Sukses

Prosedur Operasi Caesar, Ini Persiapan dan Efek Samping yang Perlu Diketahui

Biasanya, operasi caesar direkomendasikan untuk ibu yang mengalami kondisi medis tertentu atau komplikasi selama kehamilan.

Liputan6.com, Jakarta Operasi Caesar adalah salah satu metode persalinan yang dilakukan dengan melakukan pembedahan pada bagian perut dan rahim ibu. Metode ini menjadi alternatif ketika persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan atau berisiko bagi kesehatan ibu atau bayi. Biasanya, operasi caesar direkomendasikan untuk ibu yang mengalami kondisi medis tertentu atau komplikasi selama kehamilan.

Selama proses operasi, ibu akan diberikan obat bius spinal yang disuntikkan ke area tulang belakang. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan sensasi nyeri dari pinggang hingga kaki sehingga ibu tidak merasakan sakit selama operasi. Meskipun demikian, proses pemulihan bagi ibu yang menjalani operasi caesar umumnya memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan persalinan normal pervaginam.

Operasi caesar biasanya dipilih jika ada risiko tinggi terhadap kesehatan ibu atau bayi selama persalinan normal, atau jika ibu memiliki keinginan khusus untuk melahirkan pada waktu tertentu. Setelah operasi, mayoritas pasien membutuhkan waktu 3–5 hari perawatan di rumah sakit sebelum diperbolehkan pulang untuk memastikan bahwa kondisi ibu telah stabil dan pulih secara memadai setelah proses persalinan yang melibatkan intervensi bedah. Berikut ulasan lebih lanjut tentang operasi caesar yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (21/2/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Tujuan Operasi Caesar

Tujuan dari operasi caesar atau sectio caesarea adalah untuk membantu bayi lahir melalui sayatan yang dibuat di dinding perut ibu dan dinding rahim. Tindakan ini dilakukan ketika ada masalah atau kondisi yang mencegah kelahiran bayi secara pervaginam, baik sebagai tindakan elektif jika ada tanda-tanda bahwa persalinan melalui vagina berisiko, maupun sebagai tindakan darurat jika ada masalah yang muncul selama proses persalinan.

  1. Beberapa alasan dokter merekomendasikan operasi caesar adalah sebagai berikut.
  2. Persalinan tidak berjalan normal, misalnya karena jalan persalinan yang sulit. 
  3. Perubahan detak jantung bayi.
  4. Bayi berada dalam posisi yang tidak biasa, seperti sungsang atau melintang. 
  5. Persalinan kembar dengan waktu kelahiran terlalu dini atau bayi tidak dalam posisi kepala menunduk.
  6. Masalah pada plasenta, jika plasenta menutupi pembukaan serviks (plasenta previa), operasi ini direkomendasikan untuk melahirkan.
  7. Tali pusat prolaps atau tali pusar terlepas melalui serviks di depan bayi.
  8. Ada masalah kesehatan spesifik,  seperti kondisi jantung atau otak.
  9. Terdapat penyumbatan fibroid besar yang menghalangi jalan lahir, patah tulang panggul, atau bayi yang memiliki kondisi yang dapat menyebabkan kepala menjadi sangat besar (hidrosefalus parah) mungkin menjadi alasan operasi caesar.
  10. Pernah menjalani operasi caesar sebelumnya.

Selain itu, operasi caesar juga bisa dipilih karena alasan lain seperti keinginan untuk menentukan tanggal persalinan, menghindari kontraksi berjam-jam, dan mengurangi risiko infeksi pada bayi yang dapat ditularkan melalui persalinan vagina. Prosedur operasi caesar yang dilakukan oleh dokter atas permintaan ibu hamil meski tidak terjadi keabnormalan disebut dengan operasi caesar elektif atau terencana.

3 dari 5 halaman

Prosedur Operasi Caesar: Persiapan Hingga Masa Pemulihan

Prosedur operasi caesar merupakan serangkaian langkah yang dilakukan sebelum, selama, dan setelah operasi untuk memastikan keselamatan dan pemulihan ibu dan bayi. Persiapan operasi caesar meliputi tes darah untuk mengetahui golongan darah dan kadar hemoglobin, serta tes amniocentesis untuk mengevaluasi kondisi perkembangan paru-paru janin jika usia kehamilan masih di bawah 37 minggu. 

Sebelum prosedur dimulai, ibu akan diminta mandi dengan sabun antiseptik, memotong kuku, dan berpuasa beberapa jam sebelumnya. Selain itu, ibu akan diberikan obat-obatan seperti antibiotik, antimual, dan obat maag.

