Sukses

Lahore Jadi Kota Paling Berpolusi di Dunia

Lahore telah konsisten masuk daftar kota berpolusi udara paling buruk di dunia selama bertahun-tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Lahore, Pakistan dinyatakan sebagai kota paling berpolusi di dunia setelah kota tersebut mencatat tingkat kabut asap tertinggi karena Indeks Kualitas Udara (AQI) naik di atas 700. Data Indeks Kualitas Udara yang dirilis Rabu, 17 November 2021 menempatkan Lahore dalam daftar kota paling tercemar di dunia, lapor aljazeera, Jumat (19/11/2021).

Lahore mencatat peringkat kualitas udara 348 di hari tersebut, jauh di atas tingkat berbahaya 300, menurut IQAir, perusahaan teknologi Swiss yang mengoperasikan platform pemantauan AirVisual. "Anak-anak mengalami gangguan pernapasan … demi Tuhan, temukan solusinya," kata seorang buruh bernama Muhammad Saeed pada AFP.

Polusi udara telah memburuk di Pakistan dalam beberapa tahun terakhir. Ini antara lain disebabkan campuran asap diesel tingkat rendah, asap dari tanaman musiman yang terbakar, dan suhu musim dingin yang lebih dingin, semuanya menyatu jadi kabut asap yang stagnan.

Sebuah laporan di Dawn.com pada 2019 menyebut, pembakaran bahan bakar, bukan pembakaran tanaman oleh petani di India, yang jadi penyebab buruknya udara di Lahore. Laporan itu mengatakan, "Klaim bahwa pembakaran tanaman di India menyebabkan kabut asap di Lahore bukan hanya tanpa bukti."

"Secara statistik, (klaim) itu salah dengan koefisien korelasi yang sangat kecil, yang menggambarkan kurangnya pemahaman ilmiah yang diperlukan untuk menangani krisis," imbuh pihaknya. Mereka menyalahkan pembakaran "bahan bakar berkualitas buruk" sebagai alasan utama kualitas udara yang buruk di Lahore.

Kota dengan lebih dari 11 juta orang di Provinsi Punjab dekat perbatasan dengan India ini secara konsisten menempati peringkat di antara kota-kota berpolusi udara terburuk di dunia. Apa yang dilakukan pemerintahnya?

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Upaya Penduduk

Dalam beberapa tahun terakhir, penduduk telah membangun pembersih udara mereka sendiri dan mengajukan tuntutan hukum terhadap pejabat pemerintah dalam upaya putus asa untuk membersihkan udara. Namun demikian, pihak berwenang dinilai lambat bertindak.

Mereka malah menyalahkan kabut asap di India atau mengklaim angka tersebut dilebih-lebihkan. "Kami orang miskin, bahkan tidak mampu membayar biaya dokter," kata penjaga toko Ikram Ahmed.

Ahmed menyambung, "Kami hanya bisa memohon pada mereka (pemerintah Pakistan) untuk mengendalikan polusi. Saya bukan orang yang melek huruf, tapi saya telah membaca bahwa Lahore memiliki kualitas udara terburuk dan kemudian datang Delhi India (juga dengan kualitas udara buruk). Jika terus seperti ini, kita akan mati."

 

PICTURE FIRST: Indonesia Tidak Aman untuk Hewan Liar

3 dari 4 halaman

Apa yang Dilakukan Pemerintah?

Sementara Saeed berkata, "Dulu, saya biasa bermain (jalan-jalan) dengan anak-anak saya, tapi sekarang saya tidak membawa mereka keluar."

"Ada pabrik dan industri kecil yang beroperasi di sini, entah bisa memindahkannya ke tempat lain, memberi mereka kompensasi, atau memberi mereka teknologi modern, sehingga kita bisa menyingkirkan kabut asap ini," imbuhnya.

First Post melaporkan, para menteri Pakistan mengklaim pihaknya telah mengambil tindakan untuk mengekang polusi udara di negara itu, termasuk di kota Lahore.

Muhammad Bashir Khan, anggota parlemen dari Pakistan Tehreek-e-Insaf, mengatakan pada DW, "Kami telah menemukan ide tentang hutan kota, yang sedang dikembangkan di berbagai kota, selain menindak industri yang menggunakan teknologi lama.”

Ia mengatakan, negara itu juga telah memutuskan menghapus pembangkit listrik tenaga batu bara, penanaman pohon, dan beralih ke standar Euro 5 untuk semua kendaraan yang diproduksi di negara tersebut.

4 dari 4 halaman

Infografis Polusi Udara di Dunia Menurun Saat Pandemi Corona

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.