rory Kennedy, sutradara dokumenter Downfall: The Case Against Boeing.

Disebutkan bahwa komitmen Boeing selama puluhan tahun terhadap pendekatan produksi yang mengutamakan keselamatan digantikan fokus pada peningkatan nilai pemegang saham.

Hal ini, menurut tayangan itu, membuat proses produksi berlangsung dengan cepat sehingga para karyawan tidak dianjurkan melaporkan masalah yang ada, yang pada akhirnya menghasilkan kualitas pesawat lebih buruk.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.