Sukses

Gangguan Pembuluh Darah Aorta, Bila Tidak Ditangani dengan Cepat Bisa Renggut Nyawa

Gangguan pembuluh darah aorta bisa merenggut nyawa penderitanya. Memang penyakit apa itu?

Liputan6.com, Jakarta Gangguan pembuluh darah aorta terdengar asing bagi masyarakat awam. Nyatanya, kondisi ini ada di masyarakat termasuk merenggut nyawa jurnalis yang namanya dikenal luas dengan tagline maknyus, Bondan Windaron. 

Untuk bisa mengetahui tentang gangguan pembuluh darah aorta, maka perlu mengetahui terlebih dahulu tentang aorta. Aorta adalah pembuluh darah terbesar di tubuh manusia yang bertanggung jawab membawa darah beroksigen dari jantung ke seluruh tubuh seperti disampaikan dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular dari RS Siloam Lippo Village, Maulidya Ayudika Dandanah.

Jika digambarkan lebih jelas lagi, aorta melintang sepanjang batang tubuh manusia, mulai dari dada hingga perut.

Punya tugas penting dalam mengalirkan darah manusia, pembuluh aorta memiliki tiga lapisan atau dinding. Lapisan dalam atau tunika intima, lapisan tengah atau tunika media, dan terakhir lapisan luar atau adventitia.

“Lalu, ada tiga jenis kelainan pada dinding aorta, hal ini dapat menyebabkan konsekuensi yang mengancam jiwa. Ada banyak jenis gangguan pembuluh darah aorta, mulai dari robekan pada hingga aneurisma aorta dimana pendarahan dapat terjadi kapan saja,” tutur dokter yang akrab disapa Ayu itu. 

Sayangnya, penderita sering kali baru menyadari adanya gangguan saat sudah di kondisi kritis.

Lalu, ada juga penderita yang justru tidak bergejala sama sekali. Beberapa gejala umumnya serupa gejala penyakit jantung, seperti nyeri dada dan sesak napas.  

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tiga Gangguan Aorta

Di dunia medis, terdapat tiga jenis kelainan pada dinding aorta. Pertama, aneurisma aorta. Kelainan ini merupakan kelemahan pada dinding aorta. Sehingga aorta dapat menggembung dan dapat menjadi ruptur atau diseksi. 

“Kedua, ada ruptur aorta, kelainan ini akibat dari robeknya ketiga lapisan aorta. Sehingga darah keluar dari aorta dan menyebabkan pasien kehabisan darah. Ini sangat berakibat fatal,” ujar Ayu.

Pembuluh darah aorta ini mengalirkan darah yang sangat kencang. Bila robek, darah akan mengalir keluar robekan sama kencangnya seperti kran hydrant pemadam kebakaran.

Terakhir, diseksi aorta. Kelainan ini adalah robekan pada lapisan tengah aorta, sehingga lapisan aorta terpisah dan darah menumpuk diantara lapisan tersebut.

Guna menegakkan diagnosis penyakit ini maka perlu pemeriksaan seperti radiologi.

“Dianosis penyakit ini dapat ditemukan dengan menggunakan bantuan alat radiologi CT Scan. Untuk itu, sangatlah penting untuk setiap orang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin guna mendapatkan hasil pemeriksaan yang lebih akurat dan pengobatan yang lebih dini”, ujar Ayu.

3 dari 4 halaman

Diseksi Aorta Mematikan

Menurut Ayu, diseksi aorta akan mematikan bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Selain itu dapat menimbulkan komplikasi berupa stroke, kerusakan katup aorta, hingga kerusakan organ tubuh lain.

“Ini diakibatkan dari gangguan aliran darah. Lalu bisa juga menimbulkan penekanan jantung akibat darah yang menumpuk di lapisan aorta,” katanya.

Ayu menjelaskan, pada gangguan diseksi Aorta, bila ditangani secepat mungkin atau kurang daro 24 jam, maka angka kematiannya hanya 10 persen saja. Namun, semakin ditangani misalnya sampai ke hari 30, angka kematiannya akan semakin tinggi, bisa sampai 50 persen.

4 dari 4 halaman

Penanganan Dengan Cara Operasi

Ayu pun menjelaskan, penanganan perbaikan gangguan kelainan pembuluh darah aorta ini adalah operasi. Baik terbuka maupun melalui teknik minimal invasive atau endovascular. Mulai dari mengganti aorta dengan buatan, memasang stent, hingga kombinasi keduanya. 

“Tapi tidak semua pasien bisa memilih dengan teknik operasi minimalis, tergantung beberapa faktor. Misalnya usia sudah diatas 50 tahun, kerusakan aorta sudah parah atau sudah terjadi di beberapa titik, itu menggunakan terbuka,” katanya.

Pemberian obat-obatan hanya bisa dilakukan untuk menjaga faktor risikonya saja, agar tidak memperburuk keadaan pasien. Misalnya, pasien disertai kolesterol dan tekanan darah tinggi, maka dia akan diberikan obat untuk menekan kolesterol dan darah tingginya.

 “Jadi hanya bersifat untuk mencegah agar keadaan tidak memburuk. Penanganan aortanya sendiri tetap harus operasi,” katanya. 

Untuk mendukung perawatan pada kasus gangguan aorta, Rumah Sakit Siloam Lippo Village telah dilengkapi dengan tim multidisiplin Aorta. Terlebih lagi, rumah sakit ini juga menyediakan pilihan paket Medical Check Up yang difokuskan pada kelainan di area sekitar jantung dan pembuluh darah.

 

“Saran saya, rajin MCU pembuluh darah. Kalau tidak ada faktor resiko seperti kolesterol, tekanan darah tinggi, merokok, riwayat keluarga, bisa 5 tahun sekali. Tapi kalau ada riwayat, bisa satu tahun sekali,”katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.