Sukses

Optimalisasi Wilayah Lesser Sunda dari Bali hingga NTT, Menuju Target 30 Persen Kawasan Konservasi di Indonesia pada 2045

Mengenai target capaian wilayah konservasi di Indonesia, optimalisasi kawasan yang disebut Laser Sunda yang memanjang dari Bali hingga Nusa Tenggara Timur (NTT) dianggap penting karena wilayah ini memiliki kekayaan biodiversity atau keanekaragaman hayati tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Program Coral Reef Rehabilitation and Management Program Coral Triangle Initiative (COREMAP - CTI) Asian Development Bank (ADB) bakal segera berakhir pada Agustus 2023. Hasil dari program ini diharapkan bisa mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 14 (SDG 14) terkait konservasi perlindungan sumber daya alam laut dan pengelolaan perikanan berkelanjutan. 

Selain itu, program ini juga diharapkan mendukung peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi dan target pencapaian 30 persen luas kawasan konservasi perairan pada 2045. Program yang dilaksanakan sejak 2020 oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Bappenas ini merupakan bagian dari program jangka panjang COREMAP sejak 1998 sebagai upaya perlindungan terumbu karang dan ekosistem pesisir prioritas.

Kegiatan yang memadukan antara science-based policy dan implementasi berbasis komunitas ini diharapkan dapat menjadi model pengelolaan pesisir di Indonesia. Sri Yanti, Plt Direktur Kelautan dan Perikanan Bappenas yang membawahi ICCTF mengatakan harapannya agar hasil COREMAP-CTI ADB yang mendukung program pemerintah daerah tidak berakhir dengan berakhirnya proyek tapi dapat tetap bermanfaat dan berkelanjutan.

"Hal ini akan tercapai apabila ada komitmen dari semua pihak terutama pemerintah daerah dan masyarakat dalam pemeliharaan dan juga pemanfaatannya," ungkap Sri dalam kegiatan workshop exit strategy COREMAP-CTI ADB pada Senin, 26 Juni 2023.

Ia melanjutkan, rekomendasi kebijakan yang dihasilkan dari program ini dan juga model pengelolaan dengan melibatkan masyarakat dapat diadopsi tidak hanya oleh masyarakat namun juga oleh pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Terkait target capaian wilayah konservasi di Indonesia, Sri juga menyebut tentang optimalisasi kawasan yang disebut Lesser Sunda yang memanjang dari Bali hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). 

"Bali kita sebut ekosistem lautnya Lesser Sunda, memanjang dari Bali sampai NTT. Di situ biodiversity (Keanekaragaman hayati) tinggi. Beberapa spesies karismarik ada di situ juga," sebutnya lagi. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Laser Sunda Harus Terintegrasi

Kegiatan ICCTF dengan COREMAP-CTI ADB juga menyoroti Bali sebagai salah satu kawasan pariwisata primadona para turis yang tengah terancam. Sebab Bali dengan pariwisata yang berangsur pulih kunjungan turisnya ikut membawa dampak pada ekosistem laut sekitarnya.

"Bali sudah over capacity, akan sangat bergantung dengan limpahan turis ke NTB dan NTT. Sebenarnya ada kapal phinisi ke NTB dan NTT harusnya sampai ke Ambon sana tapi kita tiga (wilayah) ini dulu," sambung Sri Yanti.

Wilayah Lesser Sunda ini jelas Sri, menjadi benang merah dan satu kesatuan yang harus dikelola secara terintegrasi khususnya Marine Protected Area (MPA) dengan karakteristik sama yaitu pulau kecil dengan kekayaan laut indah. Wilayah MPA yang telah ditetapkan saat ini oleh ICCTF adalah Nusa Penida di Bali, Gili Matra dan Gili Balu di NTB. 

Sri melanjutkan, target 30 persen untuk kawasan konservasi akan diupayakan dengan maksimal. Kawasan ini konservasi dilindungi dengan berbagai cara salah satunya tidak boleh dimasuki kilang minyak. "Saat ini capaian kita baru 12 persen, tapi masih 32 tahun lagi. Program kita ada jangka pendek dan jangka panjang," kata Sri.

3 dari 4 halaman

Peningkatan Kapasitas Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir

Namun yang penting menurut Sri, klaim ini bisa membawa kesejahteraan bagi masyarakat baik di sisi perikanannya dan pariwisata. Tata kelola harus memiliki Standart Operational Procedur (SOP) yang benar, serta edukasi agar meskipun ada kegiatan pariwisata namun tetap tidak boleh merusak.

"Dengan itu masyarakat diberikan alternatif, diupayakan yang dekat dan mudah diadopsi," tambahnya. 

Salah satu alternatif tersebut adalah bahwa kegiatan di pesisir Bali seperti Nusa Penida tak harus selalu pariwisata. Berbagai potensi lain seperti budidaya rumput laut juga bisa menguntungkan di sisi ekonomi.

Hal itu seperti yang dirasakan penerima manfaat dari program COREMAP-CTI di Nusa Penida, Pendiri Sandu Care, I Nyoman Sudiatmika. "ICCTF melalui COREMAP-CTI ADB memberikan kami pandangan lain tentang mengembangkan sebuah produk," katanya di kesempatan yang sama.

Sebagai Komunitas lokal ia sangat merasakan adanya perubahan signifikan serta bimbingan yang diberikan. Sandu Care adalah Produksi Sabun Cair yang berbahan Rumput Laut.

"Bagi kami pengalaman dan pelajaran berharga ini adalah sebuah warisan yang akan berguna dan akan kami turunkan kepada anak dan cucu kami, bagaimana kami turut melestarikan dan menjaga keindahan laut namun kami juga dapat mengolahnya dengan benar untuk masa depan kami," ujar Nyoman.

 

4 dari 4 halaman

Pariwisata Harus Berkelanjutan

Selain berkegiatan peningkatan kapasitas untuk masyarakat dalam pengembangan mata pencaharian, program COREMAP-CTI juga membangun sarana dan prasarana yang dapat mendukung pengelolaan kawasan konservasi. Pusat informasi wisata yang dibangun di Nusa Penida adalah salah satunya untuk mendukung pengembangan pariwisara yang berkelanjutan. 

Executive Director Indonesia Climate Change Trust Fund, Tonny Wagey mengatakan saat ditemui wartawan dalam kunjungan dengan ICCTF di Nusa Penida Bali, Selasa, 27 Juni 2023, "Apa yang dihasilkan oleh COREMAP-CTI DB dapat membantu pemerintah daerah, masyarakat Nusa Penida dan Bali dalam memanfaatkan sumber daya alam laut yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat."

Ia menambahkan dengan berakhirnya proyek ini, proses transfer pengetahuan dan transfer aset harus melibatkan dan mendapatkan perhatian semua pemangku kepentingan. Hal ini supaya keberlanjutan dan pemanfaatannya untuk mendukung proses transfer pengetahuan dan aset yang dapat digunakan masyarakat untuk pengelolaan laut. 

"Saya apresiasi kepada para mitra pelaksana di lapangan yang bekerja sama pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk dapat menyukseskan program ini," tutupnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini