Sukses

6 Lafadz Ta'awudz dan Artinya, Ini Hukum Membacanya Menurut Para Ulama

Sebagian besar muslim mungkin hanya mengenal satu macam lafadz ta'awudz, padahal ada banyak sekali lafadz ta'awudz yang telah diajarkan para ulama.

Liputan6.com, Jakarta Lafadz Ta'awudz merupakan bacaan doa untuk memohon perlindungan Allah SWt dari godaan setan. Lafadz Ta'awudz biasanya dibaca sebelum membaca Alquran atau berdzikir. Selain itu, lafadz Ta'awudz juga dibaca sebelum membaca basmallah dan doa-doa lainnya.

Membaca lafadz ta'awudz sebelum mambaca Alquran, berdzikir, maupun sebelum membaca doa lainnya, adalah hal yang sangat penting. Sebab, ada kalanya niat baik kita bisa rusak akibat tidak dapat menahan godaan setan.

Oleh karena itu, membaca lafadz ta'awudz penting agar kita mendapat perlindungan Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk. Dengan begitu, niat kita bisa tetap lurus hingga amal baik kita selesai dilakukan.

Sebagian besar muslim mungkin hanya mengenal satu macam lafadz ta'awudz, padahal ada banyak sekali lafadz ta'awudz yang telah diajarkan para ulama. Berikut adalah beberapa lafadz ta'awudz yang telah diajarkan para ulama, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (13/6/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Lafadz Ta'awudz yang Pertama

Imam Syafi'i, Abu Hanifah, dan mayoritas ahli qira’ah menilai bahwa lafadz ta'awudz ini yang paling afdhal. Hal ini didasarkan pada surat An-Nahl ayat 98,

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Artinya: “Apabila kamu membaca Al-Qur’an, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)

Lafadz ta'awudz yang satu ini mungkin menjadi lafadz ta'awudz yang paling dikenal di masyarakat. Adapun bacaannya sebagai berikut,

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

a’uudzubillaahi minas syaithaanir rajiim

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

3 dari 5 halaman

Lafadz Ta'awudz yang Pertama

Dalam lafadz ta’awudz ini terdapat tambahan 2 kata yaitu “as-sami’” dan “al-‘alim.” Kedua lafaz ini adalah termasuk dari nama-nama Allah yang maha sempurna yang kita memohon perlindungan dengan nama-nama Allah tersebut yaitu yang maha mendengar dan lagi maha mengetahui.

Berikut lafadz ta'awudz yang kedua,

أعوذُ باللهِ السَّمِيعِ العَلِيمِ مِنَ الشيطانِ الرَّجِيم

a’uudzubillaahis samii’il ‘aliimi minas syaithaanir rajiim

Artinya: "Aku memohon perlindungan kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dari setan yang terkutuk."

Lafadz Ta'awudz yang Ketiga

Sedangkan lafadz ta'awudz yang ketiga terdapat tambahan tiga kata, yaknihazimi, nafkhisi, naftsihi (من هَمْزِه، ونَفْخِه، ونَفْثِه). Ketiga kata tersebut ditafsirkan oleh amr bin murroh, bahwa naftsihi yaitu sya’ir, nafkhihi yaitu kesombongan, dan hamzihi yaitu kegilaan (tertutupnya akal). Ketiga sifat itu adalah hal-hal yang dapat memalingkan hamba dari melaksanakan ketaatan kepada Allah.

Adapaun lafadz ta'awudz yang ketiga ini adalah sebagai berikut,

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم؛ من هَمْزِه، ونَفْخِه، ونَفْثِه

a’uudzubillaahi minas syaithaanir rajiim wa hamzihi wa nafkhihi wa naftsihi

Artinya: “Aku memohon perlindungan kepada Allah, dari setan yang terkutuk yaitu dari gangguannya, kesombongannya dan sya’irnya.”

4 dari 5 halaman

Lafadz Ta'awudz yang Keempat

Lafadz ta'awudz yang keempat ini ada tambahan kata yang merupakan nama Allah, yakni “as-sami’” dan “al-‘alim.” Selain itu, lafadz ta'awudz ini juga terdapat tambahan kata yaknihazimi, nafkhisi, naftsihi (من هَمْزِه، ونَفْخِه، ونَفْثِه), yang merujuk pada sifat-sifat yang dapat memalingkan hamba dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.

