Sukses

Manfaat Bambu untuk Ekonomi Hijau dan Mitigasi Perubahan Iklim

Semakin banyak yang memanfaatkan bambu, baik untuk kepentingan ekologi maupun perubahan iklim, semakin mendesak pula upaya perlindungan bambu di sektor hulu.

Liputan6.com, Jakarta - Seperti halnya kelapa, bambu ternyata juga multi-manfaat. Tidak hanya secara ekonomi, bambu diyakini berkontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Bagaimana caranya?

Mengutip keterangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), tanaman bambu sangat efektif untuk merehabilitasi lahan terdegradasi. Bambu juga mampu menyerap dan menyimpan karbon serta bisa diolah menjadi berbagai jenis produk sehingga membantu masyarakat meningkatkan kesejahteraannya.

Tanaman bambu bisa ditanam di berbagai kondisi lahan. Hal itu yang menjadikannya unggul jika dimanfaatkan untuk merehabilitasi hutan dan lahan. Namun, Kepala Badan Standardisasi Instrumen LHK (BSILHK) Ary Sudijanto menyebut bahwa upaya pengembangan dan pemanfaatan bambu belum didukung dan mendapat perhatian optimal.

Ia menyebut bahwa pemanfaatan bambu sebagai sumber daya alam terbarukan semakin meningkat. Karena itu, aspek kelestarian sumber daya bambu di sektor hulu menjadi sangat penting.

Karena itu, pihaknya berkomitmen untuk membuat standar-standar yang diperlukan dalam pengelolaan bambu dan pemanfaatannya. Hal itu sesuai arahan Presiden Joko Widodo tentang perubahan iklim harus menjadi bagian dari masyarakat luas, diupayakan sejak tingkat tapak.

"Tidak hanya penyusunan standar, namun juga memastikan ekosistem pengembangan usaha bambu dapat dijalankan. Kita ke depan harus bisa lebih berperan dalam mengembangkan kegiatan bambu," kata Ary di dalam talkshow Bambu Solusi Berbasis Alam: Penggerak Ekonomi Rakyat dengan Produk Ramah Lingkungan pada Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan, Energi Terbarukan (LIKE) di Jakarta, Minggu, 17 September 2023. 

"Hal ini didukung dengan munculnya kesadaran akan gaya hidup ramah lingkungan, pembangunan hijau serta ekonomi sirkular," imbuhnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pemanfaatan Bambu Secara Ekonomi

Bambu tidak hanya bermanfaat secara ekologis, tetapi juga secara ekonomi. Banyak pihak sudah memanfaatkannya. Di antaranya adalah warga Desa Golo Loni, di Flores, Nusa Tenggara Timur.

Diinisiasi Wilhelmina Wahul yang merupakan Ketua Kelompok Tani Wanita Kelompok Cembes Nai, warga aktif dalam usaha pembibitan bambu. Selain Wilhelmina, ada pula Marselinus Masyur, seorang pandu bambu yang aktif membangun desa wanatani bambu di Kabupaten Manggarai Timur, NTT.

Sementara, Karim Munaf memanfaatkan bambu sebagai bahan bangunan untuk konsep rumah ramah lingkungan di Indonesia. Direktur Bambulogy (PT Indonesia Hijau Dwidaya) itu telah merancang interior dan bangunan gedung multi tingkat dari bambu, menggunakan komposit bambu yang ramah lingkungan, kokoh, dan tahan lama.

Tidak ketinggalan adalah Singgih Susilo Kartono. Ia merupakan kreator Radio Kayu Magno dan Spedagi Bamboo Bike dari Desa Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah. Karyanya bahkan mendapat penghargaan Japan Good Design Award G-Mark 2008 dan London Design Museum’s Brit Insurance Design Awards 2009. Ia juga pencetus gerakan revitalisasi desa melalui pasar rakyat Papringan, yang menginspirasi ratusan desa di Indonesia.

3 dari 4 halaman

Anyaman Bambu dari Banyuwangi

Bambu juga mendatangkan pendapatan bagi masyarakat Lingkungan Papring, Kelurahan Kalipuro, Kecamatan Kalipuro, Banywangi. Mereka membuat tas anyaman bambu sebagai pengganti kantong plastik.

Mengutip kanal Surabaya Liputan6.com, Lingkungan Papring memiliki sejarah panjang tentang penghasil kerajinan bambunya. Papring sendiri berati 'Panggonane Pring' (tempatnya bambu) yang menandakan para leluhur di tempat tersebut beraktivitas sebagai pengrajin bambu, khusunya kerajinan besek.

Pada 2019, salah seorang warga asli Lingkungan Papring, Widi Nurmahmudi, mencoba untuk mengasah keterampilan skill menganyam bambu masyarakat ke tingkat berbeda, dari besek menjadi tas anyaman. "Jadi dari kelompok UMKM yang saya buat bernama Kriya Bambu Papring, dalam kelompok tersebut ada sekitar 21 orang, dan 10 orang di antaranya bertugas memproduksi tas anyaman bambu," tutur Widi, Selasa, 4 Juli 2023.

Widi, yang juga pendiri dari Kampung Baca Taman Rimba (Batara) menjelaskan, material bambu yang digunakan tak bisa sembarangan. Masyarakat banyak menggunakan jenis bambu batu yang diambil dari hutan karena kuat dan lebih elastis. Jenis bambu lainya lebih sering digunakan untuk bahan furnitur atau konstruksial.

"Selain tas, ada pula yang membuat furnitur dari bambu seperti kursi, meja, gedeg, lampion bambu hingga membuat pesanan gazebo-gazebo bambu," jelas Widi.

4 dari 4 halaman

4 Motif Tas

Kerajinan tas bambu dikelompok Kriya Bambu Papring menjadi empat macam motif tas, yakni motif Matapura, motif Kursian, motif Pipil dan motif Truntung. Dalam seminggu, kelompok perajin itu bisa memproduksi sebanyak 50 pcs tas kerajinan bambu.

Harga jual ditentukan bukan berdasarkan motif anyaman, tapi menurut ukuran tas yang dipesan, dibanderol mulai harga Rp6.000 hingga Rp25.000. Namun, pembeli diminta untuk memesan lebih dulu alias sistem pre-order karena kelompok tidak mempunyai gudang tempat penyimpanan tas.

"Bulan ini pesanan banyak dari masyarakat yang ingin mengadakan hajatan, orang meninggal, dan baru saja dipesan oleh disbudpar Banyuwangi untuk event BEC," kata Widi.

Produk kelompok UMKM bentukan Widi 'Kriya Bambu Papring' hanya dijual untuk wilayah Banyuwangi. Hal itu dilakukan karena, sebagai bentuk sosialisasi Zero Plastic Waste dan mengenalkan produk kerajinan bambu khas dari kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Lingkungan Papring, kepada masyarakat Banyuwangi secara luas terlebih dahulu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini