Sukses

Sinetron Preman Pensiun dan Kisah Perampok Tobat dan Jadi Ulama Sufi

Merujuk judul dan sekilas isi sinetron ini, mengisahkan tentang preman yang taubat. Dahulu ada kisah perihal seorang perampok bertaubat yang memutuskan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam rentang panjang perjalanan taubatnya, ia akhirnya menjadi seorang sufi dan ulama besar.

Liputan6.com, Cilacap - Preman pensiun merupakan sinetron bergenre drama yang dibalut komedi-komedi ringan yang ditayangkan RCTI. Sinetron produksi MNC Pictures ini mengisahkan seorang preman yang bernama ‘Bahar’.

Mengutip Wikipedia, Bahar sebenarnya hanya preman “kecil”, tetapi wilayahnya cukup luas. Slain menjadi “beking” para pedagang kaki lima, juga menguasai sebuah pasar dan terminal.

Kisah yang akan dituturkan dalam serial ini bukanlah perjalanan hidupnya sejak awal, meskipun dalam beberapa dialog terceritakan juga, melainkan kisah di masa tuanya ketika dia memutuskan untuk pensiun.

Merujuk judul dan sekilas isi sinetron ini, mengisahkan tentang preman yang tobat, dahulu ada kisah seorang perampok tobat dan memutuskan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam rentang panjang perjalanan tobatnya, ia akhirnya menjadi seorang sufi dan ulama besar.

Fudhail bin Iyadh, namanya. Ia lahir di Uzbekistan tahun 107 H. Sebelum jadi sufi agung, dia adalah jagoan dan perampok besar yang sangat ditakuti.

Tiap malam dia menunggu di jalan dan siap merampas barang milik siapapun yang melewati jalan tempatnya merampok. Tetapi suatu saat dia terpana dan tersentak oleh kata-kata Al-Qur'an yang diucapkan tiga orang pedagang yang melewati jalan itu.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tobat saat Mendengar Al-Qur’an

Mengutip laman NU, ayat-ayat al-Qur'an itu menghentak kesadaran dirinya. Dia lunglai tak berdaya. Matanya mengembang air mata dan hatinya bergetar-getar.

Sejak saat itu dia bertaubat. Dia tekun mempelajari agama, lalu menjadi ulama besar dan akhirnya menjadi sufi master. Ayat-ayat tersebut adalah:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, tunduk hati mereka untuk mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab (al-Qur'an) kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang jahat." (QS Al Hadid :16).

  فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ ۖ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ

Maka segeralah kembali kepada Allah. Sungguh, aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu,”. (QS Adz Dzariyat : 50)

وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

 “Dan kembalilah kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang hukuman berat kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).”

Ada banyak pandangan sufistiknya yang menarik dan indah. Di antaranya untaian syair di bawah ini:

يا مسكين

 انت مسيء وتری انك محسن

  وانت جاهل وتری انك عالم 

 وتبخل وتری انك كريم 

واحمق وتری انك عاقل

  اجلك قصير واملك طويل 

 (سير اعلام النبلاء ٨ ص ٤٤٠)

 

Artinya: "Duhai diriku yang nista ini. Betapa sering kau melakukan hal-hal buruk, tetapi kau merasa berbuat baik saja. Kau sesungguhnya tak tahu dan tak paham, tetapi kau merasa diri jadi ulama. Kau sesungguhnya kikir bin pelit, tetapi kau merasa dermawan. Kau amat dungu, tetapi kau merasa pintar. Hidupmu sebentar saja, tetapi angan-anganmu begitu panjang." (Siyar A’lamin Nubala 8/ 440).

Khazim Mahrur

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.