Sukses

Muncul Pikiran Menyakiti Bayi? Psikolog: Tenangkan Diri dan Segera Hubungi Orang Dipercaya

Sebagian ibu mengaku jikalau mereka ingin menyakiti bayinya saat mengalami fase postpartum depression.

Liputan6.com, Jakarta Sebagian ibu pernah merasakan atau sedang berjuang dengan Postpartum Depression (PPD). Sebuah fase yang memungkinkan seorang ibu mengalami banyak pikiran negatif berkecamuk di kepala.  

Ada yang mengaku jikalau mereka jadi memiliki keinginan berisiko dan dapat membahayakan sang bayi. Salah seorang ibu di media sosial, misalnya.

Belum lama, dirinya menceritakan bagaimana proses melalui fase Postpartum Depression. Kala itu, muncul perasaan ingin menyakiti bayinya secara fisik.

Berkaitan dengan hal tersebut, Nuran Abdat selaku psikolog klinis dewasa Nuran Abdat Management yang berpraktik di Brawijaya Clinic Kemang & RS UMMI Bogor mengungkapkan bahwa dalam menghadapinya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh ibu.

Termasuk, lebih dulu menenangkan diri sendiri dan menghubungi orang terdekat yang bisa diandalkan.

"Sekadar anak sudah ditaruh, kita minum dulu deh. Minum sebentar, sudah minum, tarik napas. Baru kita tanya (ke diri sendiri), 'Barusan kenapa sih? Apa yang tiba-tiba membuatmu seperti itu? Coba yuk sekarang kita minta bantuan'," ujar Nuran dalam media briefing bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Kamis (3/8/2023).

Hubungi Suami atau Sahabat

Nuran menyarankan untuk segera menghubungi siapa pun yang bisa dihubungi, terutama jika tidak ada orang di sekitar Anda saat kondisi berlangsung.

"Telepon siapa? Telepon suami mungkin di kantor. Telepon orangtua, telepon sahabat. Siapa pun orang terpercaya yang bisa kita telpon, telepon kalau enggak ada orang di rumah," kata Nuran.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Akui Sedang Tak Bisa Pegang Anak

Lebih lanjut Nuran mengungkapkan bahwa penting untuk mengakui bahwa saat itu, Anda memang sedang tidak bisa memegang sang anak.

"Kalau ada pengasuh dan lain-lain, panggil langsung. Bilang saja bahwa kita lagi enggak bisa pegang anak ini," ujar Nuran.

"Tapi kalau sudah bilang ke orang, harapan besarnya, marilah mencari pertolongan. Ajak suami atau diskusi sama suami. Untuk apa? Ke psikolog atau psikiater terdekat," sambungnya.

Menurut Nuran, yang penting adalah mencari pertolongan pertama. Perihal tindakan yang perlu dilakukan sebaiknya diurus nantinya sesuai anjuran psikolog atau psikiater.

"Enggak masalah, yang penting pertolongan pertama dulu. Lebih butuhnya ke mana itu urusan nanti," kata Nuran.

3 dari 4 halaman

Mencari Pertolongan Paling Cepat yang Bisa Dilakukan

Selain itu, Nuran mengungkapkan bahwa saat mengambil jarak dengan bayi, ibu perlu meluruskan pikiran negatif yang muncul. Carilah pertolongan apa pun yang paling cepat yang bisa dilakukan.

"Kenapa baby-nya kita minggirkan sebentar? Karena seringkali ibu tidak sedang bersama pendamping tertentu. Jadi saya enggak bisa pastikan ibu bisa langsung meminta pertolongan atau tidak," ujar Nuran.

Nuran menambahkan, setidaknya dalam jangka waktu saat sedang tidak memegang bayi, ibu bisa menenangkan pikiran.

"Setidaknya menenangkan pikiran sesaat, karena kita memang perlu meluruskan dulu pemikiran tadi. Ini pemikiran yang wajar atau tidak wajar, benar atau tidak benar. Kita mau ambil realita kita lagi, kita realistis enggak nih, tepat atau tidak," kata Nuran.

4 dari 4 halaman

Cari Cara Mengendalikan Pikiran Negatif

Dalam kesempatan yang sama, Nuran menambahkan, ada banyak jenis meditasi yang bisa dilakukan untuk relaksasi.

Tetapi yang terpenting melakukan hal apa pun yang memang dengan cepat bisa dilakukan itu tadi.

"Carilah pertolongan yang paling cepat saat itu," ujar Nuran.

"Meditasi sebenarnya membantu kita juga untuk tahu cara mengendalikan setidaknya," sambungnya lagi.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.