Sukses

6 Jenis Obat Antibiotik dan Efek Sampingnya yang Harus Diketahui

Jenis obat antibiotik harus diketahui berdasarkan fungsi dan manfaatnya masing-masing.

Liputan6.com, Jakarta Jenis obat antibiotik harus diketahui berdasarkan fungsi dan manfaatnya masing-masing agar tidak salah mengonsumsi antibiotik. Anda bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penjelasan terkait manfaat masing-masing antibiotik. Selain itu, dokter juga akan memberi tahu dosis obat sesuai dengan kondisi kesehatan anda.

Antibiotik merupakan kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah infeksi bakteri. Antibiotik bekerja dengan membunuh ataupun menghentikan bakteri yang berkembang biak di dalam tubuh. Pada dasarnya, infeksi bakteri yang tergolong ringan dapat pulih dengan sendirinya. Sehingga pemberian antibiotik dirasa tidak perlu. Namun, dokter akan memberikan resep antibiotik ketika infeksi bakteri yang diderita tidak kunjung membaik.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui jenis obat antibiotik agar tidak salah mengonsumsi. Karena terdapat infeksi bakteri ringan yang tidak membutuhkan antibiotik.

Penggunaan antibiotik harus sesuai dengan anjuran atau resep dokter. Terutama untuk ibu hamil dan menyusui, seseorang yang mempunyai riwayat penyakit lain, atau seseorang yang alergi antibiotik.

Pentingnya meminta anjuran dan resep dari dokter guna untuk mencegah terjadinya efek samping yang membahayakan kondisi tubuh. Ketahui jenis obat antibiotik agar anda tidak salah mengonsumsi. Berikut Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber, Jumat (27/3/2020) tentang 6 jenis obat antibiotik dan efek sampingnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Jenis Obat Antibiotik

Antibiotik terbagi menjadi beberapa jenis, dan setiap antibiotik memiliki fungsi dan manfaatnya masing-masing untuk mengatasi kondisi tubuh yang berbeda.

1. Penisilin

Jenis obat antibitoik yang pertama adalah penisilin. Penisilin digunakan pada kondisi akibat adanya infeksi bakteri, beberapa di antaranya adalah infeksi Streptococcus, meningitis, gonore, faringitis, dan juga untuk pencegahan endocarditis. Selain itu, antibiotik jenis ini berfungsi untuk mengobati infeksi pada telinga, hidung, tenggorokan, kulit, atau saluran kemih.

Bagi penderita atau yang memiliki riwayat gangguan ginjal, sebaiknya mengonsumsi penisilin sesuai dengan anjuran dan resep dokter. Jenis obat antibiotik satu ini tersedia dalam berbagai bentuk seperti kaplet, sirup, dan suntikan. Masing-masing bentuk obat dapat digunakan sesuai dengan kondisi tubuh yang berbeda.

Jenis-jenis antibiotik penisilin antara lain yaitu Amoxicillin. Fungsi dari antibiotik jenis ini akan menghambat pertumbuhan bakteri yang menyebabkan infeksi di organ paru-paru, saluran kemih, kulit, serta di bagian telinga, hidung, dan tenggorokan. Selanjutnya adalah Ampicillin, Oxacillin, dan Penicillin G.

2. Sefalosporin

Sefalosporin merupakan jenis obat antibiotik selanjutntya yang dapat mencegah infeksi bakteri dalam tubuh. Jenis obat antibiotik satu ini dapat mengobati beberapa kondisi seperti, infeksi tulang, otitis media, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih.

Sefalosporin menimbulkan efek samping bagi tubuh berupa sakit kepala, nyeri dada, bahkan syok. Oleh sebab itu, sebaiknya konsultasikan kondisi tubuh anda kepada dokter agar mendapatkan resep dan anjuran dokter.

Jenis-jenis antibiotik sefalosporin antara lain adalah Cefadroxil, Cefuroxime, Cefixime, Cefotaxim, Cefotiam, Cefepime dan Ceftarolin.

3 dari 5 halaman

Jenis Obat Antibiotik

3. Aminoglikosida

Jenis obat antibiotik selanjutnya adalah Aminoglikosida. Aminoglikosida merupakan jenis obat antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan bakteri aerob gram-negatif.

Aminoglikosida biasa digunakan untuk mengatasi penyakit infeksi bakteri seperti otitis eksterna, infeksi kulit, dan peritonitis. Mengonsumsi jenis obat antibiotik satu ini harus sesuai dengan resep dan anjuran dokter agar tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan.

Jenis-jenis antibiotik aminoglikosida beberapa diantara yaitu Paromomycin, Tobramycin, Gentamicin, Amikacin, Kanamycin, dan Neomycin.

4. Quinolone

Jenis obat antibiotik satu ini berbentuk tablet, suntik, dan kaplet yang dikonsumsi sesuai dengan keadaan. Quinolone digunakan untuk mengatasi kondisi yang disebabkan oleh infeksi bakteri seperti, infeksi tulang, cystitis, servisitis, dan infeksi kulit.

Mengonsumsi jenis obat antibiotik satu ini harus sesuai dengan anjuran dan resep dokter, karena afek samping yang ditimbulkan dari mengonsumsi antibiotik ini adalah gangguan pada sistem saraf pusat. Oleh sebab itu dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu sebelum mengonsumsi.

Jenis-jenis antibiotik quinolone antara lain yaitu Ciprofloxacin, Levofloxacin, Moxifloxacin, dan Norfloxacin.

4 dari 5 halaman

Jenis Obat Antibiotik Lainnya

5. Makrolid

Makrolid adalah jenis obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati beberapa kondisi seperti bronkitis, servisitis, penyakit Lyme, pemfigus, dan sinusitis. Dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan makrolid atau mengombinasikannya dengan obat lain.

Jenis-jenis antibiotik makrolid beberapa diantaranya adalah Erythromycin, Azithromycin, dan Clarithromycin

6. Tetrasiklin

Jenis obat antibiotik selanjutnya yang bisa dikonsumsi untuk mengatasi infeksi bakteri adalah tetrasiklin. Tetrasiklin digunakan untuk mengobati berbagai macam kondisi yang muncul akibat adanya infeksi bakteri.

Beberapa di antaranya adalah sifilis, anthrax, tifus, brucellosis, dan jerawat. Jenis-jenis antibiotik tetrasiklin antara lain Doxycycline, Minocycline, Tetracycline, Oxytetracycline, dan Tigecycline

5 dari 5 halaman

Efek Samping Mengonsumsi Antibiotik

Setelah mengetahui jenis obat antibiotik, penting untuk anda mengetahui efek samping yang ditimbulkan jika mengonsumsi antibiotik dalam jangka panjang. Terlalu sering mengonsumsi antibiotik dapat mengakibatkan efek resistensi terhadap jenis obat itu sendiri.

Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention, resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri mengembangkan kemampuan untuk mengalahkan obat yang dirancang untuk membunuh bakteri tersebut.

Walaupun pemakaian obat antibiotik dihentikan, tidak menutup kemungkinan jika seseorang dapat terserang kembali penyakit yang sama seperti sebelumnya. Pada saat seseorang mengonsumsi obat antibiotik yang sama seperti sebelumnya, namun ternyata obat antibiotik tidak mampu untuki meredakan sakit yang diderita. Pada akhirnya orang tersebut memerlukan antibiotik yang lebih tinggi dari sebelumnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.