Sukses

Ilmuwan Ungkap Serbuk Sari Bisa Prediksi Asma dan Demam, Begini Cara Kerjanya

Terobosan unik kesehatan pakai serbuk sari.

Liputan6.com, Jakarta Perubahan cuaca punya dampak besar bagi manusia dan alam. Tak jarang pancaroba kerap menimbulkan berbagai macam penyakit. Sebut saja peralihan musim panas ke penghujan, banyak menimbulkan demam. Dalam hal ini manusia harus bisa deteksi dini untuk menjaga kesehatan tubuh. 

Siapa sangka, tak hanya pancaroba, baru-baru ini beredar penelitian ilmuwan telah menemukan terobosan unik mendeteksi penyakit asma dan demam dari serbuk sari bunga pada rerumputan. 

Peneliti Kesehatan Masyarakat Universitas Queensland, Profesor Nicholas Osborne mengungkapkan beberapa jenis dari serbuk sari rumput di udara dapat membantu memprediksi kapan demam dan asma bisa menyerang.  

“Dengan menggunakan metode ini, kami mungkin dapat memprediksi dengan lebih baik kapan serbuk sari alergen muncul dan memungkinkan orang yang terkena asma, penyakit paru kronik dan rinitis untuk mengelola kondisi mereka dengan lebih efektif,” kata Dr Osborne.

Dia mengatakan penelitian ini akan membantu penderita alergi mempersiapkan musim demam dan dokter untuk meresepkan perawatan yang lebih personal. Berikut selengkapnya Liputan6.com merangkum penemuan unik ini melansir dari public-health.uq.edu.au, Selasa (10/1/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Serbuk Sari Sebabkan Alergi

Sebagai wilayah dengan daratan yang luas, Australia punya banyak padang rumput. Tak heran jika serbuk sari rerumputan bisa beterbangan kemana saja. Bahkan kejadian ini bisa menjadi kasus tahunan salah satunya penyakit  jenis rhinitis atau gangguan kesehatan mata, hidung, dan tenggorokan.

Itulah yang ditekankan peneliti asal Universitas Queensland. Penelitian ini melacak serbuk sari rumput musiman. Mereka menemukan bahwa serbuk sari tersebut kemudian dilepaskan ke atmosfer di daerah yang lebih jauh dari khatulistiwa.  

“Itu memberitahu kita bahwa paparan serbuk sari rumput berubah secara terus menerus sepanjang musim alergi. Oleh karenanya, semakin banyak orang yang menyadari alergen mana yang bertanggung jawab atas alergi mereka,” kata Dr. Osborne.

Dia mengatakan penelitian ini akan membantu penderita alergi mempersiapkan musim demam dan dokter untuk meresepkan perawatan yang lebih personal dan intensif.

“Orang yang gagal mengelola asmanya berisiko lebih besar terkena serangan asma dan terpaksa mengunjungi unit gawat darurat rumah sakit,” katanya.

3 dari 3 halaman

Identifikasi Serbuk Sari Berbahaya

Para ilmuwan berharap untuk memperluas penelitian untuk membuat profil unik dari setiap spesies serbuk sari rumput untuk menentukan serbuk yang paling berbahaya. 

“Kami berharap menggunakan data ini untuk memeriksa apakah spesies rumput tertentu lebih alergi daripada yang lain,” kata Dr Osborne.

Pihaknya melakukan melakukan penelitian diabrengi dengan memeriksa catatan rumah sakit dan dokter umum di Inggris Raya. hal itu untuk apakah permintaan untuk layanan ini yang melibatkan asma dan rinitis berkorelasi dengan keberadaan satu spesies rumput di atas yang lain.

“Misalnya, rumput bernama ryegrass disebut sebagai penyebab asma badai di Australia, seperti yang terjadi di Melbourne pada 2016,” ungkap Osborne. 

Dr. Osborne mengatakan mungkin dalam tiga hingga empat tahun penelitian ini mampu menghasilkan perkiraan yang lebih baik tentang kapan dan di mana paparan serbuk sari terjadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.