Sukses

Kisah Tukang Jahit Jadi Wali Abdal yang Hanya 7 Orang Setiap Masanya

Wali abdal merupakan kekasih Allah dari golongan hamba-Nya. Wali abdal hanya berjumlah tujuh orang pada setiap masanya. Artinya, ketika seorang wali abdal tutup usia, maka Allah akan mencari penggantinya.

Liputan6.com, Jakarta - Zaman dahulu ada seorang laki-laki yang bekerja sebagai tukang jahit. Sehari-hari ia habiskan waktunya untuk aktivitas menjahit, mulai dari menentukan model pakaian, memotong kain, hingga menjahitnya sampai jadi.

Lelaki itu sangat totalitas menjadi seorang penjahit. Bahkan, ia tak memiliki waktu untuk sekadar bersenda gurau bersama tetangganya. Ia lebih banyak berinteraksi dengan orang-orang yang berkunjung ke tempatnya.

Sekilas memang lelaki itu sebatas tukang jahit biasa. Namun siapa sangka, ternyata tukang jahit itu diangkat menjadi wali abdal. 

Wali abdal merupakan kekasih Allah dari golongan hamba-Nya. Wali abdal hanya berjumlah tujuh orang pada setiap masanya. Artinya, ketika seorang wali abdal tutup usia, maka Allah akan mencari penggantinya.

Lantas, bagaimana kisah seorang tukang jahit yang diangkat menjadi wali Allah? Simak kisah selengkapnya yang dinukil dari kitab Tajul 'Arus Al-Hawy li Tahdzibin Nufus karya Al-Arif billah Syekh Ibnu Athaillah As-Sakandari via NU Online.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rahasia Tukang Jahit Menjadi Wali Allah

Syekh Makinuddin Al-Asmar mengisahkan tukang jahit yang termaktub dalam Tajul 'Arus Al-Hawy li Tahdzibin Nufus

Ada seorang tukang jahit biasa. Aktivitas menjahitnya menjadi sumber penghasilan utama untuk menopang hidupnya di dunia. Di samping menjalankan profesi sebagai penjahit, ia menjalankan satu amalan yang tak biasa dilakukan oleh kebanyakan manusia.

“Aku selalu menghitung dan mengingat perkataan apa saja yang telah kuucapkan di siang harinya. Maka, jika waktu petang tiba, aku akan kembali mengingat-ingatnya,” katanya. 

Jika ia mendapati perkataan yang bernilai kebaikan seperti mampu menepati janji pesanan jahitan sesuai waktu yang dulu pernah diucap, maka ia akan mengucap hamdalah dan mensyukuri karunia-Nya. Namun, jika ia mendapati perkataan sebaliknya, maka ia akan segera beristighfar dan meminta ampunan. 

“Hingga pada suatu ketika, Allah ridha terhadap apa yang kulakukan, dan kemudian aku diangkat menjadi kekasih-Nya, wali abdal yang hanya berjumlah tujuh orang dalam setiap masa."

Demikian kisah tentang tukang jahit yang menjadi wali Allah. Semoga di balik kisah ini terdapat hikmah yang dapat dipetik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.