Sukses

Wanita Hamil Ini Punya Tumor Sebesar Jeruk Bali, Kisahnya Dramatis

Kisah perjuangan wanita derita tumor saat hamil tua.

Liputan6.com, Jakarta Kehamilan dan mempunyai anak menjadi impian bagi setiap pasangan. Tak heran jika butuh perjuangan tersendiri untuk mencapainya. Namun setiap kehamilan punya cerita masing-masing. Yang tak jarang perjuangannya jadi inspirasi banyak orang.

Salah satunya seperti kisah kehamilan yang dialami seorang ibu muda asal Inggris. Di kehamilannya yang memasuki masa 8 bulan, ia mendapati tubuhnya terdapat sebuah tumor. Mengejutkannya ukuran tumor di dekat jantungnya itu sampai berukuran sebesar jeruk bali. Wanita bernama Plastiras itu sempat syok dibuatnya. 

“Melihat ukurannya di sebelah jantungku sungguh mengejutkan. Saya tidak percaya betapa besar itu dan bahwa itu ada di dalam diri saya tanpa saya sadari. Saya dan suami, Joe saling memandang dengan sangat terkejut, itu adalah hari yang mengerikan. Saya tidak akan pernah melupakannya,” kata Plastiras kepada Jam Press.

Ditimpa keajaiban, wanita penderita tumor sebesar jeruk bali itu bisa selamat. Bahkan saat ia masih bisa melahirkan putri pertamanya yang sehat dengan selamat. Berikut Liputan6.com merangkum kisahnya yang dramatis melansir dari New York Post, Kamis (2/1/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dikira Sakit Efek Samping Kehamilan

Pemilik lengkap Zoe Plastiras yang berusia 23 tahun itu masih saja tercengang. Mulanya, Plastiras mengeluhkan sesak napas dan batuk di kehamilannya yang berusia 32 minggu. Lebih lagi kondisi kesehatannya sempat menurun saat mendekati masa-masa kelahiran. 

"Saya hamil 32 minggu dan terus kehilangan napas dan sedikit batuk," kata Plastiras, yang awalnya mengaitkan gejalanya dengan efek samping kehamilannya , kepada Jam Press.

Ia lantas bergegas menelpon layanan gawat darurat. Pemeriksaan berlangsung mulai dari sinar X hingga cek darah yang disebut mengalami kelainan ringan pada jantungnya. Pemindaian selanjutnya menunjukkan bahwa tumor berukuran 11,7 cm x 6 cm x 9 cm seukuran jeruk bali.

Keesokan paginya, Plastiras menemukan bahwa dia telah menerima beberapa panggilan tidak terjawab, serta pesan yang memberitahukan bahwa dia perlu melapor ke departemen kardiologi rumah sakit "dalam 10 menit ke depan".

3 dari 4 halaman

Menunda Pengobatan Karena Kehamilan

Karena gejala Plastiras minimal, dokter menunda prosedur invasif sampai putri pasien, Ophelia, lahir pada bulan Oktober. Dokter memastikan bahwa dia menderita limfoma non-Hodgkin Tahap 2.

Menurut National Cancer Institute, jenis kanker ini terbentuk di sistem getah bening, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. “Pada stadium II, kanker ditemukan pada dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening yang berada di atas diafragma atau di bawah diafragma,” lapor para ahli NCI.

Plastiras percaya bahwa diagnosis tersebut memperburuk proses kehamilan yang sudah melelahkan. Ia menyebut bahwa kecemasan dan stres yang mengerikan yang menyebabkan air ketubannya pecah dua minggu lebih awal. Ketika persalinannya tidak berkembang, dia membutuhkan operasi caesar darurat.

Hari-hari terakhir menjelang kelahiran Ophelia secara khusus berusaha untuk Plastiras, yang telah memutuskan untuk menjalani kehamilan tanpa rencana pengobatan kanker.

4 dari 4 halaman

Kelahiran Anak Jadi Penyelamat

Plastiras sempat cemas saat melakukan persalinan akan jenis perawatan yang diperlukan. Bahkan ia sempat larut dalam kesedihan saat dokter memintanya untuk melakukan operasi. Ia mungkin tak bisa menggendong putri pertamanya. 

“Awalnya saya diberitahu bahwa saya memerlukan operasi dada terbuka, yang membuat saya ketakutan. Itu berarti saya tidak bisa menggendong bayi saya selama dua atau tiga bulan sampai saya sembuh,” kata Plastiras.

Keberuntungan datang setelah Ophelia lahir, dimana dokter memutuskan untuk membuang pilihan operasi dada dan sebagai gantinya Plastiras menjalani enam putaran kemoterapi. 

“Sungguh melegakan bahwa saya tidak akan menjalani operasi, tetapi saya sangat sedih kehilangan semua rambut panjang saya,” keluh Plastiras, yang akan menjalani pemindaian PET setelah rejimen kemoterapi untuk melihat apakah dia bebas kanker. Jika masih ada, dokter akan mempertimbangkan untuk melakukan lebih banyak kemo atau radioterapi.

"Saya akan selamanya berterima kasih untuk putri saya, karena saya yakin mereka tidak akan pernah menemukan massa ini jika bukan karena dia mendorong semua yang ada di tubuh saya," katanya.

Kini Ophelia sudah berusia hampir tiga bulan dan Plastiras kini bisa bernapas lega. Semuanya telah beres mulai dari tumor dan kehamilannya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.