Sukses

Pasangan Pengantin di Irak Mati Rasa Usai Tragedi Kebakaran Pesta Pernikahan Menelan Ratusan Korban Jiwa

Pasangan pengantin yang pesta pernikahannya berakhir dengan kebakaran yang menewaskan lebih dari 100 tamu tak bisa lagi tinggal di kampung mereka. Keduanya begitu terpuruk dengan insiden tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Pasangan pengantin yang pesta pernikahannya berakhir dengan kebakaran yang menewaskan lebih dari 100 tamu tak bisa lagi tinggal di kampung mereka. Keduanya begitu terpuruk dengan insiden tersebut.

Dikutip dari Sky News, Selasa, 3 Oktober 2023, pasangan Revan dan Haneen menyebut bahwa mereka mati rasa walau selamat dari tragedi kebakaran itu. Kobaran api dimulai dari dalam aula pernikahan yang penuh sesak oleh tamu di Qaraqosh, di provinsi Nineveh, Irak utara.

Pengantin pria berusia 27 tahun itu mengatakan dia kehilangan 15 anggota keluarganya dalam kebakaran tersebut. Revan menambahkan bahwa istrinya tidak dapat berbicara setelah kehilangan 10 keluarganya, termasuk ibu dan saudara laki-lakinya.

Ayah Haneen juga dalam kondisi kritis. Sedikitnya 150 orang lainnya juga terluka. Bencana tersebut membuat pasangan ini tidak bisa lagi tinggal di kampung halaman.

"Kami tidak bisa tinggal di sini lagi. Kami tidak bisa tinggal di sini lagi. Maksudku, setiap kali kita mencoba untuk mendapatkan kebahagiaan, sesuatu yang tragis terjadi pada kita dan menghancurkan kebahagiaan tersebut. Jadi, yang terbaik bagi kita adalah pergi," kata pria itu kepada Sky News.

Revan menambahkan, "Memang benar kami duduk di hadapan Anda dalam keadaan hidup. Namun di dalam diri kami, kami mati. Kami mati rasa," katanya.

Pesta pernikahan dilangsungkan pada Selasa malam, 26 September 2023 yang dihadiri sekitar 900 tamu. Sedangkan, api mulai berkobar sekitar pukul 22.45 waktu setempat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kronologi Kejadian

Laporan awal menyatakan bahwa kembang api yang dinyalakan saat pasangan itu menari adalah penyebab kebakaran tersebut. Namun, Revan yakin api tersebut entah bagaimana bermula dari langit-langit.

"Mungkin karena korsleting, saya tidak tahu. Tapi apinya berasal dari langit-langit. Panasnya terasa.. Saat saya mendengar bunyi berderak, saya melihat ke langit-langit," ujarnya. "Kemudian langit-langit yang seluruhnya terbuat dari nilon mulai meleleh. Hanya butuh beberapa detik."

Rekaman video yang dibagikan tak lama setelah tragedi tersebut menunjukkan pasangan itu menari ketika potongan material yang terbakar jatuh dari atap. Saat menari, katanya, terjadi pemadaman listrik dan ketika listrik kembali menyala, Revan "melihat api" di langit-langit.

Saat itulah orang-orang mulai berteriak dan lari. Revan melanjutkan dengan menceritakan membantu istrinya yang tidak bisa berjalan karena gaun pengantinnya.

"Saya menarik istri saya dan mulai menyeretnya. Saya terus menyeretnya dan mencoba mengeluarkannya dari pintu dapur. Saat orang-orang melarikan diri, orang-orang menginjak-injaknya. Kakinya terluka," katanya.

3 dari 4 halaman

Situasi Genting

Ia mengatakan hanya ada satu alat pemadam kebakaran yang tidak berfungsi. Ia menjelaskan peristiwa tersebut terjadi dan menyebut dua kembang api kecil dinyalakan saat mereka mulai menari, diikuti empat kembang api lagi beberapa menit kemudian.

Revan mengatakan ayahnya telah mengajukan pertanyaan tentang risiko kembang api tersebut menyebabkan percikan api yang dapat mendarat di gaun pengantin perempuan dan terbakar. Namun, pemilik aula telah memberitahu bahwa kembang api tersebut menggunakan listrik. Pasangan muda itu hanya bisa berduka.

"Kerabat kami, teman-teman kami, orang-orang yang kami cintai semuanya telah tiada. Dua hari yang lalu kami menguburkan pamannya (Haneen) dan kedua putrinya. Kemarin kami menguburkan pamannya yang lain. Hari ini kami menguburkan putrinya dan kami menguburkan ibunya. Ayahnya kondisinya kritis. Kita belum tahu kondisinya seperti apa," kata Revan.

Ia menjelaskan, "Bibiku meninggal. Adikku mengalami luka bakar. Suaminya mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya. Pamanku kehilangan tujuh anggota keluarga. Begitu banyak orang dan setiap hari kami mendengar lebih banyak berita."

4 dari 4 halaman

Kehilangan Banyak Anggota Keluarga

Bahan bangunan yang sangat mudah terbakar disebutkan oleh pejabat pertahanan sipil dan media pemerintah sebagai faktor yang berpotensi menyebabkan runtuhnya bangunan tersebut dengan cepat. Menyusul kebakaran tersebut, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia' al Sudani mengatakan di media sosial bahwa ia telah menghubungi gubernur provinsi Nineveh dan menteri dalam negeri dan kesehatan negaranya.

Ia mengarahkan mereka untuk memobilisasi semua upaya untuk memberikan bantuan kepada mereka yang terdampak insiden malang tersebut. Qaraqosh, juga dikenal sebagai Hamdaniya, adalah kota Kristen dan selamat dari pendudukan ISIS.

Kota ini terletak sekitar 32 km tenggara kota Mosul dan 60 km sebelah barat Erbil di tengah lahan pertanian, dekat dengan reruntuhan kota kuno Asiria, Kalhu dan Niniwe. Qaraqosh terhubung ke kota utama Mosul melalui dua jalan utama. Yang pertama melewati kota Bartella dan Karamlesh di Asiria, yang juga terhubung ke kota Erbil. Yang kedua, berupa kerikil sebelum diaspal pada 1990-an, langsung menuju Mosul.

Semua warga Kristen Asiria melarikan diri ke wilayah Kurdistan setelah invasi ISIS pada 6 Agustus 2014. Kota ini berada di bawah kendali ISIS hingga 19 Oktober 2016, ketika kota tersebut dibebaskan sebagai bagian dari Pertempuran Mosul setelah itu penduduk mulai kembali.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini