Sukses

Kisah Yazid Bin Muawiyah, Khalifah Kedua Dinasti Bani Umayyah

Yazid Bin Muawiyah adalah khalifah kedua pada dinasti Bani Umayyah.

Liputan6.com, Jakarta Umat Muslim pasti sudah tak asing dengan nama Yazid Bin Muawiyah yang merupakan khalifah kedua pada dinasti bani Umayyah yakni pada kisaran tahun 661 hingga 750. Nama Yazid Bin Muawiyah banyak tertulis dari beberapa sumber sejarah.

Belajar agama islam bukan hanya belajar dalam bertingkah dan mengikuti semua perintahNya, namun juga belajar tentang sejarah para nabi serta khalifahnya. Hal ini untuk memperkuat keimanan kita sebagai umat Muslim.

Oleh karena itu, kisah khalifah Yazid Bin Muawiyah sangat penting untuk diketahui dan dipelajari. Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai kisah khalifat Yazid Bin Muawiyah yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (10/2/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Biografi Yazid Bin Muawiyah

Yazid Bin Muawiyah dilahirkan di Mekkah pada tanggal 23 Julu 645 Masehi. Ia merupakan putra dari Muaeiyah Bin Abu Safyan yang telah dulu menjadi khalifah pada era Bani Umayyah. Untuk ibunya sendiri bernama Masyun Bin Bahdal yang merupakan putri dari tokoh penting Banu Kalb. Semasa ayahnya menjabat menjadi khalifah, Yazid Bin Muawiyah menjadi putra mahkota dan panglima penting dalam melawan Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium.

3 dari 5 halaman

Diangkat Jadi Khalifah

Pada masa kekhalifahan ayahnya, beliau menjadi seorang pangglima yang cukup penting. Pada tahun 668, Khalifah Muawiyah mengirim pasukan dibawah pimpinan Yazid bin Muawiyah untuk melawan Kekaisaran Bizantium. Yazid mencapai Chalcedon dan mengambil alih kota penting Bizantium, Amorion. Meskipun kota tersebut direbut kembali, pasukan arab kemudian menyerang Chartago dan Sisilia pada tabun 669. Pada tahun 670, pasukan Arab mencapai Siprus dan mendirikan pertahanan di sana untuk menyerang jantung Bizantium. Armada Yazid menaklukan Smyrna dan kota pesisisr lainnya pada tahun 672.

Khalifah Muawiyah wafat pada tanggal 6 Mei 680. Yazid bin Muawiyah menjadi Khalifah selanjutnya. Yazid menjabat sebagai Khalifah dalam usia 34 tahun. Pengangkatnyan berdasarkan kebijakan Khalifah Muawiyah menerapkan sistem monarki. Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya.

Tokoh yang terang-terangan tidak setia kepadanya adalah adik Hasan, Husain bin Ali, dan Abdullah bin Zubayr. Selain itu, juga banyak penduduk Islam yang tidak menyukainya karena pemindahan kekuasaan yang tidak sesuai dengan budaya Arab saat itu dan gaya hidup dari Yazid dianggap tidak pantas karena suka bermewah-mewahan dan mabuk.

Selama berkuasa, Yazid Bin Muawiyah mencoba melanjutkan kebijakan ayahnya dan menggaji banyak orang yang membantunya. Ia memperkuat struktur administrasi khalifah dan memperbaiki pertahanan militer Syiria, basis kekuatan Bani Umayyah. Sistem keuangan diperbaiki, bahkan ia juga mengurangi pajak beberapa kelompok Kristen dan menghapuskan konsesi pajak yang ditanggung orang-orang Samara sebagai hadiah untuk pertolongan yang telah disumbangkan di hari-hari awal penaklukan Arab. Ia juga membayar perhatian berarti pada pertanian dan memperbaiki sistem irigasi di oasis Damaskus.

4 dari 5 halaman

Kepemimpinan Yazid Bin Muawiyah

Semasa kepemimpinan Yazid Bin Muawiyah, banyak penolakan yang dihadapi olehnya. Penolakan tersebut dari kaum Syiah yang telah membaiat Husain bin Ali di Kufah sebagai khalifah sepeninggal Muawiyah. Penolakan tersebut, mengakibatkan peperangan di Karbala yang menyebabkan terbunuhnya Husain bin Ali anak dari Ali bin Abi Thalib.

Selain itu, Yazid Bin Muawiyah juga menghadapi pemberontakan di Makkah dan Madinah dengan keras. Kaum ashar di Madinah mengangkat Abdullah bin Hanzalah dan kaum Mekkah mengangkat Abdullah bin Muti’ serta penduduk Mekkah mengangkat Abdullah bin Zubair sebagai pemimpin tanpa pengakuan terhadap kepemimpinan Yazid Bin Muawiyah.

Semasa kepemimpinan Yazid Bin Muawiyah, pemerintahan Dinasti Umayyah menghadapu pemberontakan dari Mekkah dan Madinah. Selain itu, pemberontakan juga dilakukan oleh golongan Syiah. Hal ini menyebabkan rusaknya dindinh Kakbah. Peristiwa tersebut merupakan aib bagi pemerintahan Yazid Bin Muawiyah. Penduduk Madinah memenjarakan kaum Umayyah dan mengusirnya. Terjadilah peperangan antara pasukan Yazid Bin Muawiyah yang dipimpin oleh Muslim bin Ughbah Al Murri dengan penduduk Madinah di Al Harrah. 

5 dari 5 halaman

Yazid Bin Muawiyah Wafat

Pada September 683, pasukan Yazid Bin Muawiyah mengepung Mekkah. Namun, pengepungan tersebut berakhir karena Yazid Bin Muawiyah dinyatakan wafat pada November 683 Masehi secara tiba-tiba. Dengan begitu, Yazid Bin Muawiyah hanya menjadi khalifah selama 3 tahun.

Setelah Yazid Bin Muawiyah wafat, kepemimpinan diserahkan kepada anaknya, Muawiyah bin Yazid atau Muawiyah II. Namun, pada saat kepemimpinan Muawiyah II, pemerintahan Islam tidak banyak yang berkembang diakibatkan pemerintah disibukkan dengan pemberontakan dari beberapa pihak.

Sayangnya, Muawiyah II hanya menjabat kurang dari 40 hari karena wafat. ia mengalami tekanan jiwa dakwah yang dilakukan pemerintahan Dinasti Umayyah untuk memperluas wilayah kekuasaan Islam. Selama itu, ia harus mengatasi masa krisis dengan banyaknya perselisihan antar suku. Dengan wafatnya Muawiyah II, maka habislah keturunan dari Muawiyah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.