Sukses

7 Gejala Omicron pada Anak dan Cara Mencegah Infeksinya

Sekitar 15 persen anak yang terinfeksi varian Omicron mengalami ruam di kulit selain gejala umum lainnya.

Liputan6.com, Jakarta Anak memiliki risiko terinfeksi varian Omicron seperti orang dewasa. Mendeteksi infeksi Omicron bisa dilakukan dengan pemeriksaan tes PCR (Polymerase Chain Reaction) dan mengamati gejalanya. Bagaimana gejala Omicron pada anak?

Dokter Patalogi Klinik dari Siloam Hostpitals Semarang dr Nalurita Ng Sp PK dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, pada Senin (10/1/2022) melansir Antara, meminta masyarakat mewaspadai gejala Omicron yang terjadi pada anak.

“Masyarakat perlu memperhatikan MIS-C atau Multisystem Inflammatory Syndrome in Children, yaitu kumpulan sindrom akibat COVID-19 pada anak-anak. Angka kejadian memang sedikit, tetapi berisiko fatal sampai kematian,” ujar Nalurita.

Dokter Umum David Lloyd yang berbasis di London utara melansir The Mirror, pada Rabu (12/1/2022) pada kasus awal menemukan sekitar 15 persen anak yang terinfeksi varian Omicron mengalami ruam di kulit selain gejala umum lainnya seperti kelelahan, sakit kepala, dan kehilangan nafsu makan.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang gejala Omicron pada anak dan cara tepat mencegah infeksinya, Rabu (12/1/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gejala Omicron pada Anak

Dokter Umum David Lloyd menemukan sekitar 15 persen anak yang terinfeksi varian Omicron mengalami ruam di kulit selain gejala umum lainnya. Bagaimana gejala Omicron pada anak yang umum itu?

1. Anak akan mengalami kelelahan tidak biasa

2. Anak akan mengalami sakit kepala

3. Anak akan cenderung kehilangan nafsu makan

The National Health Service (NHS) merilis ada tiga gejala Omicron pada anak lainnya yang mirip dialami orang dewasa. Apa saja?

4. Anak akan mengalami batuk terus-menerus

5. Anak akan memiliki suhu tubuh cukup tinggi

6. Anak akan berisiko mengalami kehilangan indra penciuman atau rasa

Lalu bagaimana detail gejala Omicron pada anak yang mirip seperti ruam di kulit itu?

Dr Lloyd pada kesempatan yang sama menjelaskan gejala Omicron pada anak yang berhubungan dengan kulit adalah berupa ruam mirip “chilblain” atau luka kulit atau benjolan yang terjadi akibat terpapar suhu dingin.

Para ahli yang melakukan penelitian di ZOE Covid Symptom Study App pada awal kasus kemunculan Omicron telah mencatat sejumlah 21 gejala COVID-19 teratas, lalu ruam kulit berada di urutan ke-10.

7. Anak akan berisiko mengalami ruam kulit atau benjolan berwarna ungu atau merah

Pasien Omicron di Inggris melaporkan gatal-gatal seperti ruam yang termasuk gejala Omicron pada anak itu muncul secara tiba-tiba. Muncul dalam bentuk benjolan dan sangat gatal.

Tak hanya itu, laporan itu menunjukkan gejala Omicron pada anak seperti ruam di kulit bisa muncul dari telapak tangan atau telapak kaki dengan sensasi sangat gatal. Begitu pula bisa muncul seperti biang keringat di seluruh tubuh.

Paling sering dari kasus laporan gejala Omicron pada anak yang berhubungan dengan ruam, muncul di siku, lutut, punggung tangan, dan kaki. Sejauh ini, gejala Omicron pada anak seperti ruam di kulit tidak banyak dialami oleh orang dewasa.

3 dari 3 halaman

Cara Mencegah Infeksi Omicron

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (Centers for Disease Control and Prevention, disingkat CDC) melalui keterangan tertulisnya pada 13 Desember 2021, memberikan tiga rekomendasi cara mencegah infeksi varian Omicron. Apa saja?

1. Melakukan Vaksinasi COVID-19

Cara mencegah infeksi varian Omicron yang paling utama dan paling baik adalah melakukan vaksinasi COVID-19. Vaksinasi dapat membantu memperlambat penularan dan mengurangi kemungkinan munculnya varian baru karena mutasinya.

Sejauh ini, ilmuwan meyakini vaksin COVID-19 masih sangat efektif mencegah penyakit menjadi parah, mengurangi rawat inap, dan mencegah kematian.

CDC merekomendasikan usia 18 tahun ke atas harus mendapatkan vaksin dosis ketiga atau vaksin booster setidaknya dua bulan setelah vaksin awal dengan jenis J&J (Johnson & Johnson ).

Kemudian setidaknya enam bulan setelah vaksin awal dengan seri jenis vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna. Sementara usia 5 tahun ke atas, oleh CDC direkomendasikan mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis lengkap (dua dosis).

Penelitian terbaru yang dikeluarkan peneliti Universitas Oxford pada 13 Desember 2021 melalui CNBC, diungkap dua dosis (vaksin lengkap) AstraZeneca dan Pfizer-BionTech kurang efektif. Riset dilakukan dengan menguji sampel darah subjek selama 28 hari, setelah dosis kedua disuntik.

Akan tetapi, para peneliti optimis suntikan ketiga atau vaksin booster bisa meningkatkan kekebalan terhadap varian Omicron yang memiliki kemampuan penularan tinggi.

2. Taat Menggunakan Masker

Cara mencegah infeksi varian Omicron yang kedua adalah selalu menggunakan masker di tempat umum dan di dalam ruangan dengan substansial tinggi. CDC merekomendasikan cara mencegah infeksi COVID-19 ini dengan menyesuaikan kebutuhan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan masker medis tiga lapis yang baik adalah terdiri dari lapisan luar yang kedap air (bagian depan), lapisan penyaringan dengan densitas tinggi (bagian tengah), dan lapisan penyerap cairan berukuran besar untuk menyerap cairan keluar ketika batuk atau bersin (bagian dalam).

Anjuran CDC, cara mencegah infeksi COVID-19 adalah mengupayakan untuk menggunakan masker dobel. Masker bedah atau medis di dalam dan masker kain di luar. Para ahli percaya teknik penggunaan masker seperti ini akan meningkatkan efektivitas filtrasi masker dan memblokir hampir 80 persen partikel.

3. Rutin Melakukan Tes COVID-19

Cara mencegah infeksi varian Omicron ketiga adalah direkomendasikan oleh CDC rutin melakukan tes COVID-19.

Hal yang sama diungkap oleh Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky menyebutkan jika tes untuk mendeteksi varian Omicron tetap menggunakan PCR.

"Ini juga sesuai rekomendasi WHO, cukup PCR. Kalau memang PCR tidak mendeteksi Gen S atau Gen S-nya drop out, ya itu Omicron. Itu sederhananya begitu saja," terang Dicky melansir Merdeka.

CDC menegaskan penting memahami dan menerapkan tiga macam cara mencegah infeksi varian Omicron yang sudah disebutkan sebelumnya, sampai para peneliti mengetahui lebih banyak tentang risiko varian Omicron.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.