Sukses

Sejak Kapan Manusia Menggunakan Kosmetik? Bagian dari Peradaban Manusia

Penggunaan kosmetik tidak hanya tentang penampilan, tetapi juga tentang budaya dan agama.

Liputan6.com, Jakarta Sejak kapan manusia mulai merias diri dengan make up dan melakukan perawatan kecantikan? Pertanyaan ini mungkin sempat terlintas di benak Anda. ternyata make up telah menjadi bagian dari peradaban manusia sejak lama. 

Penggunaan kosmetik tidak hanya tentang penampilan, tetapi juga tentang budaya dan agama. Sekitar 6.000 tahun yang lalu di Mesir, kosmetik bukan hanya menjadi alat untuk mempercantik diri, tetapi juga tanda kekayaan yang diyakini dapat menarik perhatian para dewa. Dalam peninggalan-peninggalan Mesir kuno, kita dapat melihat penggunaan eyeliner yang detail pada pria dan wanita sejak tahun 4000 SM. 

Produk seperti Kohl merah, bedak putih untuk mencerahkan kulit, dan eyeshadow malachite (yang melambangkan dewa Horus dan Re) semuanya menjadi populer pada masa itu. Berikut ulasan tentang perjalanan kosmetik sebagai bagian dari peradapan manusia yang dirangkum Liputan6.com dari laman britannica.com, Jumat (29/9/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Disebutkan dalam Kitab Suci

Penggunaan kosmetik juga disebutkan dalam kitab suci, baik dalam tradisi Yahudi maupun Kristen. Dalam Kitab Yeremia, misalnya, disarankan agar seseorang tidak berlebihan dalam penggunaan kosmetik, mengingatkan bahwa penampilan luar hanya sementara. 

Dalam kisah 2 Raja, penggunaan kosmetik juga dikaitkan dengan tokoh-tokoh yang dianggap jahat, seperti ratu Jezebel. Ini mencerminkan pandangan moral tentang kosmetik pada masa itu.

Sentimen di Masa Romawi

Meski bukan atas dasar agama, ada pula sentimen terhadap kosmetik di masa Romawi kuno. Produk kebersihan seperti sabun mandi, deodoran, dan pelembab lazim digunakan oleh pria dan wanita pada masa itu. Para wanita bahkan menghilangkan bulu yang ada di tubuhnya untuk menyesuaikan standar kecantikan pada masa itu. Namun, produk make up seperti pemerah pipi dikaitkan dengan pekerja seks. Oleh sebab itu penggunaannya dianggap sebagai tanda kekurangan kesopanan. 

Merendahkan pengguna makeup adalah tema umum dalam puisi dan pertunjukan komedi Romawi. Meskipun para pemain teater merupakan orang-orang yang menggunakan kosmetik karena keperluan panggung.

Peringatan terhadap penggunaan makeup menjadi catatan penting paca cendekiawan pada masa Romawi Kuno. Penyair elegi Sextus Propertius misalnya, ia menulis bahwa "penampilan sebagaimana yang diberikan oleh alam selalu yang paling cocok”. Filsuf muda Seneca juga menulis surat kepada ibunya yang memuji kenyataan bahwa sang ibu tidak pernah mencemari wajahnya dengan cat atau kosmetik.

Pandangan negatif terhadap kosmetik ini  dipengaruhi oleh aliran filsafat Stoikisme. Para Stoik menganggap bahwa kecantikan fisik haruslah terkait dengan kebaikan moral. Oleh karena itu, menggunakan kosmetik dianggap sebagai tanda kesombongan yang tidak diinginkan. Bagi Stoik, kecantikan yang sejati adalah kebaikan moral, bukan tampilan fisik.

3 dari 3 halaman

Fluktuasi Trend Kosmetik

Sejarah kosmetik di dunia Barat dipenuhi dengan tren yang dinamis. Pada Kekaisaran Romawi Timur atau Byzantine Empire, kosmetik begitu populer sehingga warganya mendapatkan reputasi sebagai orang yang sombong. Sebenarnya sudah sejak era Renaisans, orang-orang berusaha mencapai kecantikan fisik dengan pewarna rambut dan pencerah kulit, meskipun beberapa produk beracun.

Pada pertengahan abad ke-19, Ratu Victoria Britania Raya menyatakan bahwa makeup adalah hal yang vulgar, dan ini menyebabkan penurunan penggunaan kosmetik. Namun, sekitar tahun 1920-an, tren kosmetik kembali dengan lipstik merah yang mencolok dan eyeliner gelap. Industri kecantikan pun mulai berkembang, dan kosmetik menjadi simbol status sosial.

Perjalanan penggunaan kosmetik mencerminkan perubahan budaya, pandangan moral, dan perkembangan sosial selama ribuan tahun. Dari Mesir Kuno yang percaya kosmetik adalah jalan menuju para dewa hingga era modern di mana kosmetik dianggap sebagai kebutuhan, perjalanan kosmetik telah penuh dengan kontradiksi dan evolusi. 

Meskipun pandangan tentang kosmetik telah berubah sepanjang sejarah, satu hal tetap konstan: keinginan manusia untuk mempercantik diri dan mengekspresikan diri melalui seni riasan. Sejarah kosmetik adalah cermin dari perubahan budaya dan nilai-nilai manusia sepanjang masa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.