Sukses

Sunan Ampel: Biografi, Sejarah dan Falsafah Dakwah 'Molimo'

Sunan Ampel adalah putra dari Syekh Ibrahim Zainuddin As-Samarqandy dengan Dyah Candrawulan. Ibrahim As-Samarqandy merupakan putra Jamaluddin Akbar al-Husaini. Sunan Ampel juga keponakan Dyah Dwarawati, istri Bhre Kertabhumi Raja Majapahit

Liputan6.com, Jakarta - Sunan Ampel lahir pada tahun 1401 di daerah Tumapel di Gresik (Jawa Timur). Ia merupakan salah seorang wali di antara walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa. 

Sunan Ampel adalah putra dari Syekh Ibrahim Zainuddin As-Samarqandy dengan Dyah Candrawulan. Ibrahim As-Samarqandy merupakan putra Jamaluddin Akbar al-Husaini. Sunan Ampel juga keponakan Dyah Dwarawati, istri Bhre Kertabhumi Raja Majapahit.

Syekh Jumadil Qubro, dan kedua anaknya, Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak bersama sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah, Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan, dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudra Pasai.

Di Kerajaan Champa, Maulana Malik Ibrahim berhasil mengislamkan Raja Champa, yang akhirnya mengubah Kerajaan Champa menjadi kerajaan Islam. Akhirnya dia dijodohkan dengan putri raja Champa (adik Dyah Dwarawati), dan lahirlah Raden Rahmat. Di kemudian hari Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa tanpa diikuti keluarganya.

Sunan Ampel (Raden Rahmat) datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dyah Dwarawati. Dyah Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bergelar Bhre Kertabhumi.

Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban yang bernama Arya Teja. Mereka dikaruniai 4 orang anak, yaitu, Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) Syarifah (istri dari Sunan Kudus). 

 

Saksikan Video Pilihan ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Falsafah Dakwah

Moh limo Mohlimo atau Molimo, Moh (tidak mau), limo (lima), adalah falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak di tengah masyarakat pada zaman itu yaitu:

  1. Moh Mabok: tidak mau minum minuman keras, khamar dan sejenisnya
  2. Moh Main: tidak mau main judi, togel, taruhan dan sejenisnya
  3. Moh Madon: tidak mau berbuat zina, homoseks, lesbian dan sejenisnya
  4. Moh Madat: tidak mau memakai narkoba dan sejenisnya
  5. Moh Maling: tidak mau mencuri, korupsi, merampok dan sejenisnya. 

Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Masjid Agung Demak. Dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah dia di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan Sunan Demak, dia merupakan putra dia dari istri dewi Karimah.

Sehingga Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran Sotopuro).

Penulis : Putry Damayanty

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.