Sukses

Tren Pariwisata Hijau Menguat, Gen Z dan Milenial Kian Soroti Isu Lingkungan dan Keberlanjutan

Pariwisata hijau tak semata tren, tapi bagian dari transformasi masa depan dalam industri di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengungkapkan bahwa pariwisata hijau berpegang teguh pada prinsip keberlanjutan, keseimbangan ekologis, dan regenerasi alam.

Liputan6.com, Jakarta - Pariwisata hijau tak semata tren, tapi bagian dari transformasi masa depan dalam industri di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengungkapkan bahwa pariwisata hijau berpegang teguh pada prinsip keberlanjutan, keseimbangan ekologis, dan regenerasi alam.

"Kita bukan hanya menyumbang sekitar 10 persen secara dampak terhadap perekonomian dunia, tapi juga kita ternyata menyumbangkan 8 persen dari emisi karbon yang punya dampak besar terhadap perubahan iklim dan isu-isu yang sekarang kita mitigasi," kata Menparekraf Sandiaga Uno dalam "Climate Talk Liputan6.com: Melangkah ke Pariwisata Hijau, Sudah Siapkah Kita?" yang digelar daring pada Jumat, 15 Desember 2023.

Sandi, begitu ia akrab disapa, menyebut pihaknya juga berupaya mengurangi emisi karbon melalui tata kelola yang jauh lebih baik dengan program-program penciptaan green job atau peluang usaha. Peluang kesempatan kerja di ekonomi hijau atau pariwisata hijau ini yang diharapkan dapat berdampak sosial bagi masyarakat.

Tren pariwisata hijau sendiri dilihat pihaknya kian menguat. "Kami melihat tren ini berbasis data karena pola pengambilan kebijakan pemerintah, terutama Kemenparekraf adalah melalui data-driven policy atau penggunaan analisis big data," lanjutnya.

"Dari hasil penggunaan big data, dapat dipastikan bahwa future traveller atau yang bergerak untuk berwisata di masa depan adalah Gen Z dan milenial dan isu utama bagi mereka adalah isu lingkungan hidup, isu keberlanjutan, dan environmental sustainability," tambah Sandi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menuju Penghitungan Berbasis Kualitas

Sandiaga pun kian menegaskan bahwa pariwisata Indonesia harus berubah dari hanya menghitung kuantitas menuju penghitungan berbasis kualitas. "Oleh karena itu, data tersebutlah yang menentukan tren ini menguat," terangnya.

Terkait proses kurasi pelaku usaha yang menerapkan pariwisata hijau, dikatakan Sandi, ini terjadi dalam kolaborasi pentaheliks. "Bukan hanya pemerintah, tapi juga para pegiat dari institusi pendidikan, mahasiswa, para ahli, juga dari dunia usaha, komunitas, dan juga media. Kolaborasi pentaheliks ini bisa mengurasi," lanjutnya.

Dikatakannya, ia melihat contoh pariwisata hijau yang kongkret adalah desa wisata. Salah satu percontohannya ketika berkunjung ke daerah Bandung dan sekitarnya adalah Desa Wisata Alamendah.

"Bisa jadi contoh pariwisata yang berbasis masyarakat, berkeadilan, berkelanjutan, dan juga menerapkan prinsip-prinsip pariwisata hijau," kata Sandi.

Di sisi lain, melihat data carbon footprint global tourism, penerbangan yang berkontribusi dalam mengangkut wisatawan. Begitu pula dengan food loss dan food waste, melalui pengelolaan sampah yang jauh lebih baik, penggunaan energi baru dan terbarukan, dan mendorong penggunaan air yang lebih berkeadilan dan bijaksana.

3 dari 4 halaman

Salah Kaprah Pariwisata Hijau

"Inilah yang disebut sebagai pariwisata investasi hijau dan kami menargetkan pengurangan emisi karbon di sektor pariwisata hingga 50 persen di tahun 2030, mencapai tahun emisi di tahun 2045 sampai 2060," ungkapnya.

Sandi menyebut, "Tindakan kolektif penerapan energi baru dan terbarukan Indonesia ini menjadi peluang bagi ekonomi dan investasi hijau."

Tak jarang pula terjadi salah kaprah mengenai pariwisata hijau di mata para pelaku sektor pariwisata. "Perlu peningkatan kesadaran, awareness, di lingkungan kalangan masyarakat, generasi milenial dan Gen Z ikut berpartisipasi, contohnya Pandawara yang sangat viral dalam membersihkan destinasi dari sampah yang menggunung," kata Sandi.

"Selanjutnya peningkatan investasi, dalam pariwisata hijau, perlu produk-produk kreatif ramah lingkungan seperti glam camp, Bobocabin ini sangat ramah lingkungan, juga skema sertifikasi destinasi dan desa wisata yang berkelanjutan," katanya.

Salah kaprah lainnya, termasuk politik dan praktik greenwashing. Ini adalah bisnis menggunakan klaim hijau tanpa dukungan nyata dari praktik-praktik yang berkelanjutan.

4 dari 4 halaman

Keseimbangan dan Harmoni

"Mereka hanya mengklaim dengan CSR dan sebagainya tanpa regulasi dan sertifikasi yang penuh dengan kurasi akhirnya keberlanjutan ini tidak dilakukan dan kita butuh lebih mendorong insentif bagi para pelaku bisnis," tambahnya.

Pihaknya terus mengomunikasikan program pariwisata hijau kepada para pelaku usaha agar tidak terjadi greenwashing. "Tapi pariwisata hijau ke depan adalah bagian dari tren yang tidak tergantikan, kita harus mampu mendorong semua pihak untuk bertransformasi penggunaan energi hijau, energi baru dan terbarukan, water management, pengelolaan limbah, dan penggunaan teknologi terbaru," lanjut Sandi.

"Harapannya pemerintah akan terus memperkuat regulasi tata ruang, zonasi, dan analisa risiko. Kuncinya, kita akan mendukung proyek yang mempromosikan pariwisata hijau dan mempertahankan karakter alami daerah," terangnya.

Tujuan pembangunan pariwisata hijau, dikatakan Sandi, adalah untuk keseimbangan dan harmoni. "Bagaimana pengembangan pariwisata dan pelestarian alam itu berjalan seiring dan ini harus menjamin masa depan yang berkelanjutan bagi lingkungan, dan sektor parekraf Indonesia untuk kesejahteraan rakyat," ungkapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini