Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Hiperseksual pada Wanita Disebut Nimfomania, Kenali Sederet Penyebab dan Gejalanya

Nimfomania, Hiperseksual pada Wanita yang Bisa Mengganggu Kualitas Hidup

dr Dinda Meraih Gelar Medical Bachelor, Bachelor of Surgery (M.B.B.S) dan Merampungkan Program Post Graduate Obstetric and Gynecology di Suzhou University, Suzhou, China pada 2014. Lalu Menjadi Dokter Adaptasi di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.

Liputan6.com, Jakarta - Hiperseksual bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Jika pada laki-laki dikenal dengan sebutan satyriasis atau Don Juanism, khusus pada perempuan disebut nimfomania.

Kasus nimfomania bisa disebabkan oleh banyak hal berbeda pada setiap perempuan. Namun, penelitian telah menjelaskan beberapa faktor yang mungkin berkontribusi terhadap perilaku nimfomania.

Melansir Verywell Health pada Minggu, 19 November 2023, nimfomania dapat disebabkan oleh:

  • Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan atau trauma, termasuk pelecehan seksual.
  • Faktor lingkungan.

Nimfomania atau hiperseksual secara umum tergolong pada masalah kesehatan mental. Hal ini dapat terjadi bersamaan dengan munculnya gejala masalah kesehatan mental lain.

Misalnya, seseorang mungkin menjadi hiperseksual dan melakukan hubungan seksual berisiko selama episode manik akibat gangguan bipolar.

Seiring berjalannya waktu, penelitian telah memicu perubahan dalam bahasa atau istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku hiperseksual. Saat ini, nimfomania sering pula disebut:

  1. Gangguan hiperseksualitas.
  2. Perilaku seksual kompulsif
  3. Kecanduan seks

Namun, tak satu pun dari istilah tersebut dicantumkan dalam The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5). DSM-5 adalah panduan yang digunakan dokter sebagai referensi daftar gejala dan kriteria diagnostik gangguan kesehatan mental.

Hal ini menyebabkan identifikasi, pengobatan, dan penelitian perilaku hiperseksual jadi lebih sulit karena tak adanya daftar gejala dan kriteria yang formal.

Karakteristik Pengidap Nimfomania

Secara umum, nimfomania ditandai dengan fantasi, dorongan, dan perilaku seksual yang berlebihan, serta dorongan untuk bertindak sesuai keinginan individu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Karakteristik Nimfomania Meliputi

  1. Pikiran atau keinginan yang mengganggu dan berulang
  2. Kesulitan mengurangi atau menghentikan perilaku seks
  3. Terlibat dalam fantasi, desakan, atau perilaku seks sebagai cara untuk melepaskan diri atau mengatasi emosi yang menantang atau situasi yang penuh tekanan
  4. Banyak pasangan seksual
  5. Kecemasan
  6. Depresi
  7. Rasa bersalah dan malu
  8. Keterlibatan terus-menerus dalam perilaku seks tanpa memerhatikan kerugian bagi diri sendiri atau orang lain
  9. Keasyikan atau menghabiskan banyak waktu memikirkan atau melakukan hubungan seksual.

Masalah yang Dapat Timbul Akibat Nimfomania

Nimfomania sering kali mengganggu dan secara signifikan dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara keseluruhan.

Komplikasi lain dapat mencakup risiko infeksi menular seksual dan berkurangnya dukungan sosial. Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin mengalami pikiran untuk bunuh diri.

 

3 dari 3 halaman

Penanganan Nimfomania

Penanganan untuk perilaku nimfomania dapat melibatkan berbagai metode seperti:

Psikoedukasi

Psikoedukasi dapat bermanfaat untuk mendidik individu tentang hiperseksualitas dan mengurangi rasa malu dan stigma di sekitarnya.

Ketika individu dapat melakukan percakapan terbuka dalam suasana yang aman dan tidak menghakimi, mereka dapat mengeksplorasi perilaku sehat dan tidak sehat dengan ahli kesehatan mental.

Terapi Perilaku Kognitif

Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah metode yang dapat digunakan untuk menangani perilaku seksual kompulsif.

Terapis bekerja dengan individu untuk mengidentifikasi pemicu, pola pikir yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan perilaku mereka, keterampilan mengatasi masalah, dan perubahan gaya hidup untuk mendukung perilaku sehat.

"Obat mungkin diresepkan untuk mengatasi gejala atau kondisi kesehatan mental yang berkaitan dengan nimfomania. Misalnya, seorang psikiater mungkin meresepkan obat anti cemas atau antidepresan untuk mengatasi kecemasan dan depresi yang berkontribusi pada nimfomania," mengutip Verywell Health.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.