Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Waspadai 7 Jenis Infeksi Vagina, Bisa Terjadi Setelah Berhubungan Seks

Beberapa jenis infeksi vagina bisa terjadi setelah berhubungan seks.

Liputan6.com, Jakarta Infeksi vagina yang juga dikenal sebagai vaginitis atau peradangan vagina umum terjadi di kalangan wanita. Gejala infeksi vagina atau vaginitis dapat berupa rasa gatal, terbakar, dan rasa nyeri.

Konsultan ginekolog dan obstetri dari Kokilaben Dhirubhai Ambani Hospital Mumbai, Dr Maya P. L. Gade mengatakan, beberapa infeksi vagina disebabkan oleh infeksi menular seksual, yang terjadi setelah berhubungan seks.

Maya menulis jenis-jenis infeksi vagina, antara lain:

1. Infeksi jamur

Jenis vaginitis yang paling umum, infeksi jamur, disebabkan oleh salah satu dari banyak jenis jamur yang dikenal sebagai candida. Candida albicans adalah jenis infeksi jamur yang paling umum.

Biasanya, candida hidup tidak berbahaya di tubuh, termasuk di vagina. Namun, pertumbuhan candida yang berlebihan terkadang terjadi dan mengakibatkan infeksi vagina, dilansir dari Healthshots, Kamis (4/1/2024).

Kondisi tersebut mungkin dipengaruhi perubahan hormon karena pil kontrasepsi, kehamilan atau menstruasi. Infeksi jamur menimbulkan gatal vagina dan kemerahan pada vulva.

2. Bakteri vaginosis

Vagina memiliki flora bakteri normal yang disebut lactobacilli. Kurangnya jumlah lactobacilli di vagina dapat menyebabkan kondisi yang disebut bakteri vaginosis. Bau amis pada vagina dapat muncul, terutama selama hubungan seksual.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Trichomoniasis dan Chlamydia

3. Trichomoniasis

Istilah lain disebut trichomonas vaginitis, yang termasuk ke dalam infeksi menular seksual. Infeksi ini ditularkan dari satu pasangan ke pasangan lain selama hubungan seksual.

Gejala trichomoniasis mirip dengan infeksi vagina lainnya, seperti terbakar, iritasi, kemerahan, dan pembengkakan vulva, dan mungkin muncul bau amis.

Beberapa wanita juga mungkin mengalami rasa nyeri saat berhubungan seks.

4. Chlamydia

Chlamydia adalah penyakit menular seksual lain yang dapat menyebabkan peradangan vagina. Wanita mungkin mengalami pendarahan setelah berhubungan seks jika infeksi menyebar melampaui vagina dan serviks.

Wanita yang aktif secara seksual dapat memeriksakan diri karena chlamydia sering datang tanpa gejala dan dapat bertahan lama sehingga memengaruhi kesuburan.

 

3 dari 4 halaman

Gonore dan Viral Vaginitis

5. Gonore

Gonore adalah infeksi menular seksual yang sangat menular yang menyebabkan rasa nyeri saat buang air kecil, dan rasa nyeri selama hubungan seksual.

Wanita yang mengalami gonore dapat pula didera infeksi Chlamydia. Oleh karena itu, wanita harus menjalani tes lebih lanjut agar mengetahui infeksi bakteri mana yang diidap.

6. Viral Vaginitis

Virus herpes simplex juga dapat menyebabkan infeksi vagina, yakni viral vaginitis. Kebanyakan virus yang secara langsung memengaruhi vagina ditularkan melalui kontak seksual.

 

4 dari 4 halaman

Vagina Jadi Lebih Sensitif

7. Vaginitis non-infeksius

Vaginitis non-infeksius terjadi ketika vagina menjadi sensitif terhadap iritan, misalnya tampon berbau, sabun beraroma atau pelembab. Ini bukan infeksi, jadi hindari menggunakan semua hal yang menyebabkan kondisi ini.

Dalam beberapa kasus, perawatan tambahan, seperti steroid bisa dilakukan. Bentuk lain dari vaginitis non-infeksius disebut atrofi, biasanya terjadi saat tingkat hormon wanita menurun sekitar waktu menopause, dan dinding vagina menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang fleksibel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.