Sukses

Move On Terhambat Amarah? Begini Cara Bijak Melepaskan Kemarahan pada Mantan

Perasaan marah pada mantan kekasih hanya akan mempersulit kamu untuk move on. Ini cara agar benar-benar bisa move on.

Liputan6.com, Jakarta - Memutuskan hubungan dengan orang terkasih memang tidak mudah. Rasa sakit dan amarah seringkali masih membekas, menghambat kita untuk move on dan memulai kehidupan baru.

Melepaskan amarah pada mantan kekasih bukanlah perkara mudah, bahkan setelah waktu yang lama berlalu. Rasa sakit dan kepahitan seringkali masih membekas yang bisa menghambat langkah kita untuk move on dan memulai kehidupan baru.

Meskipun rasa marah terhadap mantan wajar dan valid, memendamnya dalam jangka panjang dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental dan emosional kita.

Dilansir dari Elite Daily, Keri Ann Long, seorang terapis pernikahan dan keluarga, menjelaskan bahwa kemarahan bisa menjadi hal yang positif jika digunakan untuk mendorong perubahan dalam situasi yang tidak ideal.

"Ketika kemarahan memotivasi kita untuk mengambil tindakan sehat, seperti menetapkan batasan, melakukan percakapan sulit, atau mengubah situasi, maka kemarahan memiliki tujuan yang positif," kata Long.

Jika kemarahan tidak diarahkan secara produktif, maka menahannya hanya akan merugikan diri sendiri. Dr. Natalie Jones, seorang psikoterapis berlisensi, mengatakan, "Tanpa memproses perasaan, kamu mungkin terjebak dalam hubungan, memelihara rasa benci atau dendam terhadap mantan. Kamu mungkin bertindak balas dendam, dan yang terpenting, kamu kehilangan pelajaran berharga dari pengalaman tersebut."

Melepaskan amarah dan move on adalah langkah penting untuk mencapai kebahagiaan dan kesehatan mental. Berikut langkah bijak melepaskan marah pada mantan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Temukan Akar dari Kemarahanmu

Setelah putus cinta, wajar untuk merasakan berbagai macam emosi, termasuk amarah. Penting untuk memberikan ruang bagi semua emosi Anda, tetapi jangan terjebak di dalamnya. Cobalah untuk memahami akar kemarahan Anda.

Menurut Long memahami mengapa kamu marah akan membantu untuk menemukan cara terbaik dalam hal move on. Apakah kamu marah karena terluka karena diputuskan? Atau marah dengan cara mantan kamu melakukannya? Atau tidak setuju dengan alasannya?

Penting untuk diingat bahwa "Jika merasa marah pada seseorang terasa seperti cara untuk menghukum mereka, ada baiknya bertanya apakah itu benar-benar mencapai efek yang diinginkan," kata Long. Kemarahan Anda mungkin justru hanya menyakiti diri sendiri.

Memahami akar kemarahan kamu adalah langkah pertama untuk melepaskannya dan memulai proses move on.

3 dari 6 halaman

Menghubungi Mantan

Jika merasa perlu menghubungi mantan untuk menemukan closure, pertimbangkan dengan matang apakah itu akan efektif. Ingatlah bahwa efektivitas percakapan ini bergantung pada kematangan emosional mantan dan harapan sendiri. Jangan berharap semua jawaban akan dapatkan dari percakapan ini. Hanya bisa mengendalikan sisimu, jadi persiapkan apa yang ingin dikatakan.

Menurut psikolog Andrea Long, kunci untuk percakapan yang produktif adalah berbicara dari pengalaman sendiri dan berbagi perasaan tanpa menyerang atau menyalahkan. Hal ini dapat membantu menghindari argumen defensif dan meningkatkan kemungkinan mereka merespons dengan cara yang positif.

Contohnya, Anda bisa mengatakan, "Saya merasa sangat [deskripsi perasaanmu] ketika [hal yang kamu anggap penyebabnya] terjadi." Dengan menggunakan pernyataan ini, Anda dapat mengekspresikan perasaan kamu tanpa menyerang atau menyalahkan mantan kamu.

Ingatlah bahwa tujuan utama adalah menemukan closure untuk diri sendiri. Jika merasa percakapan dengan mantan tidak membantu, maka dapat mencari cara lain untuk move on, seperti terapi atau jurnal.

4 dari 6 halaman

Bicarakan Perasaanmu pada Orang Terpercaya

Jika berbicara langsung dengan mantan tidak memungkinkan, dapat mencari dukungan dari orang-orang terdekat.

"Anda mungkin lebih baik memproses ini sendiri atau dengan seseorang yang benar-benar dipercayai," kata psikolog Dr. Long.

Seorang sahabat terpercaya atau anggota keluarga yang bijaksana dapat membantu kamu melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda.

"Berbicara tentang proses yang menyakitkan bisa sulit, tetapi itu juga bisa menyembuhkan ketika memiliki mereka yang ada di sana untuk mendukung dan memberikan umpan balik yang konstruktif," jelas Dr. Jones.

Pastikan untuk meminta izin orang lain sebelum menceritakan pengalaman, agar tidak membebani mereka dengan emosi Anda.

Jika memiliki pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh teman atau keluarga, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari terapis. Terapis memiliki pengalaman dan pengetahuan yang dapat membantu kamu mengatasi amarah dan move on dari mantan.

5 dari 6 halaman

Memulai Perjalanan Baru dengan Mental yang Lebih Siap

Salah satu cara terbaik untuk melepaskan amarah adalah dengan menuliskannya. Dr. Holly Long menyarankan untuk menulis jurnal untuk memproses kemarahan kamu.

"Kamu bahkan dapat menulis surat yang berisi semua hal yang ingin kamu katakan kepada mantan, tetapi jangan kirimkan," saran Long. "Beberapa orang suka membakar surat tersebut atau merobeknya sebagai cara untuk melepaskannya."

"Ketika kamu ingin move on setelah putus cinta, penting untuk merencanakan kegiatan lain yang tepat setelah putus, untuk membantu mengarahkan dan melepaskan kemarahan," kata terapis pernikahan dan keluarga Dr. Paul Jones.

Selain menulis jurnal, Jones merekomendasikan untuk membuang barang-barang mantan untuk melepaskan energi negatif.

Menulis jurnal, membuang barang-barang mantan adalah salah satu cara untuk membantu melepaskan amarah dan move on. Dengan memproses emosi dan mengalihkan fokus ke hal-hal positif, kamu dapat memulai babak baru dalam hidup.

6 dari 6 halaman

Salurkan Kemarahan Lewat Olahraga

Kemarahan pada umumnya dapat membantu kita terhubung dengan perasaan dan tubuh, kemarahan yang berlebihan dapat membawa dampak negatif.

Dr. Cynthia Thaik, seorang kardiologis, menjelaskan bahwa kemarahan memicu respons fight-or-flight yang meningkatkan aliran darah ke jantung, otot, dan sistem saraf. Dalam situasi intens, respons ini membantu bertindak.

Hidup dalam kemarahan yang berlebih juga dapat menyebabkan insomnia, kelelahan, kecemasan, dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Untuk itu, penting untuk memiliki cara yang sehat dan aman untuk melepaskan kemarahan.

Long merekomendasikan kegiatan fisik seperti memukul bantal, berlari, atau kelas kickboxing untuk melepaskan energi kemarahan.

Meskipun menghadapi rasa sakit hati dan membuka hati pada terapis terasa menakutkan, manfaat jangka panjangnya sangatlah berharga. Melepaskan kemarahan dan mendapatkan kedamaian batin adalah hasil yang sepadan dengan usaha yang dilakukan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.