Sukses

Liburan Berujung Duka, Pasangan asal Inggris Tewas Saat Sebelah Kamar Hotel Disemprot Pembasmi Kutu Busuk

Pasangan suami istri asal Inggris meninggal dunia karena keracunan karbon monoksida saat berlibur di sebuah resor mewah di Mesir. Insiden ini terjadi setelah kamar sebelahnya disemprot dengan pestisida untuk membunuh kutu busuk, demikian temuan petugas koroner (petugas yang memeriksa mayat dalam hal kematian mendadak).

Liputan6.com, Jakarta - Pasangan suami istri asal Inggris meninggal dunia karena keracunan karbon monoksida saat berlibur di sebuah resor mewah di Mesir. Insiden ini terjadi setelah kamar sebelahnya disemprot dengan pestisida untuk membunuh kutu busuk, demikian temuan petugas koroner (petugas yang memeriksa mayat dalam hal kematian mendadak).

Dikutip dari CNN, Minggu, 12 November 2023, pasangan bernama John dan Susan Cooper menginap di Steigenberger Aqua Magic Hotel di resor Laut Merah Hurghada pada Agustus 2018. Ketika itu, kamar di sebelahnya disemprot dengan pestisida, 'Lambda', untuk mencegah serangan serangga, lapor media Inggris, PA.

Di beberapa negara, Lambda diencerkan dengan zat diklorometana. Hal tersebut menyebabkan tubuh memetabolisme atau menelan karbon monoksida.

Ruang yang disemprot ditutup dengan selotip di sekeliling pintu, terhubung ke kamar hotel mereka melalui pintu yang bersebelahan, menurut PA. Pasangan suami istri itu kembali ke kamar mereka untuk bermalam tetapi ditemukan sakit parah keesokan harinya oleh putri mereka.

John Cooper (69) dinyatakan meninggal di kamar. Sedangkan istrinya, Susan (63) meninggal beberapa jam kemudian di rumah sakit.

James Adelely, petugas koroner senior di Lancashire, Inggris, memutuskan bahwa kematian tersebut disebabkan oleh keracunan karbon monoksida akibat menghirup uap dari penyemprotan pestisida yang mengandung diklorometana, lapor PA. "Sampai hari ini, keluarga kami kesulitan memahami apa yang terjadi," kata putri pasangan tersebut, Kelly Ormerod, yang sedang berlibur bersama orangtuanya saat itu, dalam sebuah pernyataan setelah pemeriksaan.

Ia menambahkan, "Ini seharusnya tidak pernah dibiarkan terjadi".

Dia mengatakan bahwa "Tidak ada yang bisa menggantikan rasa sakit dan kehilangan yang kami rasakan sejak hari itu." "Beberapa tahun terakhir adalah saat yang paling traumatis dan emosional bagi kami semua."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Korea Selatan Umumkan Perang Melawan Wabah Kutu Busuk

Korea Selatan jadi negara terbaru yang mendeklarasikan perang melawan wabah kutu busuk. Hama itu dilaporkan terlihat di pemandian, asrama universitas, dan stasiun kereta api di seluruh negeri.

Mengutip CNN, Jumat, 10 November 2023, setidaknya ada 30 dugaan dan laporan kutu busuk yang terkonfirmasi sejak akhir Oktober 2023. Hal ini mendorong pemerintah negara itu mengumumkan kampanye empat minggu guna memberantas hama penghisap darah tersebut.

Sebelumnya, negara ini praktis bebas dari kutu busuk setelah kampanye pemberantasan kutu busuk di masa lalu, dengan hanya sembilan kutu busuk yang dilaporkan ke Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) sejak 2014.

Hama ini kemudian muncul secara tiba-tiba, menyusul laporan wabah serupa di Prancis dan Inggris, serta peningkatan kasus di Amerika Serikat (AS). Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, dengan media sosial dibanjiri gambar dan laporan tentang pertemuan hama tersebut. 

Perusahaan pengendalian hama melaporkan bahwa mereka dibanjiri permintaan bantuan, sementara beberapa situs web telah membuat bagian khusus untuk mengatasi masalah tersebut. Mereka menawarkan medium yang memungkinkan pengguna berbagi tips tentang cara menangani hama.

3 dari 4 halaman

Tidak Menyebarkan Penyakit, tapi...

Sarannya mulai dari menghindari bioskop hingga berdiri di transportasi umum. Beberapa komentar mencerminkan ketakutan dan kebingungan masyarakat yang sudah bertahun-tahun tidak perlu menangani jenis hama ini.​ 

Dalam perdebatan online, banyak warganet yang merasa khawatir, bahkan lebih takut dengan kutu busuk dibandingkan COVID-19. Wabah yang terjadi saat ini kemungkinan akan jadi lebih buruk sebelum membaik kembali, kata para ahli, yang percaya bahwa penyebab utama kekhawatiran ini adalah ketakutan masyarakat akan stigma jika mereka tergigit.

Meski kutu busuk tidak menyebarkan penyakit, rasa gatal akibat gigitannya dapat menyebabkan kurang tidur dan infeksi kulit sekunder jika digaruk terlalu keras. Digigit salah satu serangga yang diameternya kurang dari 1 cm ini juga dapat dianggap memalukan secara sosial.

"Saat ini masih belum jelas apakah jumlah kasus kutu busuk akan meningkat, tapi beberapa orang mungkin ragu melaporkannya pada pemerintah karena kekhawatiran akan stigmatisasi dengan alasan kebersihan," kata seorang pejabat pemerintah, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

4 dari 4 halaman

Pemerintah Korsel Impor Pestisida

Pejabat tersebut menyambung bahwa pemerintah saat ini sedang berkolaborasi dengan perusahaan pengendalian hama swasta untuk mendapat pemahaman lebih komprehensif mengenai situasi ini. 

Tidak hanya secara individu, keengganan melaporkan kasus kutu busuk juga dibayangi kekhawatiran akan berdampak negatif terhadap bisnis. Pemerintah Korea Selatan begitu khawatir sehingga mempercepat impor jenis pestisida baru jika pestisida yang sudah tersedia di negara tersebut tidak cukup kuat untuk membasmi kutu busuk.

Sementara itu, perusahaan pengendalian hama mengatakan mereka dibanjiri panggilan telepon yang meminta bantuan. "Sebelumnya kami menerima kurang dari lima panggilan dalam setahun terkait kutu busuk, namun saat ini, kami menerima dua hingga tiga panggilan setiap hari," kata Eom Hae-won, CEO perusahaan pengendalian hama Choa Clean yang berbasis di Incheon.

Karena negara ini hanya mengalami sedikit wabah dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan-perusahaan lokal tidak berpengalaman dalam membasmi hama dan pestisida yang tersedia tidak seefektif itu, katanya. "Jadi, kami mengumpulkan kutu busuk untuk tujuan penelitian dan eksperimen," tambah Eom.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini