Sukses

Keren, Emak-emak Sulap Limbah Masker di Banyuwangi jadi Bahan Bakar Alternatif

Setiap 1 kilogram limbah masker dapat menghasilkan 1/4 liter bahan bakar alternatif.

Liputan6.com, Banyuwangi - Sejak pandemi Covid-19 melanda Tanah Air setiap warga pun diwajibkan menggunakan masker untuk mencegah penularannya. Sejalan dengan itu, persolan limbah masker pun kini menjadi suatu hal yang tidak bisa dibendung.

Menyikapi persoalan tersebut, masyarakat Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki cara tersendiri untuk mengatasi limbah masker. Masyarakat yang tergabung dalam kelompok Bank Sampah Telok Lema' beserta pengelola Bangsring Underwater berinovasi mengubah limbah masker menjadi bahan bakar alternatif energi terbarukan.

"Awalnya tak hanya masker yang kami olah. Karena kami melihat banyak limbah masker yang berserakan, kami mencoba berpikir bagaimana mengolah limbah ini agar kembali memiliki nilai guna dan nilai tambah," kata Pengelola Bangsring Underwater, Wildan Sukirno, Jumat (28/1/22).

Wildan menjelaskan bahwa dirinya menggunakan sebuah alat yang bernama Pirolisis. Secara prinsip kinerja alat tersebut adalah mendekomposisi bahan menjadi produk baru menggunakan metode pemanasan.

"Dalam sekali proses ada tiga produk dari energi terbarukan yang dihasilkan. Pertama adalah produk bahan bakar cair, semacam premium dan solar. Produk kedua adalah padatan sisa pembakaran. Produk ketiga adalah gas," ujar Wildan.

Dari 1 kilogram limbah masker, lanjutnya, bahan bakar cair yang dihasilkan yakni 1/4 liter. Sedangkan produk padatannya seberat 200 gram. Sementara untuk gas belum dapat dimanfaatkan secara optimal lantaran keterbatasan alat.

"Produk bahan bakar cair sudah kami uji coba pada mesin kapal dan hasilnya tak kalah dengan bahan bakar yang biasa dikonsumsi. Sedangkan padatannya bentuknya menyerupai plastisin dan itu bisa dimanfaatkan untuk membakar sisa sampah. Untuk produk gas masih belum bisa kita manfaatkan secara optimal karena keterbatasan alat, mudah-mudahan kedepanya bisa kita tindaklanjuti,"tambahnya

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Keterlibatan Emak-emak

Sementara itu, Ketua Bank Sampah Telok Lema', Rukinah mengatakan bahwa ketelibatan anggota bank sampah yang didominasi emak-emak sangatlah penting. Para ibu rumah tangga itu melakukan pengumpulan, pemilihan sekaligus mencuci limbah masker tersebut.

"Ibu-ibu dilibatkan untuk mengumpulkan, memilah dan mencuci limbah masker. Untuk mengantisipasi penyebaran virus maka limbah lebih dulu kami cuci dengan disinfektan," pungkasnya.

Rukinah mengaku senang dengan adanya kegiatan tersebut. Pasalnya selama ini limbah masker hanya dibuang dan hingga menjadi sampah yang berserakan di sejumlah wilayah. 

"Kalau diproses seperti ini limbah kan akhirnya tidak hanya dibuang, tapi juga bisa kembali dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki nilai guna. Ibu-ibu disini akhirnya juga ada kesibukan dan giat mengumpulkan limbah untuk menjaga kebersihan lingkungan," ucapnya

 

3 dari 3 halaman

Risiko Penggunaan Limbah Medis

Namun dilihat dari kacamata medis, pemanfaatan limbah medis , seperti masker untuk disulap menjadi bahan bakar tentu mempunyai risiko yang cukup besar. Sebab mesker yang habis dipakai oleh orang mengandung virus, terutama virus Covid-19.

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blambangan Banyuwangi, dr Widji Lestariono mengatakan, limbah masker merupakan limbah medis yang harus dimusnahkan dengan metode tertentu. Karena mengandung virus yang cukup berbahaya.

“Pemanfaatn masker bekas pakai oleh masyarakat akan menimbulkan resiko penularan penyakit terutama yang ditularkan melalui droplet (percikan air ludah). Untuk saat ini, droplet itu sangat rentan mengandung virus corona. Jika mengolahanya tidak baik, maka justru akan berbahaya bagi masyarakat," ucap dokter yang akrab disapa dengan panggilan Rio itu.

Dia menerangkan bahwa beberapa penyakit yang bisa ditularkan melalui droplet diantaranya yaitu, Covid-19, TBC, infeksi virus, dan bakteri lainya yang menyerang saluran pernafasan. Rio pun meminta agar masyarakat tetap berhati-hati, dan meminta pendampingan jika melakukan daur ulang, terutama yang berhubungan dengan limbah medis.

"Risikonya, sejumlah penyakit bisa menular, mulai dari Covid-19 samapai ispa. Makanya pengelolaan limbah medis itu harus dilakukan oleh ahlinya," sebutnya. 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.