Sukses

Sama-Sama Gangguan Mood, Ini Perbedaan Baby Blues dan Postpartum Depression

Baby Blues berbeda dengan Postpartum Depression, berikut perbedaannya.

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran buah hati tentunya jadi salah satu momen paling membahagiakan sebagai orangtua. Baik ibu atau ayah tentu bersukacinta menyambut malaikat kecilnya ke dunia.

Namun, di tengah kegembiraan tersebut, tak jarang yang merasa sedih tanpa alasan selama beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Kondisi ini disebut postpartum blues, atau yang lebih dikenal sebagai baby blues.

"Ini sangat, sangat umum," kata OB/GYN Erica Newlin, MD. "Statistik yang biasanya dikutip adalah sekitar 70 hingga 80 persen wanita mengaku merasa sedih atau menangis setelah melahirkan."

Meskipun persentasenya cukup tinggi, mereka yang baru saja memiliki buah hati biasanya tidak berpikir akan mengalami baby blues. "Baby blues dapat dipengaruhi oleh kurang tidur, stres dan perubahan hormon," Newlin menegaskan. "Jadi, jika Anda merasa seperti itu, ketahuilah bahwa Anda tidak sendirian dan itu sangat normal."

Menurut Cleveland Clinic, seseorang yang mengalami baby blues akan sering menangis berkepanjangan tanpa alasan yang jelas.

Kondisi ini biasanya dimulai pada minggu pertama (satu sampai empat hari) setelah melahirkan. Meskipun pengalaman ini tidak menyenangkan, kondisi ini biasanya mereda dalam waktu dua minggu tanpa pengobatan.

Meskipun sama-sama merupakan gangguan suasana hati setelah melahirkan, baby blues berbeda dengan postpartum depression. Postpartum depression adalah kondisi yang jauh lebih serius daripada baby blues. Postpartum depression dialami sekitar 1 dari 7 orangtua baru.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perbedaan antara Baby Blues dan Postpartum Depression

Mengutip dari Cleveland Clinic, perbedaan terbesar antara baby blues dan depresi postpartum yaitu:

1. Durasi

Baby blues cenderung memuncak di minggu pertama setelah melahirkan dan sembuh dalam dua minggu pertama. Sebaliknya, gejala postpartum depression bervariasi mulai dari ringan hingga berat dan dapat muncul dalam waktu seminggu setelah melahirkan atau secara bertahap, bahkan hingga setahun kemudian.

Jadi, jika gejala yang Anda alami bertahan melewati beberapa minggu pertama dan Anda tidak kunjung merasa baikan, Newlin menganjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter.

"Atau, jika gejala memburuk dan Anda merasa seperti itu mempengaruhi kemampuan untuk merawat diri sendiri atau untuk bayi Anda, segera hubungi dokter," tutur Newlin.

2. Tidak Menikmati Periode Postpartum

Meskipun lelah dan stres, Anda seharusnya merasakan sukacita dan kebahagiaan selama periode postpartum. Jika Anda tidak merasakannya, berarti ada sesuatu yang salah.

"Anda telah menginternalisasi perasaan putus asa dan tidak berharga itu, dan Anda tidak dapat menikmati apa pun tentang periode pascapersalinan tersebut," Newlin menjelaskan. "Hal tersebut lebih konsisten dengan depresi daripada baby blues, dan jelas merupakan alasan untuk menghubungi dokter."

3 dari 4 halaman

3. Tingkat Keparahan

Meski sangat umum untuk merasa sedih tanpa alasan yang jelas setelah melahirkan, mengingat perubahan drastis yang terjadi yang tentunya membuat stres dan menguras emosi, jika perasaan ini menjadi begitu kuat sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari Anda, mungkin ini menandakan bahwa ada sesuatu yang lebih serius yang terjadi, jelas Newlin.

"Jika Anda tidak lagi merasa senang dengan hal-hal yang digemari, atau jika Anda merasa tidak berguna atau putus asa, atau jika itu memengaruhi kemampuan Anda untuk merawat bayi dan diri Anda sendiri, misalnya seperti tidak bisa bangun pagi, tidak selera makan atau makan terlalu banyak, itu bukanlah pertanda baby blues melainkan postpartum depression," ucap Newlin.

Selain itu, jika Anda pernah mengalami kondisi ini sebelumnya, risiko Anda kembali mengalaminya meningkat menjadi 30 persen untuk setiap kehamilan. Suasana hati Anda naik turun, sering menangis, mudah marah dan lelah, serta kerap merasa bersalah, cemas dan berpikir bahwa Anda tidak mampu merawat bayi atau diri sendiri.

4 dari 4 halaman

Cara Mengatasi Baby Blues

Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi baby blues:

1. Jangan Bersikap Keras terhadap Diri Sendiri

Ketika mengalami baby blues, ketahuilah bahwa Anda tidak sendirian dan perasaan itu benar-benar normal. Ini tidak berarti Anda orang tua yang buruk, kurang mencintai anak, atau tidak akan dapat merasa gembira di masa depan. Ingatlah bahwa baby blues hanya bersifat sementara.

2. Merawat Diri

Periode setelah melahirkan memang menyibukkan. Kendati demikian, cobalah untuk menyisihkan waktu untuk merawat diri sendiri, seperti mandi, memasak makanan favorit, berjalan-jalan dengan anak, berolahraga, membaca, atau hal-hal kecil lainnya yang bisa membuat Anda bahagia.

3. Mencari Dukungan

Orangtua baru yang kurang dukungan lebih rentan mengalami baby blues. "Orang tua perlu menemukan solusi baru untuk membantunya mendapatkan tidur yang dibutuhkan agar tetap sehat," ujar kata Harvey Karp, MD, seorang dokter anak dan ahli perkembangan anak kepada Verywell Mind.

"Salah satu hal yang dapat Anda lakukan untuk merasa lebih baik adalah meminta dukungan dari teman dan keluarga untuk membantu menyiapkan makan, bersih-bersih, bermain dengan kakak si bayi, ataupun menggendong bayi agar Anda bisa istirahat."

 

(Adelina Wahyu Martanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.