Sukses

6 Pelajaran Penting dari 73 Tahun Pernikahan Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip

Langgengnya pernikahan Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip memang mencuri perhatian warga Inggris, terlebih angka perceraian di negara tersebut memang tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Ratu Elizabeth II tak hanya termasuk penguasa kerajaan paling lama yaitu selama 70 tahun. Sang ratu juga menjalani pernikahan yang sangat lama. Ratu Elizabeth II menikah dengan Pangeran Philip di Westminster Abbey, Inggris, pada 1947 di depan lebih dari 2.000 tamu.

Pernikahan mereka terjalin selama lebih dari 73 tahun dan hanya terpisahkan oleh maut saat Pangeran Philip meninggal pada 9 April 2021. Pernikahan keduanya saat itu disiarkan ke lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia melalui radio. Sebagai pengantin baru, mereka menerima lebih dari 2.500 hadiah pernikahan dan 10.000 telegram ucapan selamat.

Setelahnya, mereka berbulan madu di Balmoral, Skotlandia, tempat di mana Elizabeth meninggal dunia pada 8 September 2022 lalu. Langgengnya pernikahan Ratu Elizabeth dan Pangeran Philip memang mencuri perhatian warga Inggris. Terlebih angka perceraian di negara tersebut memang tinggi.

Bahkan dari keempat anak mereka, hanya satu orang yang sampai saat ini belum pernah bercerai yaitu Pangeran Edward. Ia menikah dengan Sophie Rhys-Jones pada 1999 dan memiliki dua orang anak.  Dikutip dari Metro, Minggu, 25 September 2022, tingkat perceraian di Inggris saat ini sebesar 42 persen.

Untuk itu, tak ada salahnya bila mencuri ilmu pernikahan dari pasangan Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip. Setidaknya ada enam pelajaran yang bisa diambil dari pasangan abadi tersebut.

1. Percaya insting

Ratu bertemu Pangeran Philip pada 1939 di Britannia Royal Naval College. Ketika itu Ratu berusia 13 tahun dan Philip berusia 18 tahun. Ratu menarik perhatian Philip saat dia berkeliling lapangan. Kemudian keduanya mulai bertukar surat saat Philip harus pergi ke luar negeri selama perang.

Pangeran Philip melamar Ratu Elizabeth pada 1946, tapi sempat ada beberapa penolakan terhadap pernikahan itu, terutama dari keluarga Philip.  Pangeran Philip yang juga berasal dari keluarga bangsawan Yunani-Denmark, artinya harus mengadopsi nama keluarga Inggris, Mountbatten, bila menikah dengan Ratu Elizabeth. Selain itu, Philip juga harus melepas haknya atas takhta Yunani dan Denmark

Elizabeth bersikeras, insting dia mengatakan, bahwa dia akan menikah dengan Philip. Keduanya akhirnya menikah setahun setelah lamaran Philip dan terus bersama hingga keduanya dipisahkan oleh maut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Punya selera humor yang sama

Untuk menjaga hubungan yang bahagia, pasangan harus bisa tertawa bersama. Hal itu kerap ditunjukan Ratu Elizabeth dan Pangeran Philip. Setiap kali Ratu terlihat tertawa di depan umum, di saat yang sama juga pasti ada suaminya.

Mereka sepertinya menertawakan adegan dan lelucon yang sama. Bahkan ada rumor kalau Philip dulu suka membuat Elizabeth dan anak-anak kecil mereka tertawa dengan memakai gigi palsu dan mengejar mereka di koridor.

Ratu juga pernah mengungkapkan opininya tentang Pangeran Philip. Ia menyampaikan kalau suaminya itu memiliki rasa ingin melayani, keingintahuan intelektual, dan kapasitasnya untuk memunculkan kesenangan dari situasi apa pun.

3. Jalin komunikasi

Meski selalu bersama dan terlihat harmonis, Ratu Elizabeth dan Pangeran Philip juga pernah bertengkar. Pertengkaran paling berkesan yang diketahui publik terjadi pada 1954, tujuh tahun setelah mereka menikah.

Selama kunjungan kenegaraan ke Australia, pasangan itu bertengkar di Victoria, setelah Philip berjalan keluar dari pintu depan. Ratu dilaporkan mengejarnya dan tampak marah, bahkan melemparkan sepatu tenis ke arahnya.

Pasangan itu pindah kembali ke dalam sambil jalan bersama, sebelum Ratu muncul untuk meminta maaf atas kejadian tersebut. "Saya minta maaf untuk selingan kecil itu, tapi seperti yang Anda tahu, itu terjadi di setiap pernikahan," ucap Ratu ketika itu.

3 dari 4 halaman

4. Tidak terbebani untuk membahagiakan pasangan

Pasangan kerajaan jarang menunjukkan kasih sayang satu sama lain di depan umum. Namun ketika mereka melakukan itu di depan publik terasa akan lebih berarti. Philip terkadang akan memberikan kecupan di pipi istrinya, meskipun itu sedikit tidak profesional bagi bangsawan Inggris. Bagi mereka, membahagiakan pasangan bukanlah suatu beban.

Salah satu momen yang menonjol adalah pada 1953 saat penobatan Ratu, ketika itu Philip memberinya ciuman lembut. Terkadang penting untuk diingat bahwa bila pasangan tidak menunjukkan kasih sayang di depan umum, tidak berarti ia tidak jatuh cinta.

5. Saling mendukung

Pada penobatan Ratu Elizabeth, Philip bersumpah untuk menjadi 'pelayan kehidupan sekaligus anggota tubuh' bagi istrinya yang didapuk menjadi ratu. Bukan hanya gelar bangsawan Yunani-Denmark yang ditinggalkan Philip, tapi juga karier angkatan laut dan agamanya.

Pengorbanan yang sangat besar ini dapat memupuk kebencian di antara keduanya, tetapi Philip bertekad untuk mendukung istrinya. Penting juga untuk mengakui pengorbanan yang telah dilakukan oleh pasangan dan berterima kasih kepadanya.

Hal itu pula yang dilakukan Elizabeth kepada Philip. "Dia telah menjadi kekuatanku dan bertahan selama ini," kata ratu pada perayaan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-50.

4 dari 4 halaman

6. Jangan berhenti ketika keadaan jadi sulit

Philip juga berbicara tentang apa yang dia yakini sebagai rahasia pernikahan yang panjang dan bahagia di hari ulang tahun pernikahan emasnya ke-50. "Saya pikir pelajaran utama yang telah kita pelajari adalah bahwa toleransi adalah salah satu unsur penting dari setiap pernikahan yang bahagia," katanya.

Philip pernah berkata bahwa rahasia pernikahan yang bahagia dengan memiliki minat yang berbeda bersama pasangan. Itu memungkinkan kemandirian dalam hubungan, tetapi juga memberi waktu satu sama lain untuk lebih banyak berdiskusi. Dengan minat dan hobi berbeda juga memungkinkan satu sama lain mencoba dan belajar hal baru.

Ia menekankan bahwa sikap saling mengerti sangat penting, terutama ketika dalam situasi sulit. "Ini mungkin tidak begitu penting ketika segala sesuatunya berjalan dengan baik, tetapi sangat penting ketika keadaan menjadi sulit, itu akan jadi ujian. Anda dapat mengambil dari saya bahwa Ratu memiliki kualitas toleransi yang berlimpah," ucap Philip.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.