Sukses

Stres lockdown Covid, Kisah Bocah Cabuti Rambutnya Sampai Botak Ini Bikin Pilu

Viral gadis berusia 8 tahun mencabuti rambutnya sampai botak lantaran stres lockdown Covid-19 yang tak kunjung usai.

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 hingga saat ini belum juga usai. Pemerintah di seluruh negara dunia masih terus berupaya untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Ragam cara dilakukan agar tidak ada lagi masyarakat yang terinfeksi virus Covid-19, salah satu caranya adalah penerapan lockdown.

Lockdown yang merupakan salah satu cara untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 menghalangi masyarakat untuk melakukan kegiatan dan aktivitas, kegiatan belajar mengajar salah satunya.

Belum lama ini viral seorang gadis berusia 8 tahun yang terus mencabuti rambutnya sampai botak lantaran stres menghadapi lockdown. Pemberlakukan lockdown membuat aktivitas belajar mengajar jadi terhambat, hal tersebutlah yang membuat sang gadis menjadi stres.

Akibat stres, gadis kecil asal Bristol, Inggris ini didiagnosis mengidap trikotilomania, yang biasanya dipicu oleh stres. Sang gadis kini hanya memiliki beberapa helai rambut panjang yang tersisa di bagian belakang kepalanya.

Berikut Liputan6.com lansir dari Dailymail tentang kisah gadis berusia 8 tahun yang mencabuti rambutnya sampai botak karena stres, Selasa (28/9/2021).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Gadis 8 Tahun Stres Karena Lockdown

Tak hanya di Indonesia, hampir seluruh negara di dunia memberlakukan lockdown sebagai upaya untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Langkah tersebut tentunya ada dampak positif dan negatifnya. Untuk dampak negatifnya sendiri mengakibatkan masyarakat jadi tidak leluasa untuk beraktivitas.

Seorang gadis berusia delapan tahun asal Bristol, Inggris hampir botak lantaran stres akibat pandemi dan sekolahnya yang tidak berjalan lancar karena pemberlakuan lockdown. Keluarga menjelaskan jika gangguan di sekolahnya rupanya memicu gadis kecil tersebut untuk mencabut rambutnya.

Amelia Mansie, dari Bristol, mulai mencabut bulu matanya April lalu setelah merasa tertekan selama lockdown. Setelah mencabut bulu matanya, dia kemudian melanjutkan untuk mencabut rambut di kepalanya, Amelia kini hanya memiliki beberapa helai rambut panjang yang tersisa di bagian belakang kepalanya.

Tanda-tanda pertama kondisi Amelia adalah mencabut bulu matanya sebulan setelah penguncian pertama tahun lalu, yang menurut ibunya dipicu oleh pembatasan virus corona.

“'Dia ada di mana-mana dengan apa yang terjadi dengan sekolahnya karena sangat tidak teratur karena penguncian tiba-tiba sehingga tidak ada yang siap.” Kata ibunda Amelia.

"Dia tidak bisa melihat teman dan keluarganya, stres homeschooling dengan ibu dan ayah yang bukan guru. Itu hanya banyak perubahan baginya.'

3 dari 5 halaman

Didiagnosis Menderita Trikotilomania

Setelah menjalani sejumlah pemeriksaan, gadis kecil bernama Amelia ini didiagnosis menderita trikotilomania. Trikotilomania merupakan penyakit yang diperkirakan mempengaruhi satu dari 50 orang pada tingkat yang berbeda-beda. Penyakit tersebut mirip dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD) dan biasanya dipicu oleh stres, kecemasan atau trauma.

NHS mengatakan kondisi ini paling sering terjadi pada gadis remaja dan wanita muda dan bisa terasa seperti bentuk kecanduan.

Sang ibunda menuturkan bahwa kebiasaan Amelia mencabut rambutnya terus berlanjut selama penguncian musim dingin. Kondisi gadis berusia 8 tahun itu sangat buruk sehingga melampiaskan dengan cara mencabuti rambutnya.

4 dari 5 halaman

Tidak Percaya Diri

Punya kebiasaan mencabut rambut sendiri sampai botak, Amelia kini sudah mulai tersadar bahkan sang ibunda menjelaskan bahwa Amelia tidak percaaya diri keluar rumah dengan kondisi botak dan tidak menggunakan wig atau bandana.

“Tidak lagi memiliki kepercayaan diri untuk meninggalkan rumah tanpa mengenakan bandana atau wignya', kata ibunda, Ms Mansie.

“Amelia sadar bahwa dia melakukannya tetapi dia tidak suka membicarakannya.” Tambahnya.

"Saya mencoba mengalihkan perhatiannya untuk menghentikannya melakukannya dan saya telah belajar untuk tidak terlalu memaksa dengan menyuruhnya berhenti ketika saya memergokinya melakukannya." Kata sang ibunda.

5 dari 5 halaman

Menjalani Terapi

Melihat kondisi sang anak yang tidak baik-baik saja, sang ibunda pun membawa anaknya untuk jalani terapi dan pemeriksaan. Amelia mengatakan dia akan meninggalkan kebiasaan itu ketika dia kembali ke sekolah setelah liburan musim panas.

Khawatir kondisi Amelia bisa menjadi lebih buruk, sang ibunda mengoordinasikan sesi mingguan untuk putrinya dengan terapis sekolah dan keluarganya membayar untuk sesi hipnoterapi pribadi.

Amelia juga menggunakan fidget toys atau mainan gelisah sebagai salah satu mekanisme koping yang direkomendasikan untuk orang-orang ketika mereka merasakan dorongan untuk menarik rambut mereka.

Ibunda Amelia akan berusaha untuk mengembalikan kepercayaan diri buah hatinya dan menerima dirinya sepenuhnya.

“Ada sedikit dukungan untuk kondisi tersebut dan meskipun begitu banyak orang menderita, tidak banyak kesadaran tentang hal itu. Sekolahnya telah membantu dan mendukung selama penguncian dan sekarang dia telah kembali ke sekolah.” Kata sang ibunda.

“Prioritas utama saya adalah ingin membantu Amelia mendapatkan kembali kepercayaan dirinya dan menerima dirinya apa adanya. Dia tetap cantik.” Tambahnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.