Adapun lafadz ta'awudz yang keempat ini adalah sebagai berikut,

أعوذُ باللهِ السَّمِيعِ العَلِيمِ مِنَ الشيطانِ الرَّجِيمِ من هَمْزِه، ونَفْخِه، ونَفْثِه

a’uudzubillaahis samii’il ‘aliimi minas syaithaanir rajiim min hamzihi wa nafkhihi wa naftsihi

Artinya: “Aku memohon perlindungan kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dari setan yang terkutuk yaitu dari gangguannya, kesombongannya dan sya’irnya.”

Lafadz Ta'awudz yang Kelima

Lafadz ta'awudz yang kelima ini sebenarnya sama dengan lafadz ta'awudz yang kedua, hanya saja dengan tambahan kalimat "innahu huwas samii’ul’alim" (إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم) yang artinya “sesungguhnya Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

Lafadz ta'awudz ini didasarkan firman Allah SWT,

فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم

Artinya: “Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Fushilat: 36)

Adapun bacaan lafadz ta'awudz yang kelima ini adalah sebagai berikut,

أعوذُ باللهِ السَّمِيعِ العَلِيمِ مِنَ الشيطانِ الرَّجِيمِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم

a’uudzubillaahis samii’il ‘aliimi minas syaithaanir rajiim, innahu huwas samii’ul’alim

Artinya: "Aku memohon perlindungan kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dari setan yang terkutuk. Sesungguhnya Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Lafadz Ta'awudz yang Keenam

Diantara para salaf yang membaca demikian adalah Ibnu Sirin rahimahullah (Sifatu Shalatin Nabi Litharifi, hal 78). Beliau berdalil dengan ayat:

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاَللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيم

Artinya: "Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

Adapun bacaannya adalah sebagai berikut,

أَسْتَعِيْذُ بِاَللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيم

“asta’iidzu billaahi minas syaithaanirrajiim”

Artinya: “Aku memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk."

5 dari 5 halaman

Hukum Membaca Ta'awudz

Para ulama berselisih pendapat tentang hukum membaca ta’awudz ketika shalat. Jumhur (mayoritas) ulama menyatakan bahwa hukumnya adalah sunnah (dianjurkan). Sebagian ulama yang lain, di antaranya adalah ‘Atha’, Sufyan Ats-Tsauri, Al-Auza’i, dan Ibnu Hazm rahimahumullahu Ta’ala, menyatakan bahwa hukum membacanya adalah wajib.

Ulama yang berpendapat bahwa membaca lafadz ta'awudz adalah wajib, hal itu didasarkan pada firman Allah SWT,

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Artinya: “Apabila kamu membaca Al-Qur’an, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)

Sedangkan ulama yang berpendapat bahwa hukum membaca lafadz ta'awudz adalah sunnah, karena terdapat dalil yang memalingkan perintah Allah Ta’ala dalam surat An-Nahl ayat 98 dari hukum asal wajib menjadi sunnah (dianjurkan).

 

Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Suatu ketika Rasulullh shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di tengah-tengah kami dan saat itu beliau dalam keadaan tidur ringan (tidak nyenyak). Lantas beliau mengangkat kepala dan tersenyum. Kami pun bertanya, “Mengapa Engkau tertawa, wahai Rasulullah?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Baru saja turun kepadaku suatu surat.” Lalu beliau membaca,

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَر

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al-Kautsar: 1-3).” (HR. Muslim no. 400)

Dalam kisah turunnya surat Al-Kautsar di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Al-Kautsar tanpa membaca ta’awudz terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa hukum membaca ta’awudz sebelum membaca Al-Qur’an tidak sampai derajat wajib.

Hukum asal membaca doa ta’awudz adalah dibaca dengan suara lirih (sirr). Hal ini karena tidak pernah dikabarkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau membaca doa tersebut dengan keras (jahr). Demikian pula, tidak terdapat riwayat dari para khulafaur rasyidin bahwa mereka mengeraskan bacaan doa tersebut ketika shalat. Akan tetapi, diperbolehkan bagi imam untuk sesekali mengeraskan bacaan tersebut dalam rangka memberikan contoh atau pengajaran kepada para makmum.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.