Sukses

Ketika Pesawat Terbang Usang Jadi Atraksi Wisata di Bali, dari Kelab Malam hingga Vila

Sejumlah pengelola mendaur ulang pesawat terbang yang sudah tak terbang sebagai atraksi wisata di Bali. Apakah mampu menarik kunjungan?

Liputan6.com, Jakarta - Meski usang, daya pikat pesawat terbang nyatanya tetap kuat. Kemampuannya itu lalu dimanfaatkan sebagai atraksi wisata di berbagai lokasi di Bali.

Sejumlah tempat mendaur ulang pesawat terbang usang untuk mendapatkan uang. Misalnya saja, ekor pesawat McDonnel Douglas DC 10 yang dipasang di atap Mal Gate 88, di Kerobokan, Denpasar, hingga menonjol di atas jalan raya.

Ekor pesawat itu jelas menarik perhatian pengunjung mal yang kini difungsikan sebagai ruang co-working dan kafe itu. Sejumlah pegawai tak begitu yakin bagaimana ekor DC 10 bisa sampai di sana, tetapi sumber online menyebut ekor pesawat itu berasal dari pesawat penumpang yang dioperasikan di Inggris pada 1970, sebelum diubah menjadi pesawat  kargo di AS.

Pesawat akhirnya dijual ke operator di Zimbabwe sebelum dibongkar sepenuhnya. Pada 1 Juli 2017, rooftop Gate 88 kemudian difungsikan sebagai kelab malam High-Fi dengan ekor DC-10 sebagai pusat perhatian. Namun, kelab malam itu akhirnya ditutup karena terdampak pandemi Covid-19.

Meski begitu, pemilik masih mendapat keuntungan dari ekor pesawat tersebut. Ia menjadikannya atraksi wisata berbayar senilai Rp1 juta bagi setiap pengunjung yang datang.

Beranjak ke selatan Pulau Bali, tepatnya sekitar dua kilometer dari bandara, pesawat Boeing 737 ditempatkan di seberang jalan outlet Dunkin Donut yang kosong. Pesawat itu dipindahkan dari Yogyakarta pada 2012 oleh Arif Harsono, pemilik Aircrew Sensation, penyedia pelatihan simulator pesawat di Jakarta.

"Saya berencana membuat tempat latihan di sini untuk awak pesawat, tapi gagal mengamankan kemitraan dengan sebuah maskapai saat itu," kata Harsono, dikutip dari Asia One, Kamis (10/3/2022).

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Dari Kafe hingga Vila

Selama hampir sepuluh tahun, pesawat Boeing bekas itu akhirnya jadi kanvas untuk seniman grafiti dan warga lokal yang ingin berkunjung. Ia menarik biaya 5 dolar AS atau sekitar Rp71 ribu kepada setiap pengunjung.

Namun mulai tahun ini, Arif memasang pagar dan mencat ulang pesawat dengan warna putih. Ia juga menambahkan simulator dan membangun kafe. Ia berencana membuka tempat itu pada Juli nanti.

"Aku yakin ini akan sukses karena setiap hari orang-orang datang ke sini untuk berfoto," ujarnya. "Dengan cat baru, pesawat ini terlihat baru lagi."

Boeing 737-200 juga diparkir di tebing pantai selatan Bali dengan pemandangan Samudra Hindia. Pesawat milik pengusaha Rusia Felix Demin itu rencananya diubah menjadi vila mewah pertama di dunia.

Interior pesawat dirancang ulang dengan menambahkan detail kulit putih, dua tempat tidur, lounge, jacuzzi di kokpit, dan teras yang menghadap ke samudra untuk menikmati matahari terbenam. Ia berencana menarik bayaran ribuan dolar untuk menginap semalam di sana.

 

3 dari 5 halaman

Butuh Perjuangan

Demin mengatakan sejauh ini banyak yang meminati vila di pesawat terbang itu. Ia bahkan harus mempekerjakan petugas keamanan karena lokasi pesawat terbang itu berada dikunjungi hingga 150 orang yang penasaran dengan bagian dalamnya setiap hari.

Menurut Demin, daya tarik atraksi wisata itu tidak semata karena pesawat, tetapi juga lokasi dan konsep di baliknya. "Ketika ini siap, ini akan menjadi salah satu vila terunik di dunia, mengambang di ketinggian 150 meter di tepi tebing dekat samudra dengan pemandangan terbaik di seluruh Bali," ujarnya.

Tapi, usaha memindahkan pesawat itu tak mudah. Demin membelinya delapan tahun lalu dari investor Australia yang akan membuat kelab malam tetapi kehabisan uang.

Proses pemindahannya menghabiskan waktu lima hari. "Kami harus mendatangkan peralatan khusus dari Jawa, truk sepanjang 16 meter, crane seberat 50 ton, dan crane lain seberat 25 ton," tuturnya. "Proses perizinannya sendiri adalah mimpi buruk, kami harus mendapat pengawalan polisi dan memotong beberapa kabel listrik sepanjang jalan."

Belum lagi jalanan di Bali sempit, sehingga ia harus mempreteli pesawat di tengah jalan dan memasang ulang setelah sampai lokasi. "Semua hal lain yang telah saya lakukan dalam bisnis sebelum ini adalah urusan kecil dibandingkan dengan ini," ujarnya.

4 dari 5 halaman

Jadi Restoran

Satu lagi pesawat usang yang digunakan ulang di Bali, yakni Keramas Aero Park. Ini adalah restoran dan bar dalam pesawat yang pengunjungnya bisa minum anggur dan makan di dalam pesawat Boeing 737.

Menu yang ditawarkan disebut tidak berbeda dari restoran yang lebih terjangkau di Bali. Sambil menyesap minuman atau menikmati makanan, pengunjung disuguhi pemandangan sawah dan pantai. Sayang, pesawat itu perlu dicat ulang karena kusam dan bagian interiornya berantakan.

Panel instrumen telah dicopot, digantikan dengan gambar tempel panel instrumen. Belum lagi meja dan kursi plastik memenuhi ruang yang membuat tamu jadi tak nyaman.

5 dari 5 halaman

4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.