Prosedur operasi dimulai dengan memberikan anestesi lokal sehingga tubuh bagian bawah menjadi mati rasa, tetapi ibu tetap sadar selama operasi. Sayatan dibuat di dinding perut dekat garis rambut area kemaluan, dan dokter dapat membuat sayatan horizontal atau vertikal sesuai dengan posisi bayi dalam kandungan. Kemudian, bayi diangkat dari rahim, dibersihkan, dan tali pusar dipotong. Dokter memastikan tidak ada perdarahan dan menutup sayatan.

Setelah operasi, pasien akan dipindahkan ke ruang perawatan di mana mereka akan dipantau tekanan darah, kadar oksigen, irama jantung, dan suhu tubuh. Obat pereda nyeri diberikan untuk mengurangi ketidaknyamanan saat efek bius mulai mereda. Pasien juga disarankan untuk minum banyak cairan, berjalan-jalan ringan, dan mencegah sembelit serta penggumpalan darah.

Pemulihan pasca operasi caesar melibatkan pengeluaran darah nifas selama beberapa hari dengan jumlah dan warna yang bervariasi. Pasien disarankan untuk mengenakan pakaian yang nyaman, menjaga luka jahitan tetap kering, memperhatikan asupan makanan yang bergizi, mencukupi kebutuhan cairan tubuh, dan mengonsumsi obat sesuai petunjuk dokter. Dengan mengikuti prosedur persiapan, operasi, dan pemulihan dengan baik, proses operasi caesar dapat berjalan dengan lancar dan memberikan hasil yang baik bagi ibu dan bayi.

4 dari 5 halaman

Metode ERACS

Metode Enhanced Recovery After Caesarean Surgery (ERACS) merupakan sebuah pendekatan perawatan khusus yang bertujuan untuk mengoptimalkan kesehatan ibu sebelum, selama, dan setelah menjalani operasi caesar. Dalam metode ini, dokter spesialis melakukan evaluasi perioperatif sebelum tindakan dilakukan, sementara ahli anestesi melakukan penilaian pra operasi untuk memilih jenis anestesi yang paling tepat dan mempercepat pemulihan pasien.

Teknik anestesi dilakukan dengan jarum spinal yang sangat kecil, memastikan bahwa pasien tidak merasakan sakit selama proses anestesi, selama, maupun setelah operasi. Dokter kandungan pun melakukan operasi dengan teknik optimal agar tidak memakan waktu terlalu lama dan nyaman bagi pasien.

ERACS menjadi metode paling mutakhir yang dapat mempersingkat waktu puasa sebelum operasi. Selain itu prosedur ini juga memungkinkan ibu bergerak dan kembali beraktivitas lebih cepat, mengurangi risiko pascaoperasi seperti infeksi, kelelahan, mual, dan konstipasi.

Metode ERACS juga relatif lebih nyaman dan painless dengan masa pemulihan yang lebih cepat. Penerapan metode ini juga mengurangi kebutuhan akan obat penghilang rasa sakit, memungkinkan ibu untuk berinteraksi dengan bayi tanpa merasakan sakit, dan mendukung aktif selama pemulihan pasca operasi melalui tim perawatan yang terlatih.

5 dari 5 halaman

Efek Samping yang Mungkin Terjadi Pasca Operasi Caesar

Meskipun operasi caesar seringkali merupakan pilihan yang diperlukan dalam situasi medis tertentu, prosedur ini dapat menyebabkan sejumlah efek samping yang perlu dipertimbangkan baik oleh ibu maupun bayi. Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin terjadi.

Efek Samping pada Ibu

  1. Pemulihan yang lebih lama dan proses penyembuhan yang lebih lambat.
  2. Risiko infeksi dan komplikasi pascaoperasi seperti peradangan atau infeksi luka.
  3. Kesulitan dalam mobilitas dan aktivitas sehari-hari selama masa pemulihan.
  4. Kemungkinan terbentuknya bekas operasi yang bisa menjadi permanen.
  5. Risiko perlekatan (adhesi) pada operasi berikutnya.
  6. Dampak psikologis dan emosional seperti kekecewaan karena tidak melahirkan secara normal.
  7. Risiko komplikasi terkait anestesi yang digunakan selama operasi.

Efek Samping pada Bayi

  1. Risiko penundaan adaptasi pernapasan karena tidak melalui proses persalinan normal.
  2. Kemungkinan penundaan pengeluaran mekonium (kotoran bayi).
  3. Kesulitan menyusui di awal karena kurangnya transfer bakteri yang berguna dari ibu selama proses persalinan normal.
  4. Risiko cedera fisik selama prosedur bedah.
  5. Potensi risiko infeksi pascaoperasi.
  6. Penundaan ikatan awal dengan ibu yang dapat mempengaruhi ikatan emosional awal.
  7. Kemungkinan bayi memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi mengalami alergi atau penyakit autoimun karena tidak mendapatkan manfaat transfer kekebalan tubuh yang optimal dari ibu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.