Sukses

Stephanie Poetri Jadi Sasaran Body Shaming Warganet Saat Bikin Konten Makanan Indonesia di New York

Penyanyi Stephanie Poetri baru-baru ini merekomendasikan makanan Indonesia favoritnya di New York, Amerika Serikat. Namun, justru bentuk tubuhnya yang ramai dikomentari warganet.

Liputan6.com, Jakarta - Penyanyi Stephanie Poetri baru-baru ini merekomendasikan makanan Indonesia favoritnya yang ada di New York, Amerika Serikat. Di video singkat di Instagram, anak penyanyi Titi DJ ini menyebut restoran makanan Nusantara di sebuah food court.

Pelantun I Love You 3000 tersebut mengungkap bahwa ia sangat menyukai opor dan jus alpukat. Video singkat itu tidak hanya mengabadikan antusiasme Stephanie dengan sajian khas Indonesia kesukaannya, tapi deretan respons warganet yang malah mengomentari tubuhnya.

Penyanyi kelahiran 20 Mei 2000 ini jadi sasaran body shaming warganet, dengan komentar, "Emang boleh segemoy ini." Komentar lainnya menyebut, "Step sekarang gemoy banget." Warganet lainnya menulis, "Gemoy 100%." "Pretty gemoy," sebut seorang pengguna berbeda.

Di sisi lain, ada pula warganet yang mendukung Stephanie yang menulis, "Im so sorry stephanie for the body shaming comments you got from the people of your own country. Masih SDM rendah mohon di maklumin. Ily 3000❤️."

Dikutip dari Tim Showbiz Liputan6.com, Stephanie pun langsung curhat bahwa gara-gara komentar tersebut, ia merasa jadi korban body shaming. Ungkapan tersebut disampaikannya melalui Instagram Story, beberapa jam setelah mengunggah video kuliner itu.

Dalam curahan hati berbahasa Inggris itu, Stephanie awalnya mengaku bahwa video kuliner tersebut dimaksudkan agar para penggemar di Tanhh Air bisa bangga, lantaran kuliner Indonesia rupanya juga banyak di Amerika Serikat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Curhat Stephanie Poetri

"Ketika kamu membuat video mengenai makanan Indonesia di Amerika yang mengagumkan, berharap orang-orang akan berkomentar tentang betapa bangganya mereka bahwa makanan Indonesia dikenal di Amerika," tulis Stephanie Poetri mengawali di Instagram Story di akunnya, Selasa, 19 Desember 2023.

"Namun ketimbang hal itu, komentar-komentarnya malah dipenuhi orang-orang yang mengatakan betapa gemuknya aku," sambung pemilik nama lengkap Stephanie Poetri Dougharty tersebut.

Stephanie memang tak tampak marah dengan komentar-komentar body shaming tersebut. Namun, ia tetap tak bisa menutupi kekecewaannya, lantaran komentar miring cukup mendominasi konten yang dimaksudkan untuk membangkitkan rasa bangga sebagai orang Indonesia itu.

"Teman-teman, memang aku ini gemuk. Aku cuma tahu pencahayaan dan sudut pandangku. Tapi, sekali lagi, (aku) merasa kecewa pada orang-orang berkomentar dari pikiran negatif mereka ketimbang membicarakan hal-hal positif dalam video itu," terang Stephanie masih dalam bahasa Inggris.

"Ayo lah, keren banget restoran Indonesia sukses di New York, kenapa kalian cuma bisa bicarain badanku yang gemoy ini beb," tutupnya dalam bahasa Indonesia.

3 dari 4 halaman

Apa Itu Body Shaming?

Apa itu body shaming? Dikutip dari Verywell Mind, Kamis (21/12/2023), body shaming adalah tindakan mengatakan sesuatu yang negatif tentang tubuh seseorang, bisa tentang tubuh Anda sendiri atau tubuh orang lain.

Komentarnya bisa mengenai ukuran tubuh, usia, rambut, pakaian, makanan, rambut, atau tingkat daya tarik yang dirasakan. Body shaming dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, termasuk gangguan makan, depresi, kecemasan, rendahnya kepercayaan diri, dismorfia tubuh, serta perasaan membenci tubuh secara umum.

Dalam masyarakat kita saat ini, banyak orang berpikir bahwa tubuh kurus pada dasarnya lebih baik dan sehat dibandingkan tubuh gemuk. Namun secara historis, hal tersebut tidak selalu terjadi. Jika memikirkan lukisan dan potret dari sebelum era 1800-an, Anda akan melihat bahwa kemegahan sangat dipuja.

Gemuk menandakan seseorang kaya dan mempunyai akses terhadap makanan, sedangkan kurus melambangkan kemiskinan. Dalam bukunya Fat Shame: Stigma and the Fat Body in American Culture, penulis Amy Erdman Farrell menelusuri pergeseran dari memuja tubuh yang berat ke preferensi bentuk lebih kecil di Inggris pada pertengahan abad ke-19 ketika buku diet pertama diterbitkan.

Ia mencatat, fokus pada pola makan, dan tubuh pada umumnya, berpusat pada perempuan. Penulis Sabrina Strings mengatakan bahwa fatphobia disebabkan kolonialisme dan ras dalam bukunya Fearing the Black Body: The Racial Origins of Fat Phobia. Menurut Kamus Merriam-Webster, istilah "body shaming" pertama kali diketahui digunakan oleh jurnalis Philip Ellis.

4 dari 4 halaman

Siapa Sasaran Body Shaming?

Body shaming sering kali berkaitan dengan ukuran tubuh, namun komentar negatif tentang aspek tubuh seseorang dianggap sebagai body shaming, seperti: 

Berat badan

Salah satu alasan paling umum orang merasa malu pada tubuhnya adalah karena berat badan. Seseorang mungkin merasa malu karena tubuhnya "terlalu besar" atau "terlalu kurus." Mengatakan sesuatu yang negatif tentang seseorang yang "gemuk" berarti body shamming

Bulu

Bulu tumbuh di lengan, kaki, area pribadi, dan ketiak semua orang, kecuali mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu. Namun, banyak orang berpendapat bahwa perempuan harus menghilangkan seluruh bulu di tubuhnya, atau mereka tidak akan jadi "anggun."

Contoh tindakan mempermalukan bulu adalah menyebut perempuan yang memiliki bulu ketiak sebagai sesuatu yang "tidak pantas," atau memberi tahu perempuan bahwa ia perlu bercukur.

Daya tarik

Dikenal sebagai "pretty-shaming," penindasan atau diskriminasi terhadap orang lain karena dianggap menarik, adalah sesuatu yang sering terjadi. Lebih dari itu, orang-orang ditindas karena dianggap tidak menarik, yang dikenal juga dengan istilah "lookism."

Makanan

Food shaming umumnya dilakukan sehubungan dengan ukuran tubuh. Misalnya, ketika seseorang melontarkan komentar tentang apa yang dimakan atau tidak dimakan seseorang, hal itu dapat dianggap food shaming

Usia

Dikenal juga sebagai ageism, age-shaming adalah diskriminasi atau intimidasi terhadap seseorang karena usianya. Hal ini biasanya berfokus pada orang lanjut usia atau populasi lanjut usia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini