Sukses

Jemaah Haji Diimbau Jumatan di Hotel, Kiai Zulfa: Sama Seperti Salat di Masjidil Haram

Mustasyar Diny atau Penasihat Keagamaan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, KH Zulfa Musthofa, mengingatkan agar jemaah Indonesia mempersiapkan diri menghadapi puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) yang tinggal empat hari lagi.

Liputan6.com, Jakarta Mustasyar Diny atau Penasihat Keagamaan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, KH Zulfa Musthofa, mengingatkan agar jemaah Indonesia mempersiapkan diri menghadapi puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) yang tinggal empat hari lagi.

Salah satunya dengan tidak memaksakan diri melaksanakan salat Jumat di Masjidil Haram. Sebab saat ini kondisi di Masjidil Haram dan sekitarnya sudah mulai padat oleh jemaah dari berbagai negara seiring dengan semakin dekatnya operasional puncak ibadah haji.

Belum lagi bus sholawat yang biasanya digunakan jemaah ke Masjidil Haram pergi-pulang akan berhenti beroperasi mulai hari ini, Jumat (23/6/2023) pukul 09.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Sehingga jemaah haji yang memaksa berangkat ke Masjidil Haram, praktis pulangnya harus naik taksi atau jalan kaki.

"Sebaiknya para jemaah karena bus sholawat sudah dikurangi, salatlah ke masjid terdekat atau di hotel yang menyediakan masjid untuk salat Jumat," ujar Kiai Zulfa di Kantor PPIH Arab Saudi Daker Makkah, Kamis (22/6/2023) malam.

Salat di masjid di sekitar hotel atau masjid di dalam hotel yang mengadakan jumatan, kata Kiai Zulfa, sama pahalanya dengan salat di dalam Masjidil Haram. Sebab hotel-hotel yang disinggahi jemaah haji ini masih berada di tanah haram.

"Karena ulama, seperti Alwi Al Maliki, menyepakati salat di tanah haram, terutama masjid di seluruh tanah haram itu sama seperti di Masjidil Haram," kata Pengasuh Pondok Pesantren Darul Musthafa Jakarta itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jangan Kejar Sunah Tapi Wajibnya Ketinggalan

Lebih lanjut, Kiai Zulfa mengatakan bahwa umat Islam harus memahami skala prioritas dalam beribadah, tak terkecuali ibadah haji. Menurutnya, inti dari ibadah haji adalah ketika jemaah sudah memasuki periode Masyair (Arafah, Muzdalifah, dan Mina). Sehingga jemaah perlu mempersiapkan diri secara fisik dengan menghindari aktivitas ibadah yang memberatkan.

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini juga mengimbau jemaah untuk tidak memaksakan diri menjalankan ibadah tarwiyah dengan cara bermalam di Mina sebelum Wukuf sampai terbit fajar tanggal 9 Dzulhijjah. Sebab, hal itu berisiko membuat ibadah-ibadah pokok setelahnya jadi terhambat.

"Sekali lagi, agama ini adalah kemudahan, wama ja'ala 'alaikum fiddin min haraj (Allah tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam agama). Maka, jangan pernah memaksakan diri apalagi dalam cuaca panas ekstrem seperti sekarang ini, kemudian jalan kaki untuk mengambil sunah lalu nanti ketinggalan yang wajib," ujar Kiai Zulfa.

Dia mengibaratkan orang yang mendahulukan perkara sunah hingga terkendala mengerjakan hal yang wajib, sama seperti orang berburu ikan kecil tapi melepaskan ikan yang besar.

"Orang mengejar sunah tapi ketinggalan yang wajib itu berarti orang yang tidak cerdas," ucap Kiai Zulfa.

Karena itu, ia mengajak jemaah memanfaatkan waktu luang yang tersisa untuk memperdalam ilmu dan beribadah di hotel masing-masing. Berdiam diri di hotel dan tidak melakukan aktivitas berat di luar sekaligus berguna untuk menjaga stamina dalam menghadapi puncak haji.

"Perbanyaklah melakukan ibadah-ibadah yang tidak menghabiskan energi, tenaga. Misalnya, di dalam hotel baca Al-Quran, salat berjemaah, banyak diskusi dan mendalami hal-hal yang terkait fiqih haji," pesan Kiai Zulfa Musthofa.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.