Sukses

Relawan Malaysia Daur Ulang Sampah Plastik di Tepi Laut Jadi Barang-Barang Unik

Meski diapresiasi, masalah sampah plastik di laut Malaysia tak cukup hanya dengan daur ulang.

Liputan6.com, Jakarta - Malaysia menemukan salah satu solusi dalam penanganan limbah plastik. Setiap akhir pekan, sekelompok relawan akan menyisir garis pantai resor Tioman di Malaysia untuk mengumpulkan sampah plastik yang terbawa ke pantai berpasir putih di perairan Cina Selatan itu.

Alih-alih dibakar atau dikubur ke dalam tanah, limbah itu didaur ulang sehingga dapat digunakan untuk membuat berbagai produk mulai dari tas, peralatan rumah tangga, hingga yang terbaru adalah furnitur.

Sydney Steenland, pendiri komunitas relawan Sea Monkey Project yang terlibat dalam daur ulang limbah laut, mendukung penuh program daur ulang sampah plastik di Malaysia. Ia mengatakan bahwa tindakan itu akan berdampak baik bagi lingkungan dan kehidupan makhluk hidup.  

"Saat ini, semuanya dibungkus dengan plastik, sehingga keadaannya sangat sulit," ungkapnya mengutip video laporan South China Morning Post, Kamis, 24 September 2020. "Saya rasa semua akan menjadi lebih baik dengan membersihkan lingkungan, lalu mendaur ulangnya (sampah plastik) menjadi barang-barang yang berguna, di mana orang dapat mengambil keuntungan dari kegiatan itu," ia melanjutkan.

Bekerja sama dengan Heng Hiap Industries, sampah plastik yang terkumpul itu dibawa dan diproses oleh pabrik daur ulang hingga menjadi butiran plastik. Heng Hiap Industries sendiri adalah salah satu perusahaan Malaysia yang pekerjaannya berangkat dari kepedulian terhadap pencemaran sampah plastik di negara tersebut.

"Karena kami melihat pencemaran laut semakin menjadi permasalahan, kami memutuskan untuk fokus pada bahan plastik yang ada di laut," kata Seah Kian Hoe, pendiri Heng Hiap Industries. Dengan hal tersebut, mereka berharap dapat melayani pelanggan dengan lebih bertanggung jawab.

Butiran plastik tersebut kemudian dijual kepada berbagai perusahaan furnitur ataupun suku cadang mobil untuk diproses menjadi produk utuh dan dijual nantinya. Salah satu perusahaan yang memanfaatkannya adalah Kian Furniture. Manajer Pemasaran mereka, Irene Lim mengatakan bahwa bahan butiran dari sampah plastik tersebut diproses kembali menjadi kursi plastik yang sangat kokoh.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pentingnya Kepedulian Masyarakat

Didirikan secara resmi setahun yang lalu, Sea Monkey Project memang bertujuan untuk mengatasi masalah plastik dan jenis sampah lainnya di lautan. Selain menyalurkannya ke perusahaan-perusahaan tersebut, Sydney dan anggota komunitasnya juga mendaur ulang limbah plastik tersebut menjadi kreasi lain, seperti suvenir, aksesori, tas, penggaris plastik, dan lainnya.  

Setiap tahunnya, enam wilayah di ASEAN berkontribusi terhadap 60 persen limbah plastik yang mencemari perairan Asia Tenggara. Pada bulan Februari, World Wide Fund For Nature (WWF) melaporkan bahwa Malaysia adalah pencemar plastik terburuk di Asia Tenggara, dengan rata-rata penggunaan sekitar 17 kilogram kemasan plastik per orang setiap tahunnya.

Meskipun inisiatif yang dilakukan Sydney dan komunitasnya dapat membantu membersihkan lingkungan dan mendaur ulang sampah, ia juga mengakui, "Ini tidak akan pernah menghentikan situasi jika Anda tidak memberi tahu orang-orang untuk mulai berhenti menggunakan plastik terlebih dahulu, dan benar-benar mencegahnya sebelum lingkungan tercemar." (Brigitta Valencia Bellion)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.