Sukses

Jenis Kodok Beracun Ini Dijilat Untuk Jadi Narkoba Gratis, Bikin Geleng Kepala

Racun kodok dikonsumsi agar teler.

Liputan6.com, Jakarta Selain ganja dan opium, ada banyak jenis psikotropika yang bisa didapatkan langsung dari alam. Tentu saja, tak setiap orang bisa menggunakan zat adiktif ini dengan bebas. Meski begitu banyak orang yang tak bertanggung jawab memakainya dengan alasan untuk kesenangan. Berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan zat terlarang ini. 

Seperti salah satunya dari kodok beracun yang tengah jadi perbincangan di Taman Nasional Amerika Serikat. Beberapa orang menjadikan kodok beracun berjenis Kodok gurun Sonora ( Incilius alvarius) ini sebagai sumber narkoba gratis. Menariknya, racun yang terkandung dalam kodok itulah yang jadi zat psikotropika. 

Seperti melansir dari New York Times (8/11/2022), taman nasional memberikan himbauan khusus atas kasus ini. Pihaknya melarang masyarakat mengambil dan memanfaatkan racun kodok gurun Sonora jadi narkoba gratis. 

Fenomena ini tengah menjadi permasalahan khusus bagi keberlangsungan katak yang kini langka itu. Pengguna sering kali mabuk setelah menjilat punggung katak secara langsung. Bahkan mengambilnya dengan menyimpan racun yang dikeluarkan oleh katak untuk digunakan nanti.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bikin Mabuk Hingga Meninggal

Efek samping mengonsumsi narkoba bisa membuat perasaan orang jadi bahagia. Namun hal tersebut hanya sesaat, sisanya hanyalah penderitaan. Hal tersebut dikarenakan narkoba dapat mengakibatkan efek sedatif seperti kebingungan, hilang ingatan, perubahan perilaku, tingkat kesadaran menurun, dan koordinasi tubuh terganggu. 

Sebagaimana Kodok Gurun Sonora yang memiliki racun yang sangat kuat yang dilepaskan dari beberapa kelenjar di kulit. Menurut Arizona Sonora Desert Museum, hewan yang melawan kodok ini bakal teler usai terkena racun yang menjalar darii mulut, hidung, atau mata. 

Racunnya cukup kuat untuk membunuh anjing dewasa yang mengambil atau menelankatak. Gejala keracunan adalah air liur berlebihan, detak jantung dan gaya berjalan tidak teratur, dan mengais-ngais di mulut. Jika seekor anjing menunjukkan gejala-gejala ini, gunakan selang taman untuk membilas mulutnya dari belakang ke depan dan berkonsultasilah dengan dokter hewan.

“Efek racun tergantung pada perspektif Anda. Ada yang menyebutnya racun berbahaya yang bisa membuat orang sakit bahkan bisa mematikan,” dilaporkan New York Times.

3 dari 4 halaman

Perburuan Liar Jadikan Kodok Langka

Belum diketahui tren menjilati kodok beracun itu mulai. Namun menurut laporan Oakland Zoo, kodok Sonora termasuk spesies langka. Kodok beracun yang punya habitat di semak gurun hingga hutan gugur tropis ini di California diklasifikasikan sebagai Terancam Punah dan di New Mexico dianggap Terancam. 

Perburuan yang menyertakan pengambilan racun itu memperburuk keberlangsungan kodok beracun itu. Oleh karenanya, pihak Taman Nasional Amerika Serikat melarang keras orang untuk memburu kodok sonora, terlebih disalahgunakan sebagai narkoba gratis.

"Seperti yang kami katakan dengan sebagian besar hal yang Anda temui di taman nasional, apakah itu siput pisang, jamur asing, atau katak besar dengan mata bersinar di tengah malam, tolong jangan menjilat," tulis pihak Taman Nasional Amerika dalam unggahan resminya. 

4 dari 4 halaman

Berguna dari Segi Medis

Terlepas dari praktik menjilat kodok Sonora sebagai narkoba, kodok beracun ini ternyata punya manfaat besar dari segi medis. Salah satu bahan kimia yang dikeluarkannya mungkin bisa digunakan untuk mengobati detak jantung tidak teratur. 

Pasalnya, melansir dari Gizmodo, racun kodok sonora punya kandungan steroid kardiotoksik yang merupakan sepupu dekat digitalis, bahan kimia yang diproduksi oleh foxglove. Meski begitu, kadar racun yang dikeluarkan tak stabil. Banyak yang menganggap dosis dari racun katak itu tetap saja berbahaya hingga berujung kematian.

Jadi efek keseluruhan dari menjilat katak dapat menyebabkan seseorang mengalami halusinasi yang jelas, jantung yang berdebar kencang, dan otot yang terlalu lemah untuk membawa tubuh mereka yang terus-menerus muntah ke kamar mandi, apalagi ke rumah sakit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.