Sukses

Studi Ungkap 2 Gejala Awal Baru Parkinson, Bikin Diagnosis Lebih Mudah

Parkinson adalah penyakit progresif pada otak dan sistem saraf yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk bergerak. Studi terbaru ungkap ada dua gejala baru.

Direview oleh:
dr Ainni saat ini adalah dokter umum di Rumah Sakit Bakti Timah, Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau.

Liputan6.com, Jakarta Studi baru di London Timur telah mengidentifikasi dua kondisi yang dapat menjadi gejala awal penyakit Parkinson. Kedua gejala itu adalah gangguan pendengaran dan epilepsi.

Mengenali kedua gejala ini sebagai kemungkinan tanda-tanda Parkinson dapat membantu dokter untuk mendiagnosis penyakit ini lebih awal. Dengan begitu, pasien dapat ditangani lebih dini.

Parkinson adalah penyakit progresif pada otak dan sistem saraf yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk bergerak.

Penyebab utama Parkinson adalah kerusakan sel saraf pada area substantia nigra di otak.

Melansir Verywell Health, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan produksi hormon dopamin yang berfungsi untuk mengontrol gerakan dan keseimbangan tubuh.

Orang yang mengidap penyakit ini dapat mengalami berbagai gejala, beberapa di antaranya tidak berhubungan dengan pergerakan.

Terlebih lagi, tidak semua orang dengan Parkinson akan memiliki gejala yang sama atau mengalaminya pada tingkat yang sama.

Gejala Parkinson

Gejala Parkinson dapat berupa gejala motorik, non-motorik dan kognisi. Gejala motorik biasanya ditandai dengan:

  • Kekakuan otot
  • Tremor atau getaran.

Sedangkan, gejala non-motorik bisa berupa:

  • Sembelit
  • Tekanan darah rendah
  • Disfungsi seksual
  • Sering buang air kecil, inkontinensia, atau kesulitan mengosongkan kandung kemih.

Sementara, gejala yang berkaitan dengan kognisi atau masalah suasana hati mencakup:

  • Apati (kehilangan minat, acuh)
  • Masalah memori
  • Depresi
  • Gangguan kecemasan
  • Psikosis.

Dapat pula timbul gejala lainnya seperti:

  • Mengiler
  • Nyeri
  • Menurunnya kemampuan mencium
  • Masalah bicara
  • Perubahan penglihatan
  • Masalah tidur
  • Mengantuk secara berlebihanan di siang hari
  • Kelelahan.

Mengutip The Parkinson’s Disease Foundation, gejala Parkinson yang sering terjadi terbagi menjadi lima tahap, yakni:

Stadium 1, gejala ringan dan tidak mengganggu kualitas hidup pengidap.

Stadium 2, gejala mulai memburuk. Kondisi dapat menimbulkan sulitnya melakukan kegiatan sehari-hari dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikannya.

Stadium 3 (stadium menengah), pengidap mulai kehilangan keseimbangan, gerakan mulai lambat, dan mudah terjatuh. Pengidap juga semakin sulit melakukan aktivitas ringan sehari-hari seperti berpakaian, makan, dan menyikat gigi.

Stadium 4, gejala lebih berat. Pengidap membutuhkan bantuan ketika berjalan dan melakukan kegiatan sehari-hari.

Stadium 5 adalah stadium akut. Pengidap sudah tidak bisa berjalan dan membutuhkan bantuan seumur hidupnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Gejala Parkinson yang Sering Tak Terlihat

Studi baru menemukan bahwa banyak gejala umum penyakit Parkinson, seperti tremor dan masalah ingatan, mungkin muncul bertahun-tahun sebelum diagnosis ditegakkan.

“Tremor yang merupakan salah satu gejala Parkinson yang paling dikenal, terlihat 10 tahun sebelum akhirnya didiagnosis dalam penelitian kami,” kata ahli saraf dan kandidat PhD di Queen Mary University of London dan penulis utama studi tersebut, Cristina Simonet, MD, mengutip Verywell Health, Senin (11/9/2023).

Gejala yang tak begitu terlihat membuat pasien mengabaikannya dan tanpa sadar membuang waktu untuk mulai menanganinya.

“Ini terlalu lama bagi pasien untuk menunggu (penanganan).”

3 dari 4 halaman

Perlu Pengetahuan Lebih Mendalam soal Gejala Parkinson

Waktu tunggu yang lama antara timbulnya gejala Parkinson dengan diagnosis telah dicatat oleh para peneliti sebelum penelitian baru ini terbit.

Menurut wakil presiden senior komunikasi medis di Michael J. Fox Foundation untuk penelitian Parkinson, Rachel Dolhun, MD., diperlukan pengetahuan lebih mendalam soal gejala lain dari Parkinson.

Dolhun mengatakan, mengumpulkan lebih banyak informasi tentang Parkinson dari kelompok pasien yang kurang terwakili diperlukan agar dokter lebih memahaminya.

“Kami tidak memiliki apa pun yang dapat mendiagnosis atau mengecualikan penyakit Parkinson secara pasti,” kata Dolhun.

Maka dari itu, menambahkan gangguan pendengaran dan epilepsi ke dalam tanda dan gejala potensial penyakit ini dapat membantu penyedia layanan kesehatan mengenalinya lebih cepat.

4 dari 4 halaman

Peran Penting Layanan Kesehatan Primer

Dolhum menambahkan, penyedia layanan kesehatan primer memainkan peran penting dalam mengenali gejala Parkinson lebih awal.

Para tenaga kesehatan di layanan primer perlu mampu merujuk pasien ke dokter spesialis yang kemudian akan menegakkan diagnosis atau memastikan penyakitnya.

Sejauh ini, tidak ada obat untuk penyakit Parkinson, tapi Dolhun mengatakan bahwa diagnosis dini adalah kunci untuk memastikan bahwa pasien dapat mengakses dukungan lebih cepat.

Misalnya, ada perawatan yang dapat membantu mereka mempertahankan kemampuan fisik dan kemandiriannya selama mungkin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.