Sukses

Harga Jual Tas Bekas Merek Gucci, Chanel, dan Louis Vuitton Turun, Ada Apa?

Milenial dan gen Z tertarik pada merek mewah kontemporer yang lebih terjangkau, seperti Miu Miu, Bottega Veneta, dan Telfar.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai pasar jual kembali tas dari sederet merek mewah hampir selalu menggiurkan. Namun, di awal tahun ini, lajunya justru melambat, kendati permintaan barang bekas mewah masih "membara."

Melansir CNN, Kamis (26/1/2023), konsumen yang takut akan percepatan pemutusan hubungan kerja, bayang-bayang resesi, serta tingginya harga barang dan jasa pada 2023 membuat daya beli mereka menurun, termasuk dalam hal tas bekas.

Namun demikian, pasar penjualan kembali tetap menjanjikan, dengan diharapkan mencapai penjualan senilai 82 miliar AS pada 2026, hampir dua kali lipat dari 43 miliar AS di tahun 2022, menurut data industri. Dalam catatannya, konsumen semata mencari nilai barang lebih baik di pasar penjualan kembali.

"Kami mulai menyadarinya pada akhir musim panas, awal musim gugur tahun lalu," kata direktur merchandising reseller barang mewah online The RealReal (REAL), Sasha Skoda. "Permintaan untuk merek mewah dengan harga lebih tinggi saat dijual kembali turun, yang mendorong harga tas dari merek seperti Chanel, Gucci, dan Louis Vuitton merosot."

Di saat yang sama, katanya, permintaan untuk merek-merek mewah dengan harga lebih rendah, seperti Miu Miu dan Bottega Veneta, meningkat. Skoda mengatakan, "Konsumen khawatir tentang ekonomi dan mereka tidak ingin menghabiskan banyak uang."

"Mereka tidak lagi bersedia membayar harga tas bekas setinggi, misalnya, tahun lalu untuk merek-merek, seperti Hermes, Gucci, dan Louis Vuitton," imbuhnya.

Menurut Laporan Konsinyasi Mewah Tahunan RealReal 2023, harga jual kembali tas tangan turun 20 persen untuk Louis Vuitton, 17 persen untuk Gucci, 10 persen untuk Hermes, dan 9 persen untuk Chanel selama 90 hari terakhir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Beralih ke Produk Lebih Terjangkau

Rata-rata, nilai jual kembali tas mewah dari merek-merek tersebut tercatat turun lima persen dalam enam bulan terakhir, kata Skoda. "Potensi resesi, krisis iklim, dan keresahan global adalah alasan konsumen membuat keputusan belanja berdasarkan nilai," sebut co-CEO dan presiden The RealReal, Rati Sahi Levesque, dalam laporan tersebut.

Karena menginginkan harga lebih rendah, pembeli barang bekas jadi kurang pilih-pilih tentang kondisi barang yang hendak mereka beli. Permintaan naik hampir dua kali lipat untuk barang-barang "kondisi wajar," seperti yang menunjukkan tanda-tanda keausan berat di sudut dan goresan yang signifikan, kata laporan itu.

Produk kondisi wajar yang dijual The RealReal rata-rata 33 persen lebih murah dari produk yang dijual kembali dalam kondisi baik atau sangat baik. Skoda mencatat bahwa milenial dan gen Z, yang merupakan pembeli utama barang bekas, tertarik pada merek kontemporer yang lebih terjangkau, seperti Miu Miu, Bottega Veneta, dan Telfar.

3 dari 4 halaman

Aksesori Tidak Lekang Waktu

Di sisi lain, barang-barang vintage terus menarik perhatian pembeli yang lebih muda, kata Skoda. Data dari penelusuran di situs web The RealReal menunjukkan bahwa perhiasan mutiara, gaun ultra-feminin, bagal bertumit rendah, jas, sepatu pantofel, dan bros muncul sebagai tren mode paling menguntungkan di tahun 2023.

Di samping, tren mode Y2K diprediksi masih akan berlanjut pada tahun ini. "(Aksesori) mutiara adalah permainan nilai. Mereka lebih murah daripada berlian dan tidak lekang waktu," kata Skoda. Pakaian kebesaran, dalam setelan atau gaun, juga populer karena kenyamanan kasual di kalangan konsumen.

Permintaan untuk pakaian dan apa pun dari tahun 1990-an dan awal 2000-an sangat kuat, sebagian besar karena mode yang ditujukan untuk pembeli gen Z begitu dikomersialkan sehingga "seperti iklan berjalan untuk merek," kata Skoda.

"Mereka melihat dan membeli pakaian vintage untuk dijual kembali sebagai cara untuk jadi berbeda, kreatif, dan berkelanjutan," ia menambahkan.

4 dari 4 halaman

Layanan Perbaikan Produk

Menyambung topik keberlanjutan, isu ini ditanggapi sederet merek mewah dengan merangkul layanan perbaikan produk sebagai salah satu terobosan. Melansir SCMP, 17 Desember 2022, inisiasi ini kemudian tidak hanya bagus karena memperpanjang usia barang, tapi juga "luar biasa" dalam hal membangun nilai merek.

Fokus pada keberlanjutan dan, sampai batas tertentu, krisis biaya hidup saat ini membuat kultur baru tersebut tidak hanya dapat diterima, tapi juga dianggap sangat modis. Hari ini, banyak wanita paling bergaya di dunia membawa aksesori model vintage, atau terbaru, tapi tidak terkini.

Kenaikan harga yang tajam, bahkan memungkinkan inflasi, juga membuatnya penting bagi banyak wanita. Tas Chanel Medium Classic Flap, misalnya, harganya naik dari 1.150 dolar AS pada 1990 jadi 7.800 dolar AS di tahun 2021.

Sebelumnya, kepala eksekutif Bottega Veneta, Bartolomeo Rongone, mengatakan bahwa model tas tangan tertentu sekarang dapat dibawa masuk untuk penyegaran dan perbaikan gratis seumur hidup.

Disebut "Certificate of Craft," layanan ini bahkan termasuk meminjamkan tas tangan pada pelanggan jika perbaikan memakan waktu lama. "Kami percaya kemewahan sejati terhubung dengan konsep waktu," kata Rongone.

Merek Italia ini mengikuti jejak Hermes, yang telah menawarkan layanan restorasi selama hampir satu dekade. Celine juga akan memperbaiki semua pembelian yang dilakukan di butik resmi mereka, seperti halnya Mulberry dan Chanel, walau hanya untuk satu tahun setelah pembelian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.