Sukses

Asal-Usul Penamaan Ayyamul Bidh, Puasa 3 Hari Setiap Bulan Hijriyah

Menjadi puasa sunnah yang dikerjakan setiap pertengahan bulan Hijriyah, mungkin di antara Anda masih ada yang belum tahu asal usul penamaan Ayyamul Bidh

Liputan6.com, Jakarta - Puasanya umat Islam tidak hanya dilakukan saat Ramadhan saja. Di bulan Hijriyah lain pun seorang muslim diperkenankan melaksanakan puasa. Bahkan, pada bulan tertentu sangat dianjurkan untuk berpuasa.

Salah satu puasa yang dapat diamalkan setiap bulannya adalah puasa Ayyamul Bidh. Puasa sunnah ini dikerjakan setiap tanggal 13, 14, dan 15 di bulan Hijriyah, mengamalkannya merupakan suatu anjuran.

Diriwayatkan dari Qatadah bin Milhan ra, ia berkata: ‘Rasulullah saw telah memerintahkan untuk berpuasa pada hari-hari yang malamnya cerah, yaitu tanggal 13, 14, dan 15’.” (HR Abu Dawud). (An-Nawawi, Riyâdhus Shâlihîn, juz II, h. 81 dikutip dari NU Online).

Berdasarkan hadis, mengerjakan puasa Ayyamul Bidh seperti puasa selama sebulan. Adapun jika mengamalkannya setiap bulan seperti puasa sepanjang tahun.

وَإِنَّ بِحَسْبِكَ أَنْ تَصُومَ كُلَّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فإن لك بِكُلِّ حَسَنَةٍ عَشْرَ أَمْثَالِهَا فإن ذلك صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ 

Artinya: “Sungguh, cukup bagimu berpuasa selama tiga hari dalam setiap bulan, sebab kamu akan menerima sepuluh kali lipat pada setiap kebaikan yang kaulakukan. Karena itu, maka puasa ayyamul bidh sama dengan berpuasa setahun penuh.” (HR Bukhari-Muslim).

Menjadi puasa sunnah yang dikerjakan setiap pertengahan bulan Hijriyah, mungkin di antara Anda masih ada yang belum tahu asal usul penamaan Ayyamul Bidh. Berikut ini kami ulas sejarah puasa Ayyamul Bidh mengutip tulisan KH Mahbub Ma’afi Ramadhan di NU Online.

 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berkaitan dengan Kisah Turunnya Nabi Adam ke Muka Bumi

Menurut keterangan dalam kitab ‘Umdatul Qari’ Syarhu Bukhari, penamaan Ayyamul Bidh ada kaitannya dengan kisah Nabi Adam AS saat diturunkan ke muka bumi. 

Riwayat Ibnu Abbas menerangkan ketika Nabi Adam AS turun ke muka bumi seluruh tubuhnya terbakar oleh matahari sehingga menjadi hitam/gosong. Kemudian Allah memberikan wahyu kepadanya untuk melaksanakan puasa selama tiga hari (tanggal 13, 14, dan 15).

Pada puasa hari pertama sepertiga badannya menjadi putih. Begitu pun dengan puasa hari kedua dan ketiga tubuhnya semakin memutih.

ثُمَّ سَبَبُ التَّسْمِيَةِ بِأَيَّامِ الْبِيضِ مَا رُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ إِنَّمَا سُمِيَتْ بِأَيَّامِ الْبِيضِ لِأَنَّ آدَمَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لَمَّا أُهْبِطَ إِلَى الْأَرْضِ أَحْرَقَتْهُ الشَّمْسُ فَاسْوَدَّ فَأَوْحَى اللهُ تَعَالَى إِلَيْهِ أَنْ صُمْ أَيَّامَ الْبِيضِ فَصَامَ أَوَّلَ يَوْمٍ فَأبْيَضَّ ثُلُثُ جَسَدِهِ فَلَمَّا صَامَ الْيَوْمَ الثَّانِيَّ اِبْيَضَّ ثُلُثُ جَسَدِهِ فَلَمَّا صَامَ الْيَوْمَ الثَّالِثَ اِبْيَضَّ جَسَدُهُ كُلُّهُ 

Artinya: “Sebab dinamai ‘ayyamul bidh’ adalah riwayat Ibnu Abbas RA, dinamai ayyamul bidh karena ketika Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi, matahari membakarknya sehingga tubuhnya menjadi hitam. Allah SWT kemudian mewahyukan kepadanya untuk berpuasa pada ayyamul bidh (hari-hari putih); ‘Berpuasalah engkau pada hari-hari putih (ayyamul bidh)’

Lantas Nabi Adam AS pun melakukan puasa pada hari pertama, maka sepertiga anggota tubuhnya menjadi putih. Ketika beliau melakukan puasa pada hari kedua, sepertiga anggota yang lain menjadi putih. Dan pada hari ketiga, sisa sepertiga anggota badannya yang lain menjadi putih.”

3 dari 3 halaman

Malam yang Cerah

Menurut pendapat lain, dinamai Ayyamul Bidh karena pada malam harinya terang benderang disinari rembulan, dan rembulan selalu menyinari bumi sejak matahari terbenam sampai terbit kembali. Karenanya, pada hari-hari itu malam dan siang seluruhnya menjadi putih (terang).

 وَقِيلَ سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِأَنَّ لَيَالِي أَيَّامِ الْبِيضِ مُقْمِرةٌ وَلَمْ يَزَلِ الْقَمَرُ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى طُلَوعِهَا فِي الدُّنْيَا فَتَصِيُر اللَّيَالِي وَالْأَيَّامُ كُلُّهَا بِيضًا 

Artinya: “Pendapat lain menyatakan, hari itu dinamai ayyamul bidh karena malam-malam tersebut terang benderang oleh rembulan dan rembulan selalu menampakkan wajahnya mulai matahari tenggelam sampai terbit kembali di bumi. Karenanya malam dan siang pada saat itu menjadi putih (terang).” (Lihat Badruddin Al-‘Aini Al-Hanafi, ‘Umdatul Qari` Syarhu Shahihil Bukhari, juz XVII, halaman 80).

Demikian penjelasan asal usul penamaan Ayyamul Bidh, puasa yang dikerjakan setiap pertengahan bulan Hijriyah. Semoga ini menjadi khazanah baru untuk Anda. Wallahu a'lam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.