Sukses

Partisipasi Angkatan Kerja dari Perempuan di Indonesia Baru Capai 53 Persen

Ketimpangan gender dalam angkatan kerja di Indonesia masih menjadi tantangan bagi upaya pemberdayaan perempuan. Hal ini terefleksikan pada persentase partisipasi angkatan kerja perempuan yang rendah dan hanya mampu mencapai 53 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Ketimpangan gender dalam jumlah partisipasi angkatan kerja di Indonesia masih menjadi tantangan tersendiri bagi upaya pemberdayaan perempuan. Hal ini terefleksikan pada persentase partisipasi angkatan kerja perempuan yang rendah dengan capaian hanya 53 persen.

Angka tersebut berbanding jauh dengan tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki yang sudah mencapai 84 persen pada 2022. Beberapa faktor penyebab masalah ini adalah budaya dan tekanan sosial yang membatasi perempuan untuk mencapai potensi maksimal yang dimiliki.

Momentum Hari Perempuan Internasional mengingatkan pada perjuangan perempuan untuk bisa setara dengan laki-laki di tengah keterbatasan dan peran perempuan mengurus keluarga.

"Kunci keberhasilan dari berbagai upaya untuk mengatasi tantangan ketimpangan gender tersebut adalah sinergi," ungkap Plt. Asisten Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (KemenPPPA), Eko Novi Ariyanti saat Perayaan Hari Perempuan Internasional, L'Oreal Beauty for A Better Life, di Jakarta, Kamis, 9 Maret 2023.

KemenPPPA berkomitmen meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan melalui sinergitas yang intensif dari berbagai sektor. Pihaknya mengajak swasta untuk dapat menyediakan program pelatihan kerja perempuan yang tepat sasaran dan berkelanjutan.  

Menurutnya, hal ini merupakan bentuk implementasi dari Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional tahun 2021-2024. Inisiasi tersebut memiliki tujuan utama untuk mengembangkan keterampilan perempuan mewujudkan kesejahteraan keluarga dan pertumbuhan ekonomi.

Sebagai pihak swasta, L’Oréal Indonesia juga merayakan pencapaian satu dekade L'Oréal Beauty for a Better Life (BFBL). Ini merupakan program keberlanjutan pemberdayaan perempuan yang memiliki keterbatasan sosial ekonomi agar mereka memiliki kehidupan yang lebih sejahtera melalui kecantikan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sinergitas Lintas Sektor untuk Kesetaraan Gender

Chief of Corpoorate Affairs, Enggagement and Sustainability L'Oreal Indonesia, Melanie Masriel mengatakan sejak diluncurkan pada 2014, L’Oréal Indonesia memberi pelatihan intensif tata rambut dan tata rias yang bersertifikat dan gratis. Pihaknya juga bekerja sama dengan empat lembaga sosial masyarakat di 10 pusat pelatihan yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Program ini telah terbukti berhasil membantu 3.749 perempuan Indonesia untuk mendapatkan akses ke dunia kerja dan menjadi lebih mandiri secara ekonomi," ungkap Melanie di kesempatan yang sama. 

Program tersebut mendapat dukungan dari KemenPPPA dalam membangun sinergitas lintas sektor yang baik bagi pemberdayaan perempuan, khususnya yang memiliki keterbatasan sosial ekonomi. "Komitmen BFBL berdasarkan pada keyakinan kami untuk menciptakan kecantikan yang menggerakan dunia dan menggerakkan Indonesia, salah satunya dengan menggerakkan komunitas di sekitar kita," papar President Director L’Oréal Indonesia, Junaid Murtaza.

Ia menyambung pihaknya ikut bekerja sama dengan PEKKA, CSR Jababeka, SpeKTRA, dan Yayasan Plan International Indonesia. Menurutnya, keterlibatan berbagai mitra ini berkontribusi penting dalam mengidentifikasi profil penerima manfaat yang tepat, menyediakan jaringan dan komunitas untuk saling mendukung satu sama lain.

"Operasional program pengembangan keterampilan di 10 pusat pelatihan yang berlokasi di Bekasi, Tangerang, Cianjur, Pemalang, Bali, Lombok, Tanjung Balai, Bone, Surabaya, dan Bantul," tambah Junaid.

Konsistensi berbuah hasil yang baik. Berdasarkan hasil survei terbaru yang dilakukan L’Oréal Indonesia, 88 persen alumni BFBL telah berhasil mendapatkan pekerjaan atau memulai bisnisnya sendiri di industri kecantikan dalam enam bulan pasca-pelatihan.

3 dari 4 halaman

Sejarah Hari Perempuan Internasional

Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day diperingati tiap tahun setiap 8 Maret. Hari Perempuan Internasional dirayakan untuk memperingati dan menghormati pencapaian perempuan, meningkatkan kesadaran terkait kesenjangan dan diskriminasi gender, serta mempromosikan dukungan secara global untuk perempuan.

Mengutip kanal Global Liputan6.com, dilansir dari EuroNews, Rabu, 8 Maret 2023, Hari Perempuan Internasional bermula saat Partai Sosialis Amerika pada 28 Februari 1909 aktif merayakan Hari Perempuan Nasional pertama untuk memperingati 15.000 perempuan. Mereka menggelar protes di New York, Amerika Serikat (AS) untuk menentang kondisi kerja yang keras dan upah rendah.

Lalu pada 1910, Clara Zetkin, sebagai pembela hak-hak perempuan dan pemimpin Kantor Perempuan Jerman untuk Partai Sosial Demokrat, mengusulkan gagasan Hari Perempuan Internasional secara global. Pada 19 Maret 1911, Hari Perempuan Internasional pertama pun diadakan, dengan lebih dari satu juta orang di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss ikut ambil bagian.

4 dari 4 halaman

Hari Perempuan Internasional Diakui PBB

Baru pada 1975, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengakui dan mulai merayakan Hari Perempuan Internasional. PBB kemudian menjadi sponsor utama acara tahunan itu, mendorong lebih banyak negara untuk mengakui "tindakan keberanian dan ketetapan hati oleh perempuan yang memainkan peran luar biasa dalam sejarah negara dan komunitas."

Adapun simbol untuk Hari Perempuan Internasional adalah simbol gender perempuan. Biasanya disertai dengan warna ungu, hijau, dan putih. Warna ungu melambangkan martabat dan keadilan, sedangkan hijau melambangkan harapan, serta putih yang melambangkan kemurnian.

"Warna-warna tersebut berasal dari Serikat Sosial dan Politik Wanita (WSPU) di Inggris pada 1908," tulis web resmi International Women’s Day.

Tujuan Hari Perempuan Internasional berbeda-beda di setiap negara. Di beberapa tempat, ini adalah hari untuk melakukan protes atas isu-isu ketidaksetaraan hak gender, sedangkan di tempat lain ini adalah sarana untuk mempromosikan kesetaraan gender. